Naskah Braille Bermasalah, Siswa Gunakan Soal Awas

Pelaksanaan UN SMP sederajat hari pertama di Surabaya sempat membuat bingung siswa dengan jenis ketunaan tipe A atau tuna netra karena naskah braille bermasalah, Senin (4/5). Namun secara umum, pelaksanaan UN berjalan lancar.

Pelaksanaan UN SMP sederajat hari pertama di Surabaya sempat membuat bingung siswa dengan jenis ketunaan tipe A atau tuna netra karena naskah braille bermasalah, Senin (4/5). Namun secara umum, pelaksanaan UN berjalan lancar.

Surabaya, Bhirawa
Hari pertama Ujian Nasional (UN) jenjang SMP sempat membuat bingung Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan jenis ketunaan tipe A (tuna netra). Ini terjadi lantaran naskah soal huruf braille tidak tercetak sempurna.
Peristiwa itu ditemui di SMP Luar Biasa A Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya. Di sekolah yang terletak di Jl Gebang Putih, Sukolilo ini terdapat enam siswa tuna netra yang mengikuti UN. Dua di antaranya mendapatkan naskah soal braille yang tidak terdapat halaman pertamanya.
Wakil Kepala SMPLB A YPAB Surabaya Bagian Kurikulum dan Humas Dwi Rahmawati menjelaskan, pada hari pertama para siswa mengerjakan soal dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hanya saja, naskah braille yang dibagikan kurang 1 halaman, yakni di halaman pertama. “Tapi ini terjadi untuk dua siswa saja. Lainnya lengkap,” kata dia ditemui, Senin (4/5).
Dwi menuturkan, di soal berhuruf braille halaman satu itu semestinya terdapat teks cerita sebanyak dua paragraf. Satu paragraf sambungan berada di halaman dua. Cerita itu untuk menjawab soal nomor 1 sampai 5. Karena halaman tidak lengkap, siswa pun kebingungan mengerjakannya.
Persoalan itu, lanjut Dwi, bukan kendala besar. Sebab, dapat diatasi oleh guru pendamping dengan menggunakan soal Awas. Soal Awas ini merupakan naskah UN berhuruf latin yang sengaja disiapkan untuk guru pendamping. Guru pendamping ini disiapkan khusus untuk membantu siswa tuna netra jika kesulitan membaca soal. Termasuk membacakan soal yang tidak ada dalam naskah ujian. “Guru pendamping ini di luar dua pengawas ruang yang menjaga ujian,” ujar dia.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Ikhsan mengakui adanya kendala yang dihadapi di SMPLB-A YPAB. Dia menduga, kekeliruan itu karena percetakan kurang teliti dalam menata halaman soal berhuruf braille. “Kendala itu sudah cepat diatasi oleh mereka,” tutur dia.
Di luar persoalan yang terjadi itu, lanjut mantan Kepala Bapemas dan KB Surabaya ini, UN SMP/MTs dan sederajat di Kota Pahlawan berjalan lancar. Hal itu diketahui saat dirinya melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa sekolah penyelenggara. Di antaranya SMPN 39, MTsN 1, dan SMPN 30 Surabaya.
Di sisi lain, Kepala Dindik Jatim Saiful Rachman mengaku masalah yang terjadi di SMPLB-A YPAB Surabaya akan menjadi catatan tersendiri bagi percetakan yang bertugas mencetak naskah braille. Dalam hal ini, percetakan naskah braille berbeda dengan naskah biasa. Karena naskah huruf braille diterima langsung dari pusat. “Masalah itu sudah diatasi dan pasti akan dilaporkan. Semuanya harus masuk berita acara,” tuturnya usai melakukan sidak UN SMP di Sidoarjo.
Terkait hasil sidak di Sidoarjo, Saiful mengakui UN SMP relatif lebih lancar di banding UN SMA/SMK lalu. Hanya saja dia menemukan kondisi ruang ujian di SMPN 4 Sidoarjo yang tidak representatif untuk mengerjakan soal karena cahaya ruangan yang kurang. “Ini cuacanya sedang mendung jadi kelasnya gelap dan lampu penerangannya kurang terang,” kata dia.
Di sekolah tersebut Saiful juga menemukan enam siswa ABK yang tidak dapat mengikuti UN karena tidak memenuhi syarat sebagai peserta ujian.
Kepala SMPN 4 Sidoarjo Muflich Hasym mengatakan, keenam ABK ini tidak dapat mengikuti UN karena ini tidak lolos tes IQ. Setidak-tidaknya, peserta UN harus memiliki IQ minimal 60. “Mereka ini ada yang tuna rungu tapi juga memiliki keterbelakangan mental. Ada pula yang keterbelakangan mental murni. Jadi kami tidak bisa memaksa mereka ikut UN,” terangnya.
Sebagai gantinya, para siswa yang tidak dapat mengikuti UN ini diikutkan ujian sekolah di hari yang sama. Soal-soal untuk ABK ini dibuat sendiri oleh pihak sekolah. “Mereka tidak bisa mendapat Sertifikat Hasil UN. Tapi ijazah mereka akan diterbitkan langsung oleh Dirjen PKLK (Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus),” pungkas dia. [tam]

Tags: