No Day No Party di Gili Trawangan

gili-trawanganSidoarjo, Bhirawa
No Day No Party menjadi jargon tiada hari tanpa pesta bule mancanegara yang memburu
kesenangan di Pulau Gili Trawangan, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gelap pun menjadi terang oleh cahaya lampu cafe yang berjajar di garis pantai pulau yang berada di Kab Lombok Barat itu.
Tak ada deru mesin mobil atau motor, hanya speedboot yang mengantar pengunjung dari daratan Pulau Lombok menuju Gili Trawangan.
Karena memang tak ada kendaraan bermotor, kecuali sepeda angin dan dokar wisata. Tak ada polisi, hukum negara tak berlaku di pulau itu, karena yang berlaku hukum adat. Tak ada sampah di pantai sebagaimana yang ditemui di Pantai Kuta,Bali. Pulau itu sangat bersih, airnya bening kebiruan. Pasirnya putih, sejauh mata memandang yang terlihat hanya bule berpakaian bikini yang berjemur di tepi pantai.
Tak ada hari tanpa pesta, itu sudah klop dengan kehidupan di pulau terpencil itu. Para bule datang untuk menikmati kesenangan, bebas berpakaian, bebas Narkoba, bahkan bebas melakukan ciuman. Jadilah pulau ini benar-benar Pulau Telanjang. Pulau yang menjanjikan kebebasan sebebas-bebasnya. Melihat bule bermesraan di pantai dengan pakaian seadanya, merekapun cuek dengan lingkungan sekitarnya, selama tak mengganggu privacy maka. ”No body care,” ucap pengunjung pulau itu, Lalu Ahmad Jajadi.
Sensasi kebebasan itu memang di jual Gili Trawangan atau bule menyebutnya Pulau Gili dan orang jawapun menyebutnya Gili Trowongan. Seperti Gula saja, sejak dibuka tahun 1994, pulau ini mampu
mendatangkan turis asing dari penjuru dunia.
Pernah pula kedatangan Karim Benzema, pemain Timnas Perancis yang saat ini bermain di real Madrid, juga pemain Timnas Brasil, Marcello, bahkan Artis Richard Mark juga kesana. Pemandangan di siang hari memang seperti biasa, turis berjemur, berendam, bermain snorkeling sambil melihat terumbu karang. Tapi suasana berubah 180 derajat begitu memasuki malam hari. Malam begitu panjang dengan hentakan aneka music.
Cafe yang berjejer itu menyuguhkan music berbagai genre. Yang suka reggae disediakan tempat khusus, rock, blues atau disko juga ada tempatnya sendiri-sendiri. Tinggal turisnya memilih tempat mana yang cocok dengan selera musiknya.
Namun karena letak cafe itu berjauhan sehingga suara musiknya tak tembus ke cafe lain. pesta digelar semalam suntuk dengan sudut-sudut entitasnya. Yang berasal dari Swedia bergabung dengan rekannya sesama bangsa, begitu pula dari Norwegia atau Belanda berpesta dengan satu rumpun bangsanya.
Jayadi mengatakan, melihat suasananya rasanya bukan seperti di tanah air. Begitu banyaknya turis pada musim panas mulai April sampai November, begitu banyaknya orang asing sehingga warga lokal sendiri merasa seperti menjadi turis di negaranya sendiri.
Ini sudah memasuki musim turis artinya tingkat kunjungan turis Eropa meningkat tajam. Mereka datang untuk menginap di Senggigi atau di Pulau Gili Trawangan. Sebagai tempat wisata yang mengandalkan pantai dan lautnya , NTB (Nusa Tenggara Barat) harus mengandalkan NTB (Nasib Tergantung Bali). Mengingat tujuan datang yang utama mengunjungi Bali, kalau ada waktu baru datang ke pulau Lombok.
Meskipun minim fasilitas, Pulau Gili menjanjikan keindahan yang dibutuhkan turis. Di pantai itu tak ada sumber air bersih. Namun di dalamnya terdapat hotel bintang empat. Bungalownya mirip kandang
kambing karena atapnya dari daun kelapa ditawarkan semalam Rp1,8 juta. Untuk mendapatkan air bersih harus didatangkan dengan perahu dari Pulau Lombok Barat yang jauhnya ditempuh dengan perahu 3 jam. ”Itu yang membuat hotel di sini mahal walaupun fasilitasnya minim,” tandasnya.
Untuk hotel bintang 4 yang letaknya agak jauh dari pantai tarifnya Rp1,2 juta per malam. Fasilitas yang minim itu tak menjadikan hotel tidak laku, justru turis berebut memesan. Mereka datang tak cukup dua atau tiga hari seperti wisatawan lokal tetapi bisa berminggu-minggu. Minimal satu minggu bermalam di di kawasan ini.
Sekali lagi pulau ini menjual kebebasan. Jangan dikira turis Eropa itu datang ke pulau ini sudah membawa pasangan. Mereka kadang yang perempuan datang sendiri berdua atau bertiga. Begitu pula laki-lakinya juga datang tak sendiri. mereka mudah berkomunikasi atau bertemu di saat pesta dansa.
Di saat pesta itu, yang jomblo dengan jomblo saling berpadu dengan menawarkan goyangan dansa. Seramnya lagi pesta dengan minuman keras itu dibikin sampai semuanya teler. Taruhannya bagi yang mabuk paling awal maka harus bersedia di buka pakaiannya. Bahkan sampai bugil. Itulah Gili Trawangan, dengan mabuk dan tanpa selembar kainpun, jangan harap ada yang mau peduli. Tak ada yang peduli karena mereka datang memang untuk mendapatkan kebebasan seperti ini. Sekali lagi no body care.
Sisi baiknya barangkali, di tempat ini tak ada pencurian, perampokan apalagi pembunuhan. Sehingga  tak diperlukan polisi. Barang yang diletakkan di meja sampai berhari-hari tak akan hilang. Mereka malu untuk mencuri, bahkan untuk membuang puntung rokok tak sembarangan. Kondisi ini menjadi berbalik ketika yang datang pengunjung lokal,mereka membuang meludah, membuang punting rokok sembarangan. Tak ada yang menegur, tetapi tatapan turis atau pengunjung lokal menyiratkan permohonan agar tak membuang sampah sembarangan.
Hamid, petugas Pam Swakarsa Gili Trawasangan mengatakan, kebersihan sangat diutamakan di pulau ini. Turis sangat menyukai kebersihan dan sangat menghargai dan menghormati kebersihan. Pulau Gili Trawangan sebenarnya terdiri dari 3 pulau kecil, yakni Trawangan, Meno dan pulau air. Pulau air belum dikembangkan walaupun alamnya tak kalah. Sementara Pulau Meno, dikhususkan bagi bule yang mencintai keheningan.
Di pulau kecil yang jaraknya 30 menit dengan speedboot dari Trawangan, ini tidak ada fasilitas apapun. Kecuali hanya rumah kecil, dan alat masak seadanya. Inilah tempatnya bagi mereka yang ingin menjauh dari duniawi.  ”Bukan hanya bule tua, banyak yang usia muda berpasangan berada di Meno,” katanya.
Taglinenya sama di Pulau Meno ini orang tak peduli dengan orang lain. Orang tak mengurusi urusan orang lain. Mau jungkir balik sendiri juga suka-suka. Kebebasan yang sebebasnya bahkan lebih bebas dari kebebasan di negaranya. [hds]

Rate this article!
Tags: