Nilai Konsumsi Masyarakat Surabaya Menurun

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Nilai konsumsi masyarakat Surabaya, Jatim berdasarkan data Bank Indonesia sampai September 2015 menurun dari 126,9 persen menjadi 99,6 persen dari total jumlah penduduk 2,9 juta jiwa, akibat keterbatasan ketersediaan lapangan kerja.
Deputi Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Jawa Timur Syarifuddin Bassara, Rabu mengatakan, penurunan konsumsi secara dominan berasal dari kelompok barang budaya dan rekreasi, diikuti oleh kelompok barang sandang dan suku cadang pascalebaran lalu.
“Nilai kelompok komoditas barang budaya dan rekreasi mengalami penurunan paling dalam, tercermin dari perubahan indeks riil penjualan eceran sebesar -8,02 persen (mtm),” ujarnya di Surabaya.
Sementara, nilai indeks keterbatasan ketersediaan (IKK) lapangan kerja di wilayah Surabaya saat ini mencapai 72,3 poin, dan merupakan titik terendah dalam kurun 2 tahun terakhir. Meski secara nilai konsumsi menurun, namun, kata Syarifuddin, secara umum kondisi perekonomian wilayah Surabaya masih relatif stabil, hal ini terindikasi pada pertumbuhan penjualan riil eceran Agustus 2015 yang sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, serta bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan nilai konsumsi tersebut masih mampu ditahan oleh peningkatan permintaan terhadap kelompok barang jenis makanan, minuman dan tembakau. “Selain itu, pada bulan September 2015 penjualan riil eceran tetap meningkat karena diyakini masih didorong oleh hampir seluruh kelompok barang, kecuali kelompok suku cadang yang tercatat stabil,” katanya.
Ia menjelaskan, penurunan nilai konsumsi juga disebabkan oleh turunnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) beberapa kelompok komoditas yang mengalami penurunan yaitu kelompok suku cadang dan aksesoris, perlengkapan rumah tangga lainnya, barang budaya dan rekreasi, dan kelompok komoditas barang lainnya.
“Penurunan ini mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung berkeyakinan mengalami penurunan optimisme, dan berdasarkan profil responden penurunan optimisme keyakinan konsumen didominasi oleh responden laki-laki, kelompok pengeluaran menengah atas (Rp 4,1jt-Rp5jt), usia tua (41th -50th), tingkat pendidikan pasca sarjana serta responden dengan pekerjaan non formal,” katanya.
Ia mengatakan, penurunan IKK juga didorong pergerakan negatif IEK dan IKE yang terjadi hampir seluruh indikator dengan penurunan terdalam pada ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang yang turun sebesar 46,3 poin menjadi 75,8 poin. [Wil,ant]

Tags: