Nanggap Wayang Kulit di Kampung Halaman, Ribuan Warga Hadir

13-wayang-kulitPakde Karwo Syukuran
Kabupaten Madiun, Bhirawa
Sebagai wujud syukur karena terpilih kembali sebagai pemimpin Jawa Timur, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH, MHum ‘nanggap’ wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Anom Suroto dengan lakon Dewa Ruci di kampung halamannya di Desa Palur Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun, Minggu (11/5).
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim mengatakan, nanggap wayang kulit merupakan salah satu wujud rasa syukur karena kembali dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Jawa Timur.
“Terlepas dari siapapun pemimpinnya, intinya kita bersyukur karena masyarakat Jatim hidupnya semakin ayem dan tentrem, kesejahteraannya meningkat. Jika dulu kebutuhan dasarnya untuk  membeli beras, sekarang untuk nyicil motor, beli pulsa, dan lainnya” katanya.
Pagelaran wayang kulit juga sebagai wujud syukur atas keberhasilan Jawa Timur meraih penghargaan tertinggi dari pemerintah pusat, yakni Samkarya Nugraha Parasamya Purnakarya Nugraha. Penghargaan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah yang mencapai nilai terbaik dalam bidang pemerintahan dan pembangunan.
“Penghargaan ini pernah diraih Jawa Timur pada 1974. Ketika itu yang menerima adalah Gubernur H Moh Noer. Alhamdulillah setelah 40 tahun lamanya, masyarakat Jawa Timur berhasil meraih kembali penghargaan itu karena kebersamaan kita semua, masyarakat, pemerintah, TNI, Polri, DPRD, dan tokoh agama” tuturnya.
Pakde Karwo mengatakan, wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang dapat dijadikan tontonan dan tuntunan. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang membawa kebaikan. “Kisah dalam wayang membuktikan bahwa budaya dan agama di Jatim dapat menyatu dengan baik, ini salah satu kekuatan kita” ujarnya,
Kisah Dewa Ruci menggambarkan sebuah kepatuhan seorang murid kepada guru, kemandirian bertindak, dan perjuangan keras menemukan jati diri. Pengenalan jati diri akan membawa seseorang mengenal asal-usul diri sebagai ciptaan dari Tuhan. Pengenalan akan Tuhan itu menimbulkan hasrat untuk bertindak selaras dengan kehendak Tuhan, bahkan menyatu dengan Tuhan atau sering disebut sebagai Manunggaling Kawula Gusti (bersatunya hamba Gusti).
Lebih jauh dalam lakon Dewa Ruci itu dikisahkan upaya dan tekad keras Bima atau Arya Sena yang ingin mendapatkan air suci kehidupan, ‘Tirta Perwita Sari’.  Berbagai macam percobaan dan tantangan serta godaan yang sangat berat dihadapi Bima, akan tetapi Bima pada akhirnya mampu mengatasinya dan Bima berhasil menemukan dan mendapatkan air suci Tirta Perwita Sari yang berujud Dewa Ruci yang tak lain adalah dirinya sendiri.
Lakon Dewa Ruci mengandung makna filsafat tentang tasauf Islam yang sangat mendalam oleh karena menggambarkan seorang ksatria dengan kemauan spiritualitas yang keras untuk mencari jalan yang sebaik-baiknya agar bisa membawa manusia kepada kebahagiaan yang kekal dan abadi di surga.
Hadir dalam kesempatan itu, istri Gubernur Jatim Dra Hj Nina Soekarwo, Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Dr H Akhmad Sukardi, Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Sekdaprov Jatim Ir Hadi Prasetyo, mantan Sekdaprov Jatim Dr H Rasiyo, Bupati Madiun, Bupati Ponorogo, Forpimda Madiun, para pejabat SKPD Pemprov Jatim serta ribuan masyarakat. [dar]

Tags: