Naikkan Harga BBM Non Subsidi, Pertamina Klaim Harga Lebih Murah

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM non subsidi seiring dengan naiknya harga minyak dunia.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan kenaikan harga BBM non terjadi dilakukan mulai Sabtu (24/2). Kebijakan ini ditempuh karena mengikuti fluktuasi harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Ia menjelaskan, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 191 Tahun 2014, ada tiga jenis BBM, yakni BBM tertentu yang diberikan subsidi, BBM khusus penugasan dan BBM umum. Yang mengalami kenaikan harga kali ini adalah BBM jenis ketiga, yakni BBM umum.
“Memang, sesuai aturannya, jenis BBM ketiga ini harganya tidak diatur pemerintah,” kata Adiatma, Minggu (25/2).
Meski harga BBM kembali naik, ia memastikan harga Pertamina masih lebih murah dibanding kompetitornya. Adiatma juga mengklaim kualitas BBM Pertamina lebih baik.
Berdasarkan data resmi harga BBM non subsidi terbaru yang disiarkan melalui laman resmi Pertamina, kenaikan terjadi pada BBM jenis Pertamax menjadi Rp 8.900 per liter, dari yang semula Rp 8.600 per liter. Selain itu, Pertamax Turbo juga mengalami kenaikan harga menjadi Rp 10.100 per liter, dari sebelumnya Rp 9.600 per liter. Sementara, BBM jenis Dexlite naik menjadi Rp 8.100 per liter dan Pertamina Dex menjadi 10.000 per liter.
Sementara ekonom dari institute for development of economics and finance (Indef) Bhima Yudistira memprediksi harga BBM di Indonesia akan terus naik seiring dengan tren kenaikan harga minyak dunia.
“Penyesuaian harga ini diprediksi akan terus berlanjut mengingat harga minyak dunia naik di atas 64 dolar AS per barel dipicu problem kilang di Libya,” kata Bhima.
Kenaikan harga ini sebenarnya hanya terjadi pada jenis BBM yang masuk kategori non subsidi. Salah satu jenis BBM yang mengalami kenaikan harga adalah Pertamax yang porsinya 17,8 persen dari total konsumsi BBM.
Meski begitu, Bhima mengatakan, kenaikan ini tetap akan berpengaruh pada inflasi. “Ada kontribusi, tapi kecil,” kata dia.
Jika tren kenaikan harga BBM berlanjut dan terjadi pada jenis Pertalite, Bhima mengatakan, dampaknya pada inflasi akan lebih besar. Sebab, Pertalite memiliki porsi 40,6 persen dari total konsumsi BBM nasional. “Dampak ke inflasi semakin besar terutama karena penyesuaian Pertalite yang porsinya makin dominan dari total konsumsi BBM,” kata ekonom jebolan University of Bradford ini. [ma]

Tags: