Neraca Perdagangan Jatim Defisit 328 juta dollar AS

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Saat neraca perdagangan Indonesia surplus, Jawa Timur (Jatim) malah mengalami kondisi yang bertolak belakang. Melewati triwulan pertama 2015, neraca perdagangan provinsi ini mengalami defisit sekitar 328 juta dollar AS.
Secara kumulatif, nilai ekspor Januari sampai Maret Jatim tahun 2015 mencapai 4.774,46 juta dollar AS atau turun 3,49% dibandingkan ekspor periode yang sama tahun lalu. Sementara nilai impor kumulatif selama Januari-Maret sebesar 5.102,85 juta dollar AS atau turun 15,28% dibanding periode yang sama tahun 2014.
“Meskipun nilai impor Jatim terlihat besar, namun itu tidak untuk kepentingan Jawa Timur saja karena Jatim menjadi pintu masuk impor daerah di luar Jatim khususnya Indonesia timur,” kata Kepala BPS Jatim, Sairi Hasbullah melalui Kepala Bidang Neraca dan Analisis, Setyowati, Rabu (15/4).
Lagipula dilihat dari komposisi impornya, terbesar merupakan bahan baku atau penolong sebesar 83,48% atau sebesar 4,26 miliar dollar AS. Kemudian barang modal sebesar 8,65% dengan nilai 0,42 miliar dollar AS dan barang konsumsi 8,21% atau 0,41 miliar dollar AS.
Dikatakan Setyowati, impor terutama berasal dari China, Amerika Serikat dan Jepang. Dari China terutama barang konsumsi yaitu bahan makanan dan mainan anak. “Ini tidak lepas dari gaya hidup kita yang suka sekali mengonsumsi barang impor. Buah-buahan seperti Jeruk, anggur kita pilih yang impor. Padahal di Jatim juga memiliki banyak buah lokal yang berkualitas,” katanya.
Sementara, nilai ekspor Jawa Timur pada Maret 2015 naik tipis sebesar 0,06% sebesar 1.498 juta dollar AS dibandingkan ekspor Bulan Februari. 2015 sebesar 1,498 juta dollar AS. Ekspor non migas berperan dominan yaitu 97,75% dengan nilai 1,465 juta dollar AS.
“Meskipun masih mendominasi, ekspor non migas Jatim selama Bulan Maret 2015 sebesar 1.465 juta dollar AS sebenarnya turun 0,11 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Setyowati.
Penurunan ini tidak bisa dilepaskan dari turunnya harga minyak mentah dan penurunan ekonomi di sejumlah negara tujuan ekspor Jatim. “Di level internasional, harga-harga mengalami penurunan. Sehingga walaupun terjadi kenaikan volume, nilai ekspor kita tetap turun,” katanya.
Dari sisi komoditas penyumbang ekspor non-migas, kelompok perhiasan/permata masih menjadi penyumbang ekspor terbesar dengan nilai 321 juta dollar AS. Ekspor permata umumnya ditujukan ke Jepang, Swiss dan Taiwan. Ekspor dengan nilai terbesar kedua yaitu kelompok barang lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai 95,60 juta dollar AS dengan negara tujuan China.
Sementara ditilik dari negara tujuan ekspornya, Jepang, Amerika Serikat dan China masih menjadi tiga besar negara tujuan ekspor komoditas dari Jatim. Ekspor dari Jatim ke Jepang pada bulan Maret 2015 tercatat sebesar 258 juta dollar AS, ke Amerika Serikat sebesar 173 juta dollar AS, dan ke China sebesar 112 juta dollar AS. “Kontribusi ketiga negara tersebut cukup besar yaitu 33,63 persen,” katanya
Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi non migas utama Jatim adalah Malaysia dengan nilai ekspor mencapai 99,11 juta dollar AS, diikuti dengan Singapura sebesar 70,8 juta dollar AS dan Thailand sebesar 39,55 juta dollar AS.
Menguatnya dollar dua bulan terakhir berdampak pada Perkembangan ekspor impor di Jatim sepanjang triwulan 1 tahun 2015. Pasalnya, bukan hanya impor yang menurun tetapi ekspor juga anjlok. [rac]

Tags: