Nyepi, Jeda Ke-dunia-an

Umat Hindu (di Bali) telah melaksanakan Melasti di tepi perairan. Persiapan jelang hari raya Nyepi perlu dilakukan sebagai penghantar spiritual. Bersyukur terhadap limpahan alam dari air dan udara. Nyepi, menjadi cara manusia memuliakan kehidupan. Sebagai ritual budaya bersendi pesan moral agama. Puncak Nyepi akan berupa sembahyang di pelataran candi Prambanan (Yogya). Juga ditandai penutupan bandara Ngurah Rai, dan seluruh pelabuhan penyeberangan.
Nyepi, berarti “puasa” catur brata. Tidak melakukan empat hal. Yakni, tidak memasak, tidak bepergian, tidak bekerja, tidak mengejar kebahagiaan dunia. Selama sehari digunakan mawas-diri, dilaksanakan secara kukuh. Termasuk penutupan bandara Ngurah Rai yang ramai, selama 24 jam. Begitu pula pelabuhan Gilimanuk (jalur transportasi dari arah Jawa), serta pelabuhan Padang Bae (jalur pulau Lombok), semuanya libur operasi.
Lebih separuh budaya di Indonesia berlatar agama. Berbagai perayaan budaya selalu ber-iringan dengan pesan ke-mulia-an moral ajaran agama. Selama berabad-abad berbagai agama “mengasuh” budaya kearifan lokal. Tak terkecuali seni budaya alat musik (dan seni suara). Pada masa kini perayaan budaya keagamaan dapat dijadikan media pencerahan masyarakat. Bahkan manakala ditata, dapat menjadi sumber perekonomian kreatif.
Pelaksanaan budaya keagamaan, dapat pula meningkatkan kegiatan sektor UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). Antaralain perayaan hari raya Idul Fitri, Imlek, dan Saraswati. Bahkan pengelolaan dengan profesional dapat menjadikan budaya keagamaan sebagai kalender wisata yang sangat diminati. Misalnya (yang telah kesohor), perayaan “Ogoh-ogoh,” yang menyertai Nyepi. Serta “Grebek Suro,” yang menyertai tahun baru Hijriyah.
Seluruh perayaan adat budaya, secara simbolik selalu meng-gelora-kan pesan keluhuran moral. Uniknya, pelaksanaan budaya keagamaan selalu diikuti (dan diminati) kalangan antar-umat. Terasa bagai bukan milik satu agama. Seperti terjadi pada perayaan “Grebek Suro” (muslim), diikuti pula umat agama lain. Begitu pula iring-iringan patung kertas Bhuta Kala, tetap menjadi ikon perayaan “ogoh-ogoh.”
Perayaan ogoh-ogoh, rutin diselenggarakan sehari sebelum hari raya Nyepi. Iring-iringan ogoh-ogoh, memiliki istilah sebagai pengerupukan (penggerebekan dan penangkapan) sifat buruk. Disimbolkan dengan bentuk raksasa Bhuta-Kala (kekuatan besar zaman). Karena diyakini, setiap zaman selalu terdapat permasalahan sosial yang cukup besar. Boleh jadi, permasalahan sosial yang menggejala, berupa krisis ekonomi, korupsi, serta terorisme dan peredaran narkoba.
Maka ogoh-ogoh, melambangkan kebersamaan untuk mencari solusi penyelesaian yang dihadapi masyarakat. Patung raksasa Bhuta Kala (yang tertangkap), selanjutnya akan dibakar. Namun pembakaran ruh jahat, mesti di-ikuti laku nyepi. Yakni, mengurangi nafsu ke-dunia-an, menghindari berfoya-foya, dan tidak meng-eksploitasi kekayaan (alam). Harus terdapat “jeda” kesibukan sehar-hari, untuk ber-kontemplasi (mawas diri).
Perayaan ogoh-ogoh, seolah-olah mengalami “penggalian kembali” budaya, sejak tahun 1983. Ketika itu pemerintah telah menetapkan hari raya Nyepi, sebagai hari libur nasional. Saat itu umat Hindu di Bali mulai membuat semacam perwujudan Bhuta-Kala untuk menyambut Nyepi. Dimaksudkan sebagai pengembalian Bhuta-Kala ke asalnya. Sekarang, perayaan ogoh-ogoh menjadi semacam ritual wajib yang dilaksanakan sehari sebelum Nyepi.
Sebagai iringan ritual Nyepi, sebenarnya ogoh-ogoh telah melampaui zaman (ke-emas-an Hindu di Indonesia). Ogoh-ogoh telah menjadi budaya nasional. Bukan hanya di Bali, melainkan juga telah populer di seantero Jawa. Diikuti umat lintas agama, partisipasi umat Islam, Kristen, dan Katolik. Pada perayaan Nyepi 2019 (tahun saka 1942), sekaligus dijadikan momentum pesan moral masyarakat.
Pawai ogoh-ogoh masa kini, juga “meng-akomodir” permasalahan sosial yang sedang berkembang. Dus, perayaan budaya keagamaan, tetap menjadi sarana ampuh penglipur kegelisahan masyarakat. menjadi inspirasi mencerahkan kerukunan sosial.

———- 000 ———–

Rate this article!
Nyepi, Jeda Ke-dunia-an,5 / 5 ( 1votes )
Tags: