Navigasi Program Pangan, Khofifah Sisir Distributor Beras di Lumajang

Cagub Jatim Khofi fah Indar Parawansa bersama pekerja saat mengunjungi PT Mustikatama Group, perusahaan produsen beras terbesar di Jatim di Jalan Raya Tempeh Lumajang, Sabtu (10/2).

Surabaya, Bhirawa
Jatim merupakan suplier tertinggi dari ketahanan pangan nasional. Meski demikian, kondisi ini harus terus dijaga agar jangan sampai terjadi krisis pangan karena di Indonesia, rata-rata pertahunnya ada sekitar 5 juta bayi yang lahir.
Sebagai bagian dari navigasi program terkait ketahanan pangan, bakal Cagub Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengunjungi PT Mustikatama Group, perusahaan produsen beras terbesar di Jatim di Jalan Raya Tempeh Lumajang, Sabtu (10/2).
Kedatangan Khofifah disambut hangat direktur utama perusahaan, Abdullah Iskandar beserta jajarannya. Khofifah juga tak cangung menyapa dan memeluk para pekerja di bagian proses pengeringan gabah.
“Bagaimana kabarnya Bu?” Sapa Khofifah di bawah terik matahari kepada pekerja yang secara serempak dijawab, “Baik Bu.” Saat foto bersama, para pekerja bahkan meneriakkan “Ibu Gubernur..!! Setelahnya, Khofifah mendatangi pekerja di bagian penggilingan dan pengepakan beras.
Mantan Menteri Sosial itu menuturkan, tujuan kunjungannya ini agar mendapatkan data riil tentang komoditas beras dari kalangan pengusaha. Sehingga, jika diberi amanat masyarakat untuk memimpin Jatim, dirinya bersama Emil Dardak bisa memaksimalkan program terkait ketahanan pangan.
“Dengan bertemu pengusaha secara langsung, maka dalam beberapa tahun ke depan bisa mengetahui pemetaan beras. Kenapa demikian? Sebab pangan, terutama beras adalah komoditas politis yang suatu saat memungkinan memicu inflasi. Artinya mulai menavigasi sumber pangan adalah sangat perlu,” tuturnya.
Khofifah mengakui, meski dirinya sering berdiskusi dengan Menteri Pertanian namun sering pula ditemukan sedikit kerancuan antara yang ada di pemerintahan dan level pengusaha.
“Bahkan kami juga harus mengetahui proses ketika berhasil dan tidaknya saat pemanenannya, sehingga pamerintah dan pengusaha dapat menentukan langkah bagaimana cara untuk mengantisipasi hal itu,” terangnya.
Dengan demikian, tambahnya, Jatim yang merupakan bufferstock pangan tertinggi di Indonesia dapat diakui bahwa prestasi provinsi ini memang suplier tertinggi dalam ketahanan pangan nasional. Sehingga, pemerintah pusat bisa mengurangi impor beras. Namun karena ada sekitar 5 juta bayi yang lahir serta juga penambahan kebutuhan pangan setiap harinya, sehingga antisipasi untuk ketahanan pangan perlu dicermati,” jelasnya.
Dan jika masyarakat memberikan kepercayaan Khofifah-Emil memimpin Jatim, “Kami akan menjaga dan meningkatkan produktifitas pangan di Jatim yang saat ini menjadi suplier tertinggi dari ketahanan pangan nasional,” tambahnya.
Sementara itu Abdullah Iskandar menuturkan, beras memang menjadi salah satu bidang usaha grup perusahaan yang memiliki 7.000 karyawan tersebut. Pihaknya juga siap untuk bersinergi dengan pemerintah dalam ketahanan pangan.
“Hal yang sama juga sudah harus dimulai diversifikasi pangan, supaya semua proses untuk bisa menjaga ketahanan pangan nasional dapat beriringan,” tandas Abdullah. [cty]

Tags: