Neraca Perdagangan Jatim Defisit USD 1,475 Miliar

Foto Ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Secara kumulatif selama Januari-Juni 2019, neraca perdagangan Jatim mengalami defisit sebesar USD 1,475 miliar. Begitupula neraca perdagangan Jatim selama bulan Juni 2019 masih mengalami defisit sebesar USD 50,02 juta.
Hal ini disebabkan karena adanya selisih perdagangan yang negatif pada sektor migas, walaupun sektor non migas mengalami kinerja yang positif. Surplus sektor nonmigas tidak sebesar minus dari sektor migas, sehingga secara agregat neraca perdagangan menjadi defisit.
Sektor nonmigas mengalami surplus sebesar USD 253,64 juta tetapi sektor migas mengalami defisit USD 303,67 juta. Hal ini disumbangkan oleh defisit sektor migas USD 1,66 miliar dan sektor nonmigas justru kinerjanya positif dengan surplus sebesar USD 182,99 juta.
“Surplus sektor nonmigas ini perlu dipertahankan supaya bisa menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas,” kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, kemarin.
Dijelaskannya, selama enam bulan pertama di 2019, komoditas terbesar ekspor adalah barang perhiasan yang berkontribusi terhadap ekspor sebesar 9,49 persen. Disusul komoditas tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda, dengan kontribusi 5,10 persen. Peringkat ketiga adalah komoditas minyak petroleum mentah dengan kontribusi 4,74 persen.
Sementara komoditas yang paling banyak diimpor adalah bahan bakar motor tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur dengan kontribusi 6,94 persen dari total impor. Disusul bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON 90 dan lebih tetapi di bawah RON 97 tidak dicampur dengan kontribusi 3,67 persen. Selanjutnya, komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 2,87 persen.
Dikatakan Teguh, ada tiga negara utama penyumbang impor terbesar periode Januari-Juni 2019, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD2,65 miliar. Kontribusi negeri tirai bambu ini terhadap impor mencapai 28,71 persen.
Disusul impor dari Amerika Serikat sebesar USD676,95 juta atau berkontribusi 7,32 persen. Kemudian Thailand sebesar USD 489,42 juta atau 5,29 persen. “Kalau untuk ekspor, Jatim paling banyak ekspor ke negara-negara ASEAN,” tandas Teguh.
Data BPS Jatim menunjukkan, selama Januari-Juni 2019, ekspor nonmigas ke ASEAN sebesar USD1,74 miliar atau 18,49 persen dari total ekspor. Singapura menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor nonmigas mencapai USD596,59 juta atau berkontribusi 6,32.
Lalu ke Uni Eropa sebesar USD828,06 juta dengan kontribusi sebesar 8,78 persen. Di Uni Eropa, Belanda merupakan yang terbesar dengan nilai USD221,50 juta, atau 2,35 persen. [rac]

Tags: