Nelayan Mulai Memberanikan Melaut

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Sebanyak 40 persen dari jumlah nelayan di Jatim diperkirakan sudah mulai memberanikan melaut untuk bisa mendapatkan penghasilan menangkap ikan. Rata-rata mereka yang melaut itu kapal antara 15 GT (Gross Ton) hingga 30 GT.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Ir Heru Tjahjono didampingi Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Ir Asmuri Syarief MM mengatakan, para nelayan yang melaut rata-rata sebagaian besar masih menggunakan alat pancing, dan sedikit menggunakan jaring.
“Cuacanya memang masih kurang bersahabat bagi nelayan. Namun, sepertinya nelayan ingin mencoba melaut untuk bisa memenuhi kebutuhan. Paling lama dua hari mereka melaut,” katanya usai menghubungi beberapa pelabuhan perikanan pantai milik Pemprov Jatim, di Surabaya, Senin (18/8).
Untuk nelayan yang sudah mendarat di pelabuhan, lanjutnya, seperti di Pondok Dadap Sendang Biru Kabupaten Malangmendapatkan ikan cukup banyak sekitar 2 ton. “Ada 14 kapal nelayan yang melaut. Ada juga nelayan yang mendapatkan ikan tongkol kecil, albacore, hingga yellow fine,” katanya.
Selama nelayan tidak melaut, lanjutnya, Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim juga tidak berhenti memberikan pelatihan dan pembinaan pada para nelayan. Khususnya, cara penangkapan ikan untuk menghasilkan ikan berkualitas.
“Penangkapan ikan ada caranya dan tidak sembarangan. Ketika ikan terpancing dan masuk dalam dek, harus segera dimatikan. Kalau ikan dibiarkan menggelepar di dek kapal, maka akan merusak kualitas ikan tersebut. Hal itu yang harus dipahami para nelayan,” katanya.
Untuk itulah, kata Heru, ikan hasil tangkapan pancing lebih mahal dibandingkan jaring. Sebab, selain caranya yang cukup memakan waktu juga ikannya berkualitas dibandingkan dengan menggunakan jaring. “Kalau di jaring, biasanya ikan ada yang sudah mati dalam jaring, sehingga kualitas masih belum bagus,” ujarnya.
Selain itu, Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim juga membantu penanganan paska tangkap, diantaranya penyediaan sarana dalam TPI (tempat pelelangan ikan). “Ikan yang sudah ditangkap tidak boleh langsung diletakkan di lantai, ada tempatnya khusus. Selain itu cold storage harus lebih siap,” katanya.
Sekedar diketahui, jumlah kapal nelayan di Jatim dari ukuran kecil sampai besar sebanyak 58.440 unit. Dari komposisi tersebut kapal ukuran 10-30 GT sebanyak 7658 unit, 30 GT keatas 435 unit. Sisanya dibawah 10 GT. Sedangkan jumlah nelayan, seluruhnya 236.195 jiwa. Sebelumnya karena anomali cuaca yang tak menentu, angin kencang dan gelombang air tinggi menyebabkan nelayan tidak memberanikan untuk melaut. [rac]

Rate this article!
Tags: