Napak Tilas Pendidikan di Kampung Halaman

Drs Nurhidayat Yuliadi, MPd

Drs Nurhidayat Yuliadi, MPd
Mengenang masa lalu, terkadang indah terkadang juga pahit. Kenangan pahit bisa digunakan untuk instropeksi diri untuk melakukan hal yang lebih baik, sedangkan kenangan yang indah tidak pernah terlupakan.
Seperti yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri I Besuki Situbondo, Drs Nurhidayat Yuliadi M.Pd ini, ketika mengenang perjalanan di dunia pendidikan yang pernah dialami, begitu indah dan membanggakan untuk dirinya dan orang lain.
Untuk mereview (mengulang) kembali ke masa lalunya, Nurhidayat setiap tahun bersama keluarganya tidak hanya bersilahturahim namun juga melakukan napak tilas pendidikan ke kampung halamannya di Desa Bajulmati, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.
Dari desa itulah dirinya bisa mengenang pahit manisnya dunia pendidikan pada saat duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) yang dijalani selama 6 tahun. “Disinilah letak kebahagian, bertemu kembali teman sekolah, teman sepermainan waktu kami masih kecil,” kenang laki-laki berperawakan sedang ini.
Nurhidayat mengakui kalau tanah kelahirannya ada di wilayah kabupaten paling Timur pulau Jawa yang sekarang dikenal sebagai Sunrise of java. “Dulu tertinggal, tapi  sekarang tidak. Bahkan, maju dan dikenal banyak orang di Indonesia bahkan dunia,” ceritanya bangga.
“Kakek saya lahir di Desa Bajulmati.  Kakek saya seorang polisi yang berdinas di Polsek Wongsorejo. Seingat saya lokasi rumahnya dulu di Barat sungai Desa Bajulmati. Tapi saya lama tidak pernah main ke Bajulmati sampai anak-anak sekarang sudah besar semua,” tambah Nurhidayat. Dikatakan bapak 3 anak ini, tujuan melakukan napak tilas pendidikan di tanah kelahirannya agar dijadikan sebagai tolok ukur generasi penerus yang ada di Desa Bajulmati, kalau dulu dirinya pernah sekolah di daerah pinggir Kabupaten Banyuwangi tersebut.
“Semangat belajar itulah modal penting untuk meraih cita-cita. Walaupun saya hanya sampai kelas 5 di Desa Bajulmati dan hijrah ke Banyuwangi. Tapi saya ingin memberikan semangat kepada anak-anak muda di Bajulmati kalau belajar itu tidak mengenal usia. Selama kita punya niat belajar dan suka membaca, pasti akan bisa mengikuti perkembangan jaman tehnologi yang sudah era komputer ini,” tegasnya. Selain memberikan wawasan dan gambaran tentang pendidikan, ada hal positif yang bisa dipetik dari kegiatan napak tilas tersebut, yaitu kekompakan dan kebersamaan bersama beberapa anak muda di desa di kawasan perkebunan Pasewaran tersebut. Usai lulus SMP, Nurhidayat lalu melanjutkan jenjang pendidikan ke SPG dan kuliah di Jember hingga melaksanakan tugas mengajar di SMA Suboh, Situbondo.
“Dari napak tilas pendidikan ini kami juga banyak mendapat serapan ilmu baru dari desa kelahirannya, yaitu tata cara pentingnya hidup bergotong royong dalam memajukan kualitas pendidikan,” pungkas mantan Kasek SMAN I Suboh itu.
Menurutnya,  pertama kali diadakan napak tilas pendidikan ini karena anak-anak didiknya tertarik akan cerita tempat kelahirannya hingga tempat bermain di Dusun Tangkup, Maelang, Pringgondani, Kabupaten Banyuwangi.
“Karena disana ada kisah yang bagus saat saya sekolah,” kenang Nurhidayat bangga.
Ternyata disana, kenangnya, banyak saudara yang sudah meninggal dan pensiun dari tempat bekerja di perkebunan Pringgondani Banyuwangi. Apalagi saat melakukan kunjungan ke Pasewaran, rumah-rumah warga sudah banyak berubah, yang biasanya dahulu satu rumah dihuni banyak keluarga, sekarang satu rumah hanya dihuni satu keluarga. [awi]

Tags: