Naker Pendidikan SD Berkurang, Tamatan SMK Menanjak

TKIPemprov Jatim, Bhirawa
Meski proporsi terbesar tenaga kerja masih didominasi tingkat pendidikan Sekolah Dasar(SD) , namun pada tahun 2016 jumlahnya semakin menurun dibandingkan tahun sebelumnya dalam laporan data Badan Statistik jatim. Yang menarik berdasarkan data tersebut, proporsi tenaga kerja lulusan SMK semakin menanjak.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, Teguh Pramono mengatakan, Agustus 2016, jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah di Jatim tercatat sebanyak 45,96 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja atau sebanyak 8,78 juta orang.
“Namun demikian, terlihat kondisi ini terus membaik di mana proporsi penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah di Jatim terus berkurang dan bergeser kepada mereka yang berpendidikan menengah hingga universitas,” katanya, Senin (7/11).
Ditambahkannya, mereka yang berpendidikan sekolah menengah baik menengah pertama maupun menengah atas, pada Agustus 2016 berkurang menjadi 6,29 juta orang dari semula 6,37 juta pada Agustus 2015.
Lainnya halnya dengan proporsi pekerja yang berpendidikan sekolah menengah kejuruan semakin meningkat dari semula 9,38 persen pada Agustus 2015 menjadi 11,40 persen pada Agustus 2016.
Begitu pula halnya dengan penduduk Jatim yang bekerja dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tingkat Universitas meningkat menjadi 1,52 juta orang dibanding pada Agustus 2015 yang mencapai 1,35 juta orang.
“Tentunya hal ini cukup menggembirakan karena menunjukkan adanya perbaikan kualitas tenaga kerja di Jatim, walaupun pergerakannya masih harus terus ditingkatkan dengan mendorong penduduk usia kerja agar menunda untuk terjun ke pasar kerja dan memprioritaskan pendidikannya
hingga ke jenjang yang paling tinggi,” katanya.
Kembali dikatakannya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2016 mengalami penurunan menjadi 4,21 persen. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh mereka yang berstatus menganggur, terlihat bahwa TPT tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum, yaitu 9,04 persen. Berikutnya adalah Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 7,10 persen yang sebelumnya 11,74 persen di Agustus 2015.
Meskipun persentasenya menurun, masih perlu menjadi perhatian di tengah didorongnya para pelajar untuk mengikuti pendidikan kejuruan ini dengan harapan bisa mendapatkan keahlian dan lebih mudah memperoleh pekerjaan.
Keadaan ini dapat disebabkan karena adanya ketidaktepatan informasi antara kebutuhan penyedia lapangan kerja dengan pihak pendidikan yang bertugas menyiapkan skill atau keahlian dari para siswa sekolah kejuruan ini agar tidak terjadi apa yang dilatihkan/diajarkan, ternyata tidak dibutuhkan oleh penyedia pekerjaan.
Sedangkan TPT pada tingkat SD ke bawah cenderung rendah, seperti TPT pada Agustus 2016 untuk jenjang ini hanya sebesar 1,24 persen dikarenakan mereka yang berpendidikan rendah cenderung tidak akan memilih pekerjaan sehingga akan melakukan pekerjaan apa saja asalkan dapat memperoleh pendapatan. [rac]

Tags: