Nilai UN Jadi Bobot Parameter Jalur Prestasi

Wahid Wahyudi

Dindik Lakukan Finalisasi Juknis
Dindik Jatim, Bhirawa
Ujian Nasional (UN) bukan lagi menjadi penentu kelulusan. Kendati begitu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Wahid Wahyudi menegaskan, nilai Ujian Nasional (UN) akan tetap digunakan dalam paremeter penilaian jalur prestasi untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2020.
Dijelaskan Wahid, pada komposisi PPDB jenjang SMA/SMK sedikit berubah tahun 2020. Untuk jalur zonasi, minimal kuota sebesar 50%, jalur afirmasi minimal 15%, mutasi orang tua maksimal 5% dan sekitar 30% untuk jalur prestasi.
“Jalur prestasi untuk PPDB tahun 2020 ini mempunyai alokasi lebih dibanding tahun 2019 yang hanya 15%. Sehingga untuk jalur prestasi ini ada parameter penialaian. Prestasi yang berbeda – beda akan dibobot,” ujar dia, Senin (13/1).
Misalnya, lanjut Wahid, siswa dengan juara baik akademik ataupun non akademik di tingkat kabupaten akan berbeda dengan tingkat provinsi ataupun nasional. Berlaku untuk prestasi akademik ataupun non akademik. Sedangkan untuk nilai UN masih akan menjadi bobot dalam penilaian parameter didalam jalur prestasi.
“Meskipun UN di tahun 2020 bukan penentu kelulusan tapi UN masih berperan untuk melihat mutu pendidikan antar daerah. Adakah disparitas tinggi antar daerah atau kab/kota bisa dilihat dari hasil UN nya,” kata dia.
Wahid juga menilai bahwa hasil UN juga juga menjadi parameter dalam penerimaan instansi negara, seperti TNI dan Akpol.
“Sore ini (kemarin) kita melakukan rapat terakhir untuk penyusunan juknis kita finalkan hari ini. Namun kami juga masih harus konsultasikan hasil juknisnya ke Kemendikbud dan gubernur barangkali ada saran,” pungkas dia.

Terapkan Program MLP
Sementara itu, Kepala SMPN 28 Surabaya, Triworo Parnoningrum mengungkapkan, persiapan UN sudah dilakukan sejak kelas VIII. Bahkan ia menerapkan startegi Multi Level Prestasi (MPL). Di mana siswa membentuk perantingan ke bawah. Artinya, hasil akademik siswa yang bagus akan menjadi ‘master student’ bagi siswa yang mempunyai nilai akademik dibawahnya.
“Kita mulai menerapkan program ini sejak awal kelas IX. Meskipun ada master student mereka tetap dikawal oleh para guru pengajar UN dalam pembahasan soal-soal UN,” tutur dia.
Lebih lanjut, Kepala Sekolah yang akrab disapa Woro ini menjelaskan dalam MLP ada beberapa tahapan yang dilalui. Mulai MLP mentoring berupa bimbingan belajar, MLP tutor sebaya dan MPL evaluasi yaitu try out.
“Dari hasil ini siswa dikelompokkan sesuai dengan kelas pemetaan berbasis hasil nilai try out mereka. Kemudian dari hasil ini terbentuk master student yang mempunyai nilai bagus. Kalau master student bisa mempertahankan nilainya akan digantikan dengan siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi,” ujar dia.
Dari adanya program ini, Woro mengaku, sejak tiga tahun terakhir peringkat hasil UN selalu meningkat. Sebab, program ini juga memberikan keluwesan pada siswa untuk berbagi ilmu dengan teman sebayanya. Di samping itu, siswa lebih disiplin waktu. Karena setia jam pelajaran renggang siswa lebih memilih berdiskusi dengan kelompoknya untuk membahas soal-soal UN.
“Kita lakukan setiap minggu. Jadi minggu pertama mentoring, minggu kedua tutor sebaya dan minggu terakhir evalusi. Dan ini efektif untuk menumbuhkan jika kompetitif siswa juga,” ujarnya. [ina]

Tags: