NTP Jatim Turun, Dua Sub Sektor Waspada

Pemprov, Bhirawa
Nilai tukar petani (NTP) di provinsi Jatim mengalami penurunan dari bulan sebelumnya, yaitu bulan Februari 2017 turun 1,27 persen dari 103,12 menjadi 101,81. Dari NTP itu, empat sub sektor pertanian mengalami penurunan NTP sedangkan satu sub sektor lainnya mengalami kenaikan.
Sedangkan dua sub sektor patut diwaspadai yakni tanaman pangan dan perkebunan rakyat karena turun di bawah 100.
Penurunan NTP terbesar terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 2,74 persen dari 100,14 menjadi 97,40 diikuti sub sektor Peternakan sebesar 0,72 persen dari 109,12 menjadi 108,34, sub sektor Hortikultura sebesar 0,57 persen dari 102,29 menjadi 101,70, dan sub sektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,07 persen dari 98,81 menjadi 98,74. Sedangkan sub sektor perikanan naik sebesar 0,09 persen dari 107,40 menjadi 107,50.
“Yang patut diwaspadai ada dua subsektor NTP yang turun dibawah hingga 100. Penurunan NTP ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan. Petani tidak selalu menikmati hasilnya, karena petani selain produsen juga konsumen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, Kamis (2/3).
Dijelaskan juga indeks harga yang diterima petani turun 0,68 persen dibanding bulan Januari 2017 yaitu dari 133,17 menjadi 132,26. Penurunan indeks ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani pada dua sub sektor pertanian dan sisanya mengalami kenaikan.
Sub sektor Tanaman Pangan mengalami penurunan terbesar yaitu 1,98 persen, dan sub sektor Peternakan sebesar 0,39 persen. Sedangkan sub sektor Perikanan naik sebesar 0,88 persen, diikuti sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,53 persen, dan sub sektor Hortikultura sebesar 0,06 persen.
Dipaparkannya, ada sepuluh komoditas utama yang menyebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani bulan Februari 2017 adalah gabah, tomat, kol/kubis, tebu, pisang, jagung, nilam, ikan gurame, sapi potong, dan ikan kembung.
Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat penurunan indeks harga yang diterima petani adalah ikan layang, bawang merah, tembakau, cabai rawit, kapuk, ikan lemuru, ikan swanggi, durian, kopi, dan tongkol.
Teguh juga mengatakan, kalau indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,59 persen dari 129,14 pada bulan Januari 2017 menjadi 129,91 pada bulan Februari 2017. Kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) sebesar 0,74 persen dan naiknya indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM) sebesar 0,39 persen.
Sepuluh komoditas utama yang mendorong kenaikan indeks harga yang dibayar petani adalah cabai rawit, bawang merah, bawang putih, ikan selar, ikan cakalang, sewa lahan ladang, bayam, upah menuai/memanen, benih lele, dan solar.
Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat kenaikan indeks harga yang dibayar petani bulan Februari 2017 adalah tomat sayur, daging ayam ras, benih bandeng/nener, telur ayam ras, bibit ayam ras pedaging, ikan lemuru, kacang panjang, petelur layer, kelapa tua, dan jagung pipilan. [rac]

Tags: