Nelayan Kota Probolinggo Tak Terdampak PPKM Darurat Level 4

Cuaca tak menentu nelayan di Mayangan pilih tak melaut.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Cuaca Tak Menentu, Sejumlah Nelayan Pilih Tak Melaut
Kota Probolinggo, Bhirawa.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, rupanya tidak terlalu berdampak terhadap nelayan. Bahkan, sejumlah nelayan mengaku lebih “takut” terhadap cuaca. Mengingat, dampaknya sangat ketara terhadap hasil melaut.

Seperti diungkapkan nakhoda Kapal Socah Mera Adi Suryadi. Pria yang tinggal di Kelurahan/Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, ini , Jum’at (23/7)mengatakan, adanya PPKM tidak berdampak bagi nelayan. Sebab, perjalanan ke laut tidak dibatasi dan tak menyebabkan kerumunan.

“PPKM Darurat kan dilakukan agar tidak terjadi kerumunan. Sementara, bagi kami yang bekerja ke laut, jelas tidak akan berkerumun. Lebih lagi, wilayah perairan laut sangat luas,” ujarnya ketika ditemui di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan (PPPM).

Adanya PPKM tidak berdampak terhadap lalu lintas kapal. Namun, sedikit berdampak terhadap sektor penjualan atau pedagang ikan.

“Bagi nelayan, bukan PPKM, tapi faktor cuaca yang memberikan dampak. Untuk penjual ikan, apalagi perorangan, mungkin PPKM berdampak. Sebab, mulai pembeli sampai larangan berjualan atau pembatasan jualan diberlakukan. Tentunya bisa berdampak terhadap harga,” jelasnya.

Adi mengatakan, hasil tangkapannya dikirim ke pabrik dan pedagang. Karenanya, kendalanya bukan masalah pemasaran. Melainkan faktor cuaca di laut. Sekali berlayar, kata Adi, biasanya dilakukan selama 10 hari atau dua pekan. Ketika pulang, bisa membawa ikan sampai 6 ton dengan beragam jenis. Namun, jika cuaca tidak baik, kadang hanya bisa membawa pulang 1 ton ikan.

“Satu kali perjalanan butuh biaya Rp 25 juta. Itu dihitung dengan bahan bakar yang buuh 1,5 sampai 2 ton solar. Serta, es dan keperluan lainnya. Belum gaji. Sehingga, agar untung harus mendapatkan minimal Rp 50 juta. Kondisinya tidak menentu. Kadang rugi, kadang berangkat lagi kerugian yang kemarin bisa tertutupi,” bebernya.

Hal senada diungkapkan Cahyadi, 45, warga Kelurahan/Kecamatan Mayangan. Katanya, PPKM tidak menjadi ancaman bagi nelayan. Yang jadi ancaman adalah cuaca. Bahkan, tak jarang kapalnya harus bersandar ketika cuaca eksrem.

“Ketika tidak berlayar akibat cuaca buruk, biasanya kami isi dengan memperbaiki jaring yang rusak atau berlubang,” ujarnya.
Meski PPKM Darurat, tidak berdampak terhadap pekerjaannya, ia berharap segera berakhir. Terutama adanya pandemi Covid-19.

“Semoga segera berakhir. Baik penerapan PPKM dan wabah Covid-19,” tuturnya.

Musim pancaroba, cuaca di perairan Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Probolinggo cukup ekstrem. Kondisi ini membuat nelayan di Mayangan, Kecamatan Mayangan memilih untuk tidak melaut. Iklim yang tidak bersahabat tidak memungkinkan bagi nelayan dalam mencari ikan.
Walau begitu, masih kerap ditemui nelayan yang tetap melaut. Meski saat tiba di tengah perairan, mereka langsung kembali ke daratan. Memang ada yang tetap ngotot ingin melaut. Tapi begitu tahu ombak besar dan angin kencang saat di tengah laut mereka langsung kembali dan tidak jadi melaut.

”Kondisi cuaca yang berubah ubah seperti ini tidak memungkinkan bagi nelayan untuk melaut. Jadi mayoritas para nelayan memilih untuk memperbaiki jaring atau kapal,” terang Malik.

Memasuki bulan ini meminta masyarakat lebih waspada. Sebab di musim kemarau seperti saat ini, cuaca kerap tidak menentu. Iklim di daratan dan perairan bisa lebih ekstrem dari bulan sebelumnya.

“Fenomena ini terjadi di daratan dan perairan di Indonesia. Kalau di perairan ombak jadi lebih tinggi dari hari hari-hari biasanya. Ini disebabkan adanya penurunan suhu permukaan air laut sehingga lebih rendah dari sekitarnya,” ungkap Kepala Syahbandar UPT PPP Mayangan Probolinggo, Arif Wahyudi.

Arif menjelaskan cuaca yang tidak menentu seperti saat ini bisa berdampak pada datangnya musim hujan yang lebih cepat. Ada kemungkinan hujan terjadi dalam bulan ini dan intensitasnya cukup tinggi. Kondisi ini patut diwaspadai. Anggota kami sendiri rutin melakukan koordinasi dan pemantauan di perairan. Sehingga saat ada kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem bisa langsung dilakukan upaya pencegahan. Tujuannya agar masyarakat bisa lebih bersiap siap sehingga bisa diantisipasi terjadinya bencana,” tambah Arif.(Wap)

Tags: