Musim Pancaroba, Daerah Diminta Waspada Puting Beliung

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim meminta kabupaten/kota di Jatim untuk mewaspadai terjadinya bencana puting beliung. Bencana ini kapan saja bisa terjadi mengingat di Jatim saat ini sedang terjadi musim pancaroba.
“Saat musim pancaroba seperti sekarang ini ada dua bencana yang kemungkinan bisa terjadi yaitu puting beliung dan longsor. Untuk itu kita minta kabupaten/kota waspada karena bencana ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan tidak ada peringatan dininya,” kata Kepala BPBD Provinsi Jatim Sudharmawan,  Kamis (22/4).
Menurut dia, seluruh kabupaten/kota di Jatim berpotensi terjadi puting beliung, tidak mengenal dataran tinggi atau dataran rendah. Daerah-daerah yang pernah terjadi puting beliung di antaranya, Nganjuk, Malang, Ponorogo, Trenggalek, Magetan dan Tulungagung.
Sudharmawan mengatakan, puting beliung ini bisa terjadi karena adanya awan sibi atau kulumonimbus sedangkan daerah di bawah terjadi panas. Akibat kondisi itu akhirnya menyebabkan terjadi angin berputar-putar atau yang dikenal dengan istilah angin puting beliung. Pusaran angin puting beliung ini kisaran daerahnya tidak sampai 10 kilomter dengan kecepatan angin mencapai 100-150 kilometer/jam.
Antisipasi puting beliung ini, jelas Sudharmawan, BPBD Jatim telah mengeluarkan surat edaran ke kabupaten/kota agar melakukan aksi antisipasi terjadinya korban jiwa. Seperti memotong pohon yang dianggap rawan patah dan mengganti papan reklame yang umur teknisnya sudah habis. “Selain puting beliung, selama pancaroba juga waspada adanya penyakit demam berdarah,” ungkapnya.
Sementara itu, BPBD Jatim juga mencatat musim hujan sepanjang akhir 2014 hingga awal 2015 telah menyebabkan 319 desa yang ada di 125 kecamatan dan 32 kabupaten terendam banjir. “Selain curah hujan yang tinggi, banjir kali ini masih disebabkan oleh meluapnya tujuh wilayah sungai yang ada di Jatim,” katanya.
Ke tujuh sungai penyebab banjir di antaranya adalah Bengawan Solo yang menyebabkan banjir di 139 desa, 47 kecamatan dan tersebar di 10 kabupaten. Selain itu, banjir juga disebabkan dari meluapnya Sungai Brantas yang merendam 90 desa, 31 kecamatan dan tersebar di 9 kabupaten.
Selain dua sungai ini, banjir pada musim penghujan kali ini ternyata juga disebabkan oleh meluapnya lima sungai lainnya yaitu Sungai Bondoyudo-Bedadung yang menyebabkan banjir di Jember dan Lumajang. Sungai Pekalan-Sampean juga sempat meluap dan menyebabkan banjir di Bondowoso dan Situbondo. Begitu juga Sungai Madura juga mengakibatkan empat kabupaten yaitu Bangkalan, Pamekasan, Sampang dan Sumenep sempat kebanjiran.
Sementara Sungai Bajul Mati juga menyebabkan banjir sempat melanda kawasan Banyuwangi. Sedangkan sungai terakhir yang juga sempat menyebabkan banjir adalah Sungai Welang-Rejoso dan menyebabkan banjir di Pasuruan dan Probolinggo.
Selain banjir, musim penghujan kemarin setidaknya juga telah menyebabkan bencana longsor yang melanda 80 desa, 65 kecamatan dan tersebar di 32 kabupaten. Dari catatan BPBD, longsor terbesar terjadi di Pacitan yang melanda 23 desa di 19 kecamatan. [iib]

Tags: