Nenek Renta Tinggal di Rumah Batu

Tim dari Dinas Sosial Bondowoso langsung turun tangan peduli pada nenek tua yang tinggal di rumah batu. [samsul tahar]

Tim dari Dinas Sosial Bondowoso langsung turun tangan peduli pada nenek tua yang tinggal di rumah batu. [samsul tahar]

Dinsos Bondowoso Sigap Turun Tangan dan Siapkan Rehabilitasi ke Panti Jompo
Kabupaten Bondowoso, Bhirawa
Kehidupan Mbah Sari yang tinggal di rumah batu bisa dikatakan jauh dari kata layak menjadi sorotan Pemkab Bondowoso. Melalui Dinas Sosial setempat, mereka memberikan bantuan pada nenek renta ini.
Nur Amsari atau akrab dipanggil Mbah Sari (70) tinggal sebatang kara di sebuah rumah batu di Dusun Tegal Tengah RT 16 / RW 04 Kelurahan Curahdami Kecamatan Curahdami Kabupaten Bondowoso.
Tatanan batu gunung yang diatur menumpuk dengan tinggi kurang lebih1,5 meter, menjadi dinding rumah Mbah Sari. Beralaskan bebatuan dan hanya beratap terpal berwarna biru, nenek sebatang kara ini tampak tenang dan menikmati kehidupannya.
Di tengah tumpukan batu tersebut, sengaja ditata lebih rendah dari bagian belakang dan sebagian batu disusun rata untuk tempat di saat Mbah Sari merebahkan tubuhnya yang mulai renta. Terlihat juga beberapa alat untuk memasak, potongan kardus serta karung putih tertata di rumah batu tersebut. “Hanya buah singkong yang saya tanam lalu saya masak untuk saya makan setiap hari. Terkadang para tetangga juga datang memberi makanan untuk saya,” ungkapnya belum lama ini.
Ketika ditanya apa alasannya Mbah Sari tetap memilih tinggal di rumah batu tersebut, nenek renta ini mengatakan, dirinya tidak bisa pindah dari lokasi tersebut karena tidak mempunyai tempat lain untuk dijadikan tempat tinggal. “Ini kan rumah saya, ya saya tempati,” katanya dalam Bahasa Madura.
Namun, kondisi yang memasuki musim penghujan tidak bisa dibayangkan nenek tua renta ini harus hidup di rumah batu tersebut, hanya beralaskan batu dan beratapkan terpal lusuh yang mulai berlubang.
Melihat kondisi Mbah Sari, Pemkab Bondowoso ingin merehabilitasinya agar memiliki kehidupan yang layak seperti warga lain. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial (Resos) Kabupaten Bondowoso melalui staf nya mengunjungi rumah batu Mbah Sari.
Ridwan, staf Resos Dinas Sosial mengatakan kedatangannya untuk membujuk Mbah Sari agar mau direhabilitasi ke sebuah panti jompo milik Pemprov Jatim. “Kami berupaya dengan meminta kepada camat dan lurah serta semua masyarakat Curahdami, agar Mbah Sari mau direhabilitasi ke panti jompo di Pasuruan,” katanya.
Ridwan membenarkan jika berdasarkan cerita masyarakat sekitar, Mbah Sari diduga mengalami gangguan mental. Oleh karena itu, dirinya akan berkoordinasi dengan semua instansi terkait agar Mbah Sari bisa diperiksa kejiwaannya. “Akan kami evakuasi dan diperiksa kondisi kesehatan jiwanya. Nantinya, baru akan kami rehabilitasi ke panti jompo,” tambahya.
Gangguan jiwa yang diderita nenek sebatang kara ini juga dibenarkan oleh Camat Curahdami. Mahfud Junaedi saat dikonfirmasi Harian Bhirawa. Dia mengatakan, jika kondisi Mbah Sari tidak normal. “Kondisi nenek itu memang tidak normal atau mengalami gangguan jiwa,” katanya.
Dia juga menyampaikan bahwa keluarga dan masyarakat Curahdami banyak yang mengajak Mbah Sari untuk tinggal di tempat mereka, tetapi memang nenek tersebut selalu menolak. “Yang bersangkutan sudah sering diajak untuk tinggal di rumah masyarakat sekitar, tetapi si mbah itu selalu menolak,” lanjutnya.
Persoalan Mbah Sari, imbuhnya, bukan persoalan yang baru, tetapi kehidupannya yang seperti itu memang sudah lama. Dia juga mengatakan bahwa pihaknya bukan tidak berupaya untuk membantu kehidupan nenek tersebut.
“Kami sudah meminta kepada Ketua RT dan Sekretaris Lurah untuk tetap membujuk Mbah Sari. Jika langkah tersebut tidak bisa dilakukan, kami akan menyerahkan kepada Dinsos melalui Dinkes untuk dilakukan pemeriksaan psikis terlebih dahulu sebelum dikirim ke panti jompo,” jelasnya.
Gangguan jiwa yang dimiliki Mbah Sari ini dibenarkan sejumlah masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Menurut mereka Mbah Sari pernah dibuatkan rumah sederhana oleh warga sekitar, namun rumah tersebut justru dirusak oleh Mbah Sari sendiri hingga hancur dengan alasan membersihkan rayap.
“Info yang kami dapat dari beberapa warga sekitar, rumah milik Mbah Sari dirusak sendiri oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, kami akan coba datangkan psikolog untuk mendapatkan hasil apa yang sebenarnya dialami Mbah Sari,” kata Lurah Curahdami Sutrisno. “Kelurahan ingin segera masalah Mbah Sari cepat teratasi agar kehidupan sosialnya normal layaknya masyarakat lainnya,” ujarnya. [Samsul Tahar]

Rate this article!
Tags: