NU di Tengah Maraknya Radikalisme

Khozanah HidayatiOleh :
Khozanah Hidayati
Anggota FPKB DPRD Jatim

Seiring dengan lahirnya reformasi,  bermacam – macam idiologi masuk dan berkembang baik yang berhaluan ekstrim kiri sampai ekstrim kanan. Hal ini tidak bisa dihindari karena sebagai konsekuensi negara demokrasi maka tidak dibenarkan adanya larangan untuk berorganisasi atau menyatakan pendapat termasuk beridiologi beda asalkan tidak menganjurkan dan berbuat kekerasan.
Demikian juga paham-paham Islam radikal juga berkembang cukup pesat. Mulai dari paham yang gemar mengkafirkan saudara muslimnya sendiri, paham yang bercita-cita mendirikan negara Islam Nusantara, sampai paham yang bercita-cita menyatukan dunia dengan kekhalifahan.
Bahkan akhir-akhir ini marak warga IndonesIa yang bersimpati dan bergabung dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syam), yakni kelompok yang mengklaim sebagai Daulah Islamiyah yang dikepalai oleh Abu Bakr Al Baghdadi. Dan konon sudah lebih dari lima ratus orang Indonesia yang bergabung dengan kelompok ISIS tersebut untuk ber-“jihad” di Iraq dan Syiria. Dan bahkan beberapa kelompok radikal di dalam negeri sudah ada yang menyatakan baiat kepada kelompok ISIS ini.
Berkembangnya Islam radikal ini konon sudah menyusup ke segala lapisan masyarakat. Dari dunia kampus sampai dunia pesantren. Dari pelosok desa sampai kota. Dari yang berprofesi petani sampai pedagang. Dari yang berpangkat pamong desa sampai aparat keamanan. Ternyata mereka ini  menyusup kedalam masyarakat dengan membonceng maraknya gairah beragama yang juga marak mulai awal era reformasi.
Kenapa eksistensi kelompok radikal di negeri tercinta ini sangat marak? Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentunya kita harus memahami perihal tujuan kelompok radikal ini melakukan aksinya dan juga harus ditelusuri bagaimana pemerintah dalam hal ini pihak aparat keamanan memperlakukan mereka selama ini.
Dan bahkan juga harus direview ulang bagaimana kelompok elit mainstream muslim negeri ini berinteraksi dengan kelompok-kelompok radikal selama ini. Apakah para elit muslim main stream negeri ini sudah melakukan pendekatan yang intensif dan benar terhadap mereka sehingga mereka tercerahi untuk tidak salah mengartikan penafsiran jihad, salah mengartikan arti daulah islamiyah maunpun salah metode melakukan dakwah.
Lebih rincinya kalau boleh penulis sederhanakan diantara penyebab suburnya perkembangan kelompok radikal adalah pertama,
gairah menemukan dan memahami ajaran agama yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kurang mendapat respon yang baik dari para elit muslim main stream negeri ini. Sehingga akhirnya sebagian masyarakat yang pengetahuan agamanya tersebut masih dangkal mendapat bimbingan dan pencerahan keagamaan dengan pandangan yang keliru dari para kelompok radikal.
Kedua, belum adanya usaha-usaha dialog nyata dari muslim main stream negeri ini dengan para kelompok radikal. Yang ada hanya saling menyalahkan antar keduanya. Sehingga saling pengertian dan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniah antar keduanya tidak bisa terwujud.
Ketiga, pendekatan yang dilakukan oleh aparat keamanan terlalu ‘security centris’. Sehingga segala sesuatu yang berbau kelompok teroris hampir selalu berakhir dengan aksi penembakan para pelaku teror. Ataupun kalau mereka tertangkap hidup-hidup, nasib mereka akan dihukum berat tanpa ada usaha penyadaran akan pemahaman keagamaan mereka yang salah dan sesat.
Keempat, kondisi sebagian masyarakat yang frustasi akan kondisi penegakan hukum di negeri ini seperti semakin merajalelanya korupsi, maraknya aksi premanisme dan mafia hukum dan sebagaianya. Akhirnya sebagian masyarakat yang sudah frustasi tersebut melirik terhadap janji-janji instan kelompok-kelompok radikal yang meniupkan angin syurga. Sehingga sebagian masyarakat tersebut bersimpati kepada kelompok radikal.
Kelima, tidak adanya pembinaan perekonomian terhadap kelompok-kelompok yang terindikasi teroris dan bersimpati terhadap teroris. Begitu mereka terindikasikan kelompok teroris seolah-olah akses mereka terhadap kegiatan perekonomian seakan-akan sengaja dipersulit, padahal sebagain besar mereka ini dari golongan ekonomi menengah kebawah, sehingga sedikit saja ada tawaran menarik dari kelompok radikal kepada mereka dengan janji syurga plus upah ribuan dolar perbulan maka mereka otomatis akan bergabung.
Agar kelompok-kelompok radikal tersebut tidak bertambah besar,  menyusup dan menyebar ke  tengah-tengah masyarakat, dan kalau memungkinkan mereka akhirnya sadar akan kesalahan ajaran yang mereka ugemi tersebut. Maka NU yang akan mengadakan muktamar pada bulan Agustus mendatang di Jombang, haruslah merumuskan strategi untuk menangkal dan membendung ajaran radikal yang mengatasnamakan agama tersebut.
Strategi tersebut harus bisa  memberikan pencerahan keagamaan yang benar berdasarkan islam rahmatan lil alamin kepada komunitas yang mempunyai gairah keagamaan yang tinggi namun menjadi target utama dari kelompok radikal,  seperti kampus-kampus perguruan tinggi,  daerah-daerah urban perkotaan, dan sebagainya.
Juga harus dirumuskan strategi untuk melakukan dialog keagamaan atau melakukan kegiatan sosial terhadap kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan beridiologi radikal atau yang bersimpati kepada kelompok radikal agar terjadi hubungan uhuwah islamiyah dan uhuwah wathoniyah yang intent sehingga tidak ada timbul saling curiga yang akhirnya mengarah kepada perbuatan radikal ataupun terror.. Yang tidak kalah penting juga adalah strategi kerjasama dengan aparat keamanan yang bertugas menangani kelompok-kelompok teror.  Kerjasama tersebut bertujuan untuk melakukan penyadaran kepada kelompok teror agar mereka bisa memahami Islam secara benar, yakni  Islam yang damai dan rahmatan lil alamin.
Semoga nantinya strategis hasil perumusan tersebut bisa diaplikasikan dengan tepat. Sehingga Islam di Indonesia benar-benar jauh dari ajaran radikal dan ajaran teror. Dengan demikian maka negara Indonesia dengan jumlah muslim terbesar di dunia ini akan menjadi qiblat Islam dunia, semoga.

                                                                                        —————————- *** —————————–

Rate this article!
Tags: