Muson Timur Ancam Warga Pesisir Pantai Kenjeran

3-poto kakiSurabaya, Bhirawa
Angin kencang yang melanda Surabaya akan terus berhembus hingga bulan September mendatang. Kondisi ini membuat sekitar 200 nelayan Cumpat Nambangan, Kecamatan Kenjeran memilih untuk tidak melaut. Karena ombak laut akibat musim angin kencang ini sejak Minggu (3/8) telah menenggelamkan 44 perahu nelayan dan merusakkan 9 perahu lainnya.
Salah satu warga Cumpat Gang 10, Sakban (49th) yang juga mengalami kerusakan pada perahunya mengatakan, mulai Selasa (5/8) dini hari, dirinya bersama nelayan lainnya berjaga-jaga menyelamatkan perahu mereka untuk di amankan di tepi pantai. Mulai pantai Ria Kenjeran, pantai Kenjeran lama sampai pantai Nambangan.
” Mulai jam 1 dini hari tadi, warga sudah berjaga-jaga karena air laut sampai masuk ke pemukiman warga. Karena air pasang membuat benteng bibir pantai ada yang jebol sehingga air semakin masuk dan membuat warga disini panik, ” ungkapnya ketika ditemui Bhirawa di lokasi kejadian, Selasa (5/8).
Ditanya apakah sebelumnya nelayan menerima informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang kondisi gelombang laut di pantai mulai Kenpark, Pantai Kenjeran lama, dan pantai Nambangan, Sakban mengaku belum mendapatkan informasi tersebut. ” Tiba-tiba aja mas di kawasan sini air laut masuk ke perkampungan,” terangnya.
Akibat gelombang laut, lanjut Sakban, mereka mengalami kerugian sekitar Rp. 15-20 Juta. Ia berharap segera mendapat bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya karena tidak ada penghasilan selama dua hari kedepan. ” perahu saya ini terbilang rusak parah, karena yang rusak mulai dari mesin composer, mesin jalan dan perahu itu sendiri,” paparnya.
Dari pantaun Bhirawa di lapangan, Imbas angin kencang yang melanda Surabaya tidak hanya dirasakan warga kampung nelayan di Pantai Cumpat dan Nambangan, Kenjeran, Surabaya. Namun tol Jembatan Suramadu juga sempat ditutup bagi kendaraan roda 2 selama sekitar 25 menit. Dan dibuka kembali tepat pukul 11.30 WIB karena kecepatan angin mulai menurun.
Terpisah, Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, Bambang Setiaji saat dihubungi, mengatakan angin ini merupakan angin muson timur yang berhembus dari Australia ke Asia. Angin ini merupakan angin musiman yang harusnya datang melintas di Indonesia pada bulan Juni-Juli.
” Tapi karena anomali cuaca, angin muson timur ini terlambat datang. Prediksi kami angin ini akan terus berhembus sampai September mendatang. Kecepatan angin ini sekitar 30an Knot atau 50-60 km per jam, tapi kalau di laut bisa mencapai 50 knot,” terang Bambang.
Selain angin muson, tambah Bambang, akan ada badai Halong yang akan berhembus dari arah timur laut Filipina, samudra pasifik. Adanya badai Halong ini ikut memberi andil kecepatan angin yang melintasi Indonesia, khususnya wilayah Jatim.
” Kami memprediksikan minimal tiga hari ke depan angin ini akan turun intensitasnya. Tapi angin akan kembali kencang beberapa hari kemudian, begitu seterusnya sampai September mendatang,” tambahnya.
Kepala Bakesbang Linmas, Soemarno menghimbau para warga pesisir pantai khususnya yang memiliki perahu untuk di parkir di sekitar sungai. Dan masyarakat diminta untuk lebih waspada atas datangnya cuaca ekstrim tersebut.
” Kami sudah mengantisipasi itu semua, salah satunya sudah mendirikan posko bencana di Kelurahan Bulak. Semua warga Surabaya khususnya di pesisir pantai harus peka terhadap situasi cuaca yang terjadi saat ini,”  imbuh Soemarno yang juga Ketua Tim Penanggulangan Bencana Pemkot Surabaya.
Menanggapi masalah ini, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo meminta para nelayan untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan selama di laut. Jangan sampai memaksakan melaut jika cuaca tidak bersahabat seperti angin kencang seperti sekarang ini.
“Yang bisa melaut sekarang hanya kapal besar, kapal kecil seperti milik nelayan ini memang tidak bisa dipaksanakan. Resikonya terlalu tinggi. Untuk keselamatan ya harus kapalnya diberi pelampung jika suaut saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ini adalah resiko alam yang tidak bisa ditebak,” ungkapnya. (geh.iib)

Tags: