Nguri Uri Budaya Jawi, Peserta Berpakaian Guk dan Yuk

Wakil Bupati Sidoarjo H Nur Ahmad Syaifuddin foto bersama menggunakan pakaian adat Sidoarjo.

Upacara HUT Kabupaten Sidoarjo ke-159
Kab Sidoarjo, Bhirawa
Ada pandangan yang sangat berbeda pada Upacara HUT Kabupaten Sidoarjo ke-159, di Alun-alun 31 Januari 2018 lalu. Seluruh pejabat dan peserta diwajibkan menggunakan pakaian khas Sidoarjo, atau yang dipergunakan pada pemilihan Guk dan Yuk. Hal tersebut dilakukan karena Pemkab Sidoarjo ingin mehidupkan kembali atau nguri uri budaya Jawi yang sudah lama terpuruk.
Sekretaris Panitia HUT Pemkab Sidoajro ke 159 Aan Ali Fauziansah mengatakan kalau memakai pakaian khas daerah itu telah diatur dalam Ketentuan KDH Tingkat II Sidoarjo Nomer 451 tahun 1998 tentang Pakain Khas Daerah Sidoarjo untuk Pria dan Wanita. Dalam pasal 4 menyebutkan bahwa pakaian daerah Sidoarjo dipakai pada acara-acara resmi kedaerahan, juga pada acara resmi yang perlu menonjolkan budaya asli Sidoarjo.
Sedangkan pada pasal 4, Pakaian daerah ini juga harus dimiliki oleh para pejabat teras di lingkungan Pemkab Sidoarjo, eselom II, III, IV dan para pimpinan lembaga tingkat II lain yang dipandang perlu. “Jadi pelaksanaan pakai khas daerah Sidoarjo ini bukan mengada-ada. Sudah ada aturannya sejak alam, maka kami ingin menghidupkan kembali alias Nguri uri Budaya Jawa,” tegas Aan yang juga sebagai Kabag Rumah Tangga dan Protokol Pemkab Sidoarjo.
Lanjutnya, dalam aturan tersebut untuk para pria wajib menggunakan tutup kepala/udeng dengan motif/corak batik pinggir modang putih, dengan model pacul gowang. Sedangkan pakainnya adalah jas hitam, kacingnya 5 buah terbuat dari logam, serta menggunakan belek an belakangnya. “Aksesorisnya, rantai dan gandul mainan yang diuntaikan pada saku atas dan kancing jas,” jelasnya.
Untuk celananya warga gelap sama dengan jasnya. Dengan aksesoris kain panjang (Jarik) yang dipakai diantara baju/jas dan celana. Motif batik Sidoarjo dan dibentuk sonder sebatas lutut. “Sementara untuk sandalnya bentuk terompah dengan warga gelap,” ujar Aan.
Begitu juga bagi wanitnya, rambut harus digelung konde serta aksesoris kerajinan asli Sidoarjo. Bagi yang menggunakan kerudung harus berbordir motif Sidoarjo yang warnanya serasi batik/kebaya Sidoarjo. “Sementara bagaian bawah tentu saja jarik motif/batik asli Sidoarjo dan sandalnya juga hasil karya warga Sidoarjo,” pungkas Aan.
Wakil Bupati Sidoarjo H Nur Ahmad Syaifuddin mentuturkan dengan pakaian khas Sidoarjo ini akan sangat lebih kental dengan kedaerahan. Juga akan memberikan motivasi sesuatu yang baik dari leluhur harus tetap dipertahankan, harus tetap. Jadi karakteristik yang baik dari para leluhur yang baik, yang suci harus tetap dilestarikan.
Makanya kita harus menatap kemasa depan dengan segala problematika yang ada, bahwa warga Sidoarjo ini harus tahu sejarah, karakteristik juga pandai melakukan terobosan kedapan. “Oleh karena itu, kami lebih mengutamakan batik Sidoarjo, agar seluruh pejabat dan seluruh peserta upacara ini wajib menggunakan pakaian khas Sidoarjo. Harapan saya, kalau semuanya telah memakai pakaian khas Sidoarjo secara otomatis pengrajin pakaian dan batik ini juga ekonominya ikut terangkat,” harap Wakil Bupati yang juga sebagai Ketua Panitia HUT Sidoarjo ke 159.
Kebanggaan dalam memakai pakaian adat Sidoarjo juga telah ditegaskan oleh Ketua DPRD Sidoarjo H Sullamul Hadi Nurmawan. Usai mengikuti upacara HUT Sidoarjo ke 159 di Alun-alun. Pihaknya mengaku sangat bangga sekali bisa memakai pakaian ada Sidoarjo ini. “Alhamdulilah saya sangat senang sekali, bangga menggunakan pakaian khas Sidoarjo ini. Kami bisa pakai pakaian adat Sidoarjo hari ini. Semoga adat istiadat yang semacam ini tetap bertahan dengan baik, bisa lestari dengan baik pula,” katanya.
Menurutnya, karena yang bisa membentengi percepatan pertumbuhan seperti ini dan bisa menjadi roh dari segala sesuatu ada seperti ini adalah kita ini, warga kita sendiri. “Makan jangan sampai hilang, harus kita lestarikan, harus kita budayakan secara berkelanjutan,” jelas Gus Wawan_sapaan akrabnya.
Sementara itu Kepala Disporapar (Dinas Pemuda Olaharaga dan Pariwisata) Joko Supriyadi juga sangat mendukung sekali. Karena upaya menghidupkan kembali itu sama dengan membangkitkan potensi wisata Sidoarjo. Jadi, salah satu bukti wisata itu adalah budaya dan adat, identitas daerah itu adalah adatnya. Kalau sekarang ini dihidupkan kembali oleh pemerintah tentu lebih baik. Karena akan semakin mengenalkan budaya Sidoarjo ini masyarakat yang lebih luas.
Nguri Uri Budaya Jawi’ kalau bisa berjalan rutin dengan baik, tentu saja juga akan mendorong pariwisata dengan baik pula. Effeknya akan mendorong industri pakaian ikut terangkat, diantaranya pengrajin batik juga akan kena imbasnya. “Misal, seperti dalam upacara kemarin, banyak peserta yang tidak memiliki pakaian adat. Secara otomatis mereka akan beli, dari proses itu para pengrajin pakaian dan batik akan kena dampak ekonomi yang lebih baik lagi,” jelasnya. [Achmad Suprayogi]

Tags: