Nelayan Kabupaten Probolinggo Mulai Tinggalkan Jaring Cantrang

Para nelayan di Probolinggo membuat jaring Milenium.

(Nelayan Dilatih Membuat Jaring Milenium)
Kab.Probolinggo, Bhirawa
Adanya pelarangan penggunaan alat tangkap ikan jenis cantrang atau jonggrang tak sampai menimbulkan polemik di Kabupaten Probolinggo. Sebab, Dinas Perikanan setempat mengklaim, saat ini sudah tak ada nelayan di wilayah setempat yang menggunakan alat tangkap ikan terlarang itu, sejak 2010 nelayan yang ada di Kabupaten Probolinggo sudah meninggalkan cantrang atau jonggrang. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi, Selaa 24/10.
“Dari jumlah nelayan yang di Kabupaten Probolinggo sebesar 11.500 orang, sudah tidak ada yang menggunakan penangkap ikan jenis cantrang atau jonggrang. Mereka sudah menyadari bahwa alat tangkap itu membahayakan dan dapat mengurangi ikan di masa depan,” tuturnya.
Dedy melanjutkan, kesadaran para nelayan juga lumayan tinggi. “Dulu sebenarnya juga pernah menimbulkan polemik antara pengguna cantrang dengan alat tangkap seperti bubu. Bubu ini kan alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan di dasar laut seperti kepiting dan udang. Tetapi karena ada nelayan yang menggunakan cantrang maka bubu ini hilang,” ceritanya.
Lantaran itu, kabupaten setempat disebutkan Dedi siap mengawal regulasi larangan menangkap ikan menggunakan cantrang. “Kami sudah siap. Kan sudah tidak ada yang pakai (cantrang),” jelansya.
Sementara itu, Sugito Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Kabupaten Probolinggo di bidang penangkapan ikan membenarkan, tak ada nelayan yang pakai cantrang. Selain kesadaran nelayan yang tumbuh, adanya bantuan alat tangkap ikan dari dirjen perikanan juga banyak membantu.
Untuk itulah sedikitnya 24 orang masyarakat nelayan dari Kecamatan Sumberasih dan Tongas mendapatkan pelatihan pembuatan jaring milenium dari Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo di RM New Rahayu Desa Banjarsari Kecamatan Sumberasih.
Selama pelatihan mereka mendapatkan materi dari narasumber yang berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Provinsi Jawa Timur. Materi yang diberikan berupa sistematika dan cara pembuatan jaring milenium yang merupakan penerapan teknologi adaptif perikanan tangkap.
“Intinya sebagai diversifikasi alat tangkap nelayan. Sehingga nelayan memiliki alternatif penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan. Hal ini sebagai upaya agar hasil tangkapan nelayan bisa meningkat,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Diskan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Azis.
Menurut Wahid, pelatihan ini bertujuan memberikan ketrampilan dan pengetahuan kepada masyarakat nelayan tentang pembuatan jaring milenium sehingga bisa memilih lebih dari satu alat tangkap. “Disamping untuk memberikan diversifikasi alat tangkap alternatif,” jelasnya.
Wahid menerangkan bahwa jaring milenium ini sangat baik sekali dan hasil tangkapannya lebih banyak. Harganya memang mahal, tetapi jika paham cara pembuatannya maka cepat kembali modal.
“Jaring dengan teknologi adaptif ini merupakan teknologi yang relatif baru bagi masyarakat nelayan di Kabupaten Probolinggo. Sehingga harapannya bisa diversifikasi alat tangkap. Pasalnya selama ini mereka menggunakan jaring sedong untuk menangkap rajungan,” terangnya.
Lebih lanjut Wahid mengharapkan agar masyarakat sedikit dan perlahan bisa meninggalkan alat tangkap jaring sedong. Sebab hasil tangkapan rajungan sudah semakin kecil. Sehingga dengan tidak menggunakan jaring sedong, maka rajungan bisa semakin berkembang lagi.
“Kerja dari jaring milenum ini adalah menangkap ikan pelagis (ikan permukaan) yang mempunyai nilai ekononis tinggi dan harapannya tentu harganya bisa lebih mahal,”  tambahnya.(Wap)

Tags: