Nasib Juara Dunia Pencak Silat Asal Jatim

Pesilat asal Jatim Herihono kini hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur.

Dulu Dipuja, Kini Lemah karena Gagal Ginjal Stadium 5
Surabaya, Bhirawa
Memiliki postur tinggi dan kekar, serta tendangan maupun pukulan yang mematikan menjadikannya seorang pesilat yang sangat disegani lawan maupun kawan. Sederet prestasi dari juara nasional, PON hingga juara dunia sudah digenggamnya. Namun kondisi sang atlet saat ini berubah, kini tubuhnya lemah tak berdaya karena mengalami gagal ginjal stadium 5.
Itulah sosok atlet pencak silat Jatim Herihono, prestasi di olahraga asli Indonesia itu sangat fenomenal, diantaranya meraih medali emas PON XVI Palembang 2004, PON XVII Kaltim 2008 dan PON XVIII Riau 2012.
Dikancah internasional atlet yang akrab disapa Bruno itu berhasil menyumbang perunggu di SEA Games Manila, Filipina 2005, emas Open Belgia Championship 2007, medali perak The 13 World Silat Championship Pahang Malaysia 2007 dan juara 3 World Championship 2010 Jakarta dan emas di event Sebelas Maret International Pencak Silat Championship solo 2012.
Selain sebagai atlet, Bruno juga memberikan inspirasi bagi adiknya Pranoto untuk menggeluti olahraga ini, bahkan prestasi Pranoto juga tidak kalah moncer, salah satunya meraih juara dunia di Jakarta 2010.
Sayangnya deretan prestasi itu berbanding terbalik dengan kondisinya saat ini. Bruno hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur dengan selang yang menancap diperutnya.
Yaa…pesilat yang dulu di puja dan dibanggakan masyarakat Jatim karena prestasinya itu kini harus berjuang dan bertarung dengan penyakit yang dideritanya. Lebih parahnya lagi sekarang dia tidak memiliki pekerjaan setelah diberhentikan sebagai PTT di salah satu dinas Provinsi Jatim.
Untuk menopang hidupnya kini ia hanya bisa bertahan dengan sisa uang bonus selama menjadi atlet. Ada beberapa atlet maupun pelatih yang peduli dengnanya dengan memberikan sejumlah dana untuk pengobatan.
Salah satunya adalah pengurus KONI Jatim yang memberikan dana setiap bulannya untuk berobat. “Sertifikat rumah saya juga sudah saya gadaikan untuk pengobatan dan biaya anak saya,” katanya saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Minggu (24/1).
Lebih lanjut ayah dari Mahira Hasna Kamila (5) dan Abizam Rizki Afandi (3) menceritakan awal dirinya divonis gagal ginjal stadium 5, saat itu ia masih tergabung di Puslatda Pencak Silat Jatim 2016, kondisinya tiba-tiba drop usai menjalani latihan untuk persiapan PON XIX Bandung.
Karena kondisinya yang tidak memungkinkan akhirnya ia gagal membela Jatim di PON XIX 2016 Bandung dan harus menjalani serangkain pengobatan. “Saat itu saya periksa di RSI Nganjuk dan diindikasi pembengkaan jantung, tapi setelah diperiksa di laboratorium saya menderita gagal ginjal,” terang atlet dari perguruan PSHT itu.
Setelah itu aktivitas sang pendekar berubah drastis, jika biasanya ia mengeluarkan keringat untuk berlatih, kini ia harus mengeluarkan dana untuk biaya pengobatan dan menghidupi anak dan istrinya. “Saya menggunakan BPJS, namun ada beberapa obat yang harus dibeli dan sekarang saya harus cuci darah 4 kali dalam sehari,” katanya.
Saat disinggung mengenai pekerjaan, Bruno mengaku sudah pernah dijanjikan oleh pelatih, Pengurus IPSI dan beberapa pejabat Pemprov Jatim, tapi semua itu kini tinggal janji.
Bahkan pada tahun 2009 saat itu ada sekitar 80 atlet dan pelatih berprestasi yang diterima sebagai PNS, sayangnya saat itu Bruno dan adiknya Pranoto gagal dalam tes.
“Saat itu pelatih pengurus IPSI Jatim meminta saya fokus latihan karena mereka mengatakan kalau soal pekerjaan sudah ada yang mengurus. Bahkan saya juga punya surat rekomendasi dari orang penting di Jatim tapi semuanya tidak bisa membantu saya menjadi PNS. Surat rekom saat ini masih tersimpan di koper,” kenangnya.
Kini sang juara itu hanya bisa pasrah dengan nasibnya, ia hanya berharap penyakitnya bisa sembuh dan bisa bekerja kembali sebagai PTT atau bahkan menjadi PNS. [Wawan Triyanto]

Tags: