NU-MUI Tapal Kuda Tolak Syi’ah dan Wahabi

Anggota Banser Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Blitar saat memasang Spanduk imbauan tolak gerakan Terorisme di Blitar. [Hartono/Bhirawa]

Anggota Banser Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Blitar saat memasang Spanduk imbauan tolak gerakan Terorisme di Blitar. [Hartono/Bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Pondok Pesantren Nurul Qodim Kalikajar, Paiton, Kabupaten Probolinggo, menanggapi serius adanya gerakan aliran sesat, dengan mengandeng PCN tiga wilayah, yang dihadiri para ulama Kota/Kabupaten Probolinggo dan beberapa ulama dari luar daerah, se tapal kuda. Termasuk para pengurus MUI Kota/Kabupaten Probolinggo.
Acara tersebut dikemas dialog Holaqoh Menolak Faham Syi’ah dan Wahabi, dan Gafatar. Hadir tiga narasumber dalam dialog mencegah gerakan radikal itu. Habib Ahmad Bin Zen Al Kaf dari Surabaya, selaku Ketua umum Front Anti Aliran Sesat. Ulama kedua yang menjadi Narasumber KH. Abdurrahman Nafis, direktur Aswaja PWNU Centre, sekaligus Wakil Ketua MUI Jatim. Dan terakhir Habib Tohir Al Kaf dari Tegal Jawa Tengah.
Habib Ahmad Bin Zen Al Kaf, Kamis (28/1) mengatakan, kelompok yang selamat nanti yang mengikuti ajaran Nabi Muhamad SAW dan sahabatnya. Di Indonesia banyak berkembang berbagai aliran sesat yang masuk dari berbagai Negara, yang menurutnya menyimpang dari ajaran agama Islam, yang berseberangan dengan ahli Sunnah Waljamaah.
Selain itu ada aliran Ahmadiyah. Dikatakan Habib Zen, aliran Ahmadiah itu menyebutkan Nabi Muhammad bukan nabi yang terakhir. Tentunya, ajaran itu bertentangan dengan Al-quran yang tak lain kalam Allah.
“Siapapun yang berlawanan dengan ajaran ahli sunnah waljamaah, dia golongan aliran sesat. Habaib yang mlengikuti aliran sesat, baik itu Wahabi, Syi’ah atau lainnya, patut dilawan dan disebut mantan habaib,” tegasnya.
Sedangkan KH. Abdurrahman Nafis menyinggung soal Gafatar. Dimana, kelompok Gafatar yang santer mengundang gejolak itu, termasuk golongan aliran sesat. Bahkan, para ulama pun, termasuk MUI menyatakan Gafatar itu sesat. “Gafatar tetap kami menolak, karena sesat. Tetapi, untuk eks gafatar yang tengah dipulangkan itu, tetap kami terima untuk dilakukan pembinaan,” kata wakil Ketua MUI Jatim itu.
Terkait kelompok Gafatar itu lanjutnya, tetap memiliki kewajiban masyarakat dan ulama untuk melindungi. Meskipun, mereka memiliki keyakinan mantan yang tidak mudah untuk mengembalikan ke ajaran ahlisunnah waljamaah. “Jangan dimusuhi, tapi didekati. Sesuai dengan dakwah Nabi Muhammad dan Ahlusunnah Waljamaah,” sebutnya.
Sementara Gus Abdullah Hasan, putra KH. Hasan Abdul Jalal, pengasuh Ponpes Nurul Qodim mengungkapkan, dialog hasil kerjasama tiga PCNU itu untuk membentengi dan melindungi dari kelompok gerakan radikal dan aliran sesat. “Kami ingin Islam yang damai dan rahmatalill alamin. Kami harap masyarakat tidak menjadi korban paham aliran sesat, salah satunya Gafatar dan lainnya,” tambah Abdullah.
Ansor Kota Blitar
Sementara itu, maraknya gerakan terorisme akhir-akhir ini bahkan sempat terjadinya aksi terorisme di Jakarta membuat Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Blitar berikan sosialisasi kepada masyarakat Blitar.
Komandan Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Kota Blitar, Syarifudin menegaskan pihaknya komitmen untuk melakukan pengawasan serta antisipasi gerakan terorisme di Kota Blitar. Sehingga pihaknya secara langsung memberikan sosialisasi kepada masyarakat Kota Blitar melalui pemasangan spanduk disejumlah titik di Kota Blitar. “Kami tegas menolak apapun gerakan Terorisme di wilayah Kota Blitar, sebab bagi kami NKRI sudah harga mati,” kata Syarifudin.
Selain itu pihaknya juga telah mengintruksikan kepada jajaran dibawahnya untuk melakukan pengamatan atau pemantauan jika ada gerakan yang mencurigakan mengarah pada gerakan terorisme serta radikal.
“Sampai tingkat Kelurahan hingga tingkat RT/RW kami sudah instruksikan untuk melakukan pengamatan, sehingga akan kami koordinasikan dengan pihak dan aparat terkait jika ada temuan aktifitas yang mencurigakan,” jelasnya.
Di sisi lain pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak Polres Blitar Kota dan Kodim 0808 Blitar untuk siap bekerjama melakukan tangkal gerakan teroris di Blitar, sebab wilayah Kota Blitar yang merupakan kota kecil biasanya menjadi salah satu sasaran gerakan terorisme. “Meskipun Kota Blitar hanya ada 3 Kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 140 ribu jiwa, dibandingkan wilayah lain lebih kecil. Kami berharap steril dari gerakan tersebut,” ujarnya.
Komandan Kodim 0808 Blitar, Letlol Arh. Surya Dani, SH juga mendukung gerakan Banser PC GP Ansor Kota Blitar dengan melakukan antisipasi gerakan Terorisme di wilayah Kota Blitar. Bahkan pihaknya mengaktifkan intensitas kegiatan Bintara Pembina Desa (Babinsa) di wilayah Blitar dengan melakukan pengecekan adanya orang asing di setiap Desa untuk diketahui. “Ini sebagai bentuk antisipasi agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu kami juga meminta Babinsa untuk berkoordinasi aktif dengan perangkat Desa serta Muspika,” tegasnya.
Sementara pasca kedatangan eks anggota Gerakan Fajar Nusantara  (Gafatar) asal Kabupaten Blitar dari Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat (Kalbar), pihaknya juga tetap melakukan pemantauan secara aktif. Agar jangan sampai mereka kembali ke jalan yang menyalahi aturan sehingga organisasi tersebut dilarang. “Kami akan berkoordinasi dengan semua pihak untuk melakukan antisipasi gerakan tersebut, dan telah kami instruksikan sampai tingkat Koramil hingga Babinsa,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Kapolres Blitar Kota, AKBP Yossi Runtukahu, sejak dini pihaknya juga melakukan antisipasi adanya gerakan terorisme dengan bekerjasama dengan semua pihak termasuk Organisasi Masyarakat (Ormas) di Blitar.
“Untuk mengantisipasi gerakan teroris di Blitar, kami juga mengajak kepada semua pihak untuk melakukan antisipasi termasuk dengan Banser, sehingga jika ada hal yang mencurigakan silahkan segera laporkan kepada kami,” pungkasnya. [wap,htn]

Tags: