Musim Penghujan, Salah Satu Penyebab Naiknya Harga Cabai

Kadisperindag Jatim Drajat Irawan saat meninjau sentra produksi cabai di Kediri.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Harga Cabai masih melonjak hingga kini, banyak penyebab naiknya harga cabai, diantaranya secara periodik luas panen tanaman aneka cabai di bulan Januari hingga Februari memang relatif rendah,, dan akan mengalami puncak panen di bulan April hingga Mei.
Selain hal tersebut ada kecenderungan pada musim tanam Musim Penghujan 2020/2021, mengalami mundur tanam , hal ini dikarenakan musim tanam pada saat ini berada pada kondisi Lanini, atau jumlah curah hujan cukup tinggi.
Penyebab lainnya, curah hujan yang sangat tinggi dibeberapa kabupaten sentra cabai yaitu di Bojonegoro, Jember, Gresik, Kediri dan Lumajang mempengaruhi kualitas hasil panen cabai hingga akhir Februari 2021 yang masih dirasakan hingga awal Maret 2021.
Terkait hal tersebut, Pemprov Jatim telah melakukan sejumlah upaya terkait dengan kenaikan harga cabai rawit sebagai untuk menstabilkan harga cabai telah dilakukan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim, Drajat Irawan menjelaskan bahwa salah satunya adalah dengan melakukan koordinasi dan sinergi dengan dinas terkait, pemerintah kabupaten/kota, serta Asosiasi Petani Cabai yang ada di Jatim.
“Produksi cabai sesuai dengan luas lahan telah dimonitor, progressnya telah dipantau dan diawasi supaya antara luas lahan dengan kapasitas produksinya berjalan karena ada kalanya tidak jalan karena satu genangan air disamping curah hujan,” urai Drajat, Kamis (4/3).
Drajat menambahkan, untuk daerah yang terkena genangan air bisa memperbaiki saluran irigasinya agar hasil tanaman cabai dan kapasitas produksinya bisa berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pemprov Jatim juga telah memberikan Surat kepada kabupaten/kota untuk terus melakukan monitoring dan melakukan upaya agar pengamanan panen cabai bisa berjalan dengan lancar.
“Kenaikan harga cabai ini murni karena alam, curah hujan yang tinggi dan turun lebih cepat dari perkiraan. Panen cabe akan dilakukan mulai Minggu ke 3 Maret hingga April, sehingga kita harapkan curah hujan bisa menurun, khususnya menjelang HBKN Ramadhan dan Idul Fitri 2021, ketersediaan aman serta harganya stabil. Konsentrasi kita sekarang adalah produksi berjalan sesuai rencana dan proses pendistribusian sampai pasar juga lancar,” pungkas Drajat.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan, kenaikan harga cabai juga disebabkan banyaknya komoditas cabai yang diekspor ke luar daerah karena wilayah lain juga mengalami defisit. “Selain hal tersebut produksi cabai di Jatim dipasarkan juga keluar Jatim , hal ini mengingat beberapa provinsi yang lain tersebut mengalami defisit,” kata Hadi Sulistyo.
Ditambahkannya, beberapa provinsi yang mengalami defisit ketersediaan cabai besar berada di DKI Jakarta, Banten, Bali, dan sebagian besar Indonesia Timur. Selanjut defisit ketersediaan Cabai Rawit dijumpai pula di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Banten, Bali, dan sebagian besar Indonesia Timur.
“Masih relatif tinggi disparitas harga di tingkat produsen terhadap harga di tingkat konsumen, hal ini menunjukkan pula ada kendala pada aspek distribusi dan tataniaga,” ujarnya.
Terkait ketersediaan cabai rawit di Jatim hingga saat ini, lanjutnya, dengan memperhatikan standingcrop/ tanaman tegakan sejak bulan Juli 2020 yang dipanen juga hingga Februari 2021, menunjukkan bahwa luas panen di bulan Februari 2021 ini mencapai 4.688 ha dengan potensi produksi 30.284 ton.
“Bila kebutuhan untuk konsumsi, horeka, industri olahan, dan kebutuhan benih mencapai 9.476 ton, maka masih tersedia di bulan Februari lalu sejumlah 20.808 ton Cabai Rawit, yang mengisi pula pasar-pasar di luar Jatim,” katanya
Sedangkan ketersediaan cabai merah di Jatim hingga saat ini, bila memperhatikan pula standingcrop/ tanaman tegakan sejak bulan Juli 2020 yang dapat dipanen juga hingga Februari 2021, menunjukkan bahwa luas panen cabai merah di bulan Februari mencapai 664 ha.
“Dengan potensi produksi 6.545 ton , bila kebutuhan untuk Konsumsi, Horeka, industri olahan, dan kebutuhan benih mencapai 9.112 ton, maka masih di bulan Februari ini kurang sejumlah 2.567 ton,” katanya.
Sementara, luas lahan pertanian Jatim untuk cabai rawit tiap tahun dan perbulan, dikatakan Hadi, luas tanaman cabai rawit dalam setahun dapat mencapai 76.035 ha, yang per bulannya berkisar 2000 ha hingga 10.000 ha.
Sedangkan luas lahan pertanian Jatim untuk cabai merah tiap tahun dan perbulan. Luas tanaman cabai merah dalam setahun dapat mencapai 11.287 ha, yang per bulannya berkisar 700 ha hingga 1.300 ha. [gat.rac]

Tags: