Nenek Satriya Hidup Sebatangkara, Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah

Kondisi Nenek Satriya dan gubuk miliknya yang beralamat di Desa Kembang RT 24/RW 08 Kecamatan Bondowoso. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Hidup dengan layak dan berkecukupan adalah sebuah impian oleh semua orang. Begitu juga yang diinginkan oleh seorang janda yakni nenek Satriya (83). Namun kenyataan hidup tak seindah yang diimpikan. Nenek Satriya yang tinggal di Desa Kembang Kecamatan Bondowoso ini harus menelan pahitnya kehidupan.

Satriya , demikian nenek ini punya nama, hidup sebatangkara di tengah kondisi hidup yang amat memprihatinkan. Ia tinggal digubuk yang jauh dari kata layak untuk ditempati. Gubuk yang ia tempati hanya berdiameter 4×3 m2 di dekat bantaran sungai tepatnya di RT 24 / RW 08.

Gubuk yang terbuat dari ayaman bambu sudah bolong-bolong, sudah rusak, bahkan hampir roboh. Sungguh sangat miris, tempat tidur dan dapur tak ada sekat pemisah. Bahkan ia harus rela tidur dikelilingi sampah yang ia pungut.

Sebenarnya Nenek Satriya memiliki anak, namun karena ke-dua anaknya yang masing-masing telah berkeluarga. Mereka harus tinggal terpisah.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Nenek Satria menjadi seorang pemulung, ia memungut sampah untuk dijual kembali. Ia putuskan setelah ditinggal mati oleh suaminya beberapa tahun lalu.

Pendapatannya dalam setiap bulan hanya sekitar Rp. 30 ribu sampai Rp. 40 ribu. Itupun dari hasil penjualan rongsokan yang dikumpulkan.

Semenjak ditinggal mati suaminya. Perempuan berusia 83 tahun ini tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah daerah maupun pusat sejak lima tahun terakhir.

“Saya tidak pernah menerima bantuan,” ungkapnya saat ditemui awak media dirumahnya, Rabu (10/2).

Kata dia, saat masih tinggal bersama suami, mereka adalah salah satu penerima bantuan beras untuk masyarakat miskin (Raskin). Namun, sepeninggal suaminya, bantuan tersebut dicabut.

“Tidak dapat setelah suami saya meninggal,” Akui Satriya.

Di tempat yang sama, Ketua RT setempat, Sri Ningsih menerangkan bahwa Nenek Satriya juga tidak tersentuh bantuan sosial Covid-19. Anehnya, justru yang keluar sebagai penerima Bansos adalah Almarhum suaminya. Alhasil, bantuan tersebut tidak bisa ia wakilkan.

“Kemarin pas Covid-19 dia dapat bantuan, tapi atas nama suami. Suaminya meninggal, karena bukan namanya jadi dia dicoret. Katanya kecamatan mau diganti namanya. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar,” katanya. [san]

Tags: