Nur Aini-Sutrisno, Pasangan Guru Peracik Jamu asal Bondowoso

Nuraini saat mendampingi para pelanggan dan pembeli jamu di kediamannya di Desa Cindogo Kecamatan Tapen Bondowoso baru baru ini. [sawawi]

Racik dan Kemas Jamu pada Malam Hari, Kini Sudah Dikenal Hingga Luar Daerah
Kab Bondowoso, Bhirawa
Menjadi seorang guru hingga duduk dipuncak jabatan sebagai kepala sekolah, tak membuat pasangan suami isteri, Sutrisno dan Nuraini malu merintis keahliannya meracik aneka jamu di rumahnya. Sebagai peracik jamu asli dari ramuan tradisional dan bahan empon-empon, suami istri ini mulai dikenal luas di Bondowoso dan luar daerah. Berkat kemampuannya itu, kini rumahnya kerapkali kebanjiran tamu dan sejumlah pelanggan tetap hanya untuk memesan jamu.
Setiap malam atau sore usai mengabdi sebagai tenaga pendidik di sekolah, keduanya tak langsung beristirahat. Sutrisno dan Nuraini langsung menuju tempat khusus di rumahnya yang sudah didesain sebagai lokasi meracik jamu. Kedua pasangan ini tak hanya kompak dalam urusan rumah tangga, melainkan juga serasi dalam meracik aneka jamu kesehatan hasil buatan tangannya sendiri. “Saya sama istri selalu rutin tiap malam membuat racikan jamu,” ujar Sutrisno, yang juga menjadi pengajar di SMPN Taman Krocok Wonosari Bondowoso.
Menurut Sutrisno, awal muasal ketertarikan meracik jamu dipicu oleh anak kandungnya yang kerap kali sakit. Sutrisno sadar, untuk kesembuhan penyakit anaknya tidak melulu melalui layanan medis dokter atau bidan. Sutrisno ingat dalam benaknya memiliki keahlian meracik jamu dari bahan bahan tradisional. Dari sanalah, dia mencoba mengawali membuat jamu. “Dan Alhamdulillah berkat bantuan Sang Kuasa, usai meminum jamu, penyakit anak saya bisa sembuh,” terang Sutrisno.
Berbekal pengalaman manis tersebut, Sutrisno lalu mengajak istrinya untuk melanjutkan keahlian meracik jamu dengan dikelola secara profesional. Benar adanya, sang istri lambat laun juga kesemsem untuk mengelola jamu. Ternyata Nuraini tak kalah cepat dengan Sutrisno dalam meracik jamu. Jamu jamu tersebut, lanjut Sutrisno, lalu diujicobakan kepada sahabat, tetangga, kerabat dan teman se kantor hingga terkenal saat ini.”Mulai saat itu, hasil racikan jamu saya kian meluas. Alhamdulillah sudah terkenal di Bondowoso dan luar Bondowoso,” terang Sutrisno.
Dimata pasangan asal Desa Cindogo, Kecamatan Tapen, Kabupaten Situbondo, mengelola pembuatan jamu tidak sampai mengganggu tugas pokoknya sebagai seorang ASN (aparatur sipil negara). Bahkan, dengan pekerjaan sampingan tersebut, ia bisa menambah saudara dan pertemanan serta menambah banyak nilai pahala karena bisa membantu kesusahan orang lain.
Yang semula anak dan kerabat teman itu sakit, urai Sutrisno, dengan mengkonsumsi jamu racikan ini bisa sembuh seperti sediakala. “Jamu saya banyak untuk kesehatan. Bisa juga untuk menambah kejantanan bagi pria serta menambah vitalitas bagi wanita,” ungkap Sutrisno.
Disisi lain, Nuraini yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah PAUD Dinar Nasyiah Tapen Bondowoso, menambahkan, dirinya seringkali kedatangan teman sekolahnya untuk mencicipi racikan jamu andalan buatan tangannya. Tak hanya sendirian, kupas jebolan PGAN Situbondo tahun 1992 itu, seringkali teman temannya datang secara rombongan. “Semua saya buatkan jamu. Sehabis minum jamu banyak diantara teman teman tersebut langsung banjir keringat dan tampak segar,” terang Nuraini.
Perempuan energik itu menambahkan, jamu hasil buatan tangannya juga bisa untuk media perantara memiliki keturunan dan menyembuhkan berbagai penyakit umum. Seperti wasir, sakit kepala biasa, migrain, sakit perut dan penyakit lainnya. Agar Nuraini tidak kekurangan bahan baku jamu, disekitar rumahnya sengaja ditanam berbagai jenis bahan untuk pembuatan jamu. “Ada banyak tumbuhan apotik hidup dipekarangan rumah saya. Seperti jahe dan aneka daun daunan semua ada,” terang Nuraini.
Agar pemesanan jamu mudah dibeli oleh berbagai pelanggan, tutur Nuraini, dirinya membagi berbagai jenis paket jamu dengan dibungkus plastik kecil. Kata Nuraini, jamu jamu hasil karyanya tersebut akan lebih berkhasiat dan terasa nikmat, bila diseduh dengan tambahan beberapa sachet madu dan butir telur ayam kampung. “Rumah saya ini selain untuk tempat bersitirahat juga menjadi tempat uji coba pembeli jamu yang datang dari berbagai daerah,” tegas Nuraini.
Sementara itu, Tum Khoiriyah wanita asal Desa Pandean Kecamatan Paiton Probolinggo mengaku sebagai pelanggan tetap dan penikmat jamu hasil racikan Sutrisno-Nuraini asal Desa Cindogo, Kecamatan Tapen, Bondowoso. Wanita yang juga seorang guru SD itu mengakui setelah mengkonsumsi jamu hasil buatan Sutrisno-Nuraini, badannya terasa sehat dan tidak loyo dikala beraktivitas. “Biasanya saya memesan jamu bikinan Sutrisno-Nurani melalui jasa pengiriman. Kadangkala saat bepergian ke Jember saya sekalian mampir ke rumahnya. Khasiat jamunya memang beda dan sangat terasa,” pungkas Tum Khoiriyah. [Sawawi-Samsul Tahar]

Tags: