Ojek Online Sengsarakan Hidup Tukang Becak Kabupaten Nganjuk

Aksi ratusan tukang becak di DPRD Nganjuk yang merasa lahan rejekinya diambil oleh ojek online.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Sekitar seratus tukang becak yang biasa mangkal di tengah Kota Nganjuk, berunjuk rasa menolak keberadaan transportasi ojek online, Kamis (3/4). Sambil mengayuh becaknya, para tukang becak datang berbondong-bondong ke Kantor DPRD Nganjuk di Jl. Gatot Subroto.
Demo tukang becak ini merupakan reaksi keberadaan ojek online di Kota Nganjuk.
Sejak ada ojek online, pendapatan tukang becak merosot drastis, bahkan ada tukang becak yang dalam sehari tidak narik penumpang sama sekali. Sebab, penumpang langganannya banyak yang beralih naik ojek online.
Selain itu, ojek online memasang tarif yang lebih murah dari tarif tukang becak dan bahkan banyak driver ojek online yang bukan warga Nganjuk. “Kami sering melihat ojek online mengambil penumpang di tempat mangkal becak,” ungkap Taro’ib, salah satu perwakilan tukang becak Nganjuk.
Dalam sehari, penghasilan tukang becak yang mangkal di sekitaran Alun Alun Nganjuk hanya sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu. Namun sejak ada ojek online, diakui Taro’ib pendapaatan mereka tidak lebih dari Rp 10 ribu. “Lebih parah lagi, kami tidak jarang pulang tidak membawa hasil apapun,” keluh Taro’ib.
Padaahal, dikatakan Taro’ib, kebutuhan saat ini sangat mahal seperti listrik, beras dan biaya anak-anak sekolah. Dengan penghasilan yang hanya sekitar Rp 10 ribu/hari, para tukang becak banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setelah beberapa lama menggelar aksinya,para tukang becak tersebut berdialog dengan Ketua Komisi III DPRD Nganjuk, Tatit Heru Tjahjono, A.Md. Didepan para tukang becak, Tatit menjanjikan akan menindaklanjuti aspirasi para tukang becak. Karena angkutan umum online ini berkaitan langsung dengan intitusi lain dan kebijakan pusat berupa keputusan menteri.
“Saya memahami apaa yang diraasakaan paraa tukang becak di Nganjuk dengan keberadaan ojek online. Karena itu DPRD Nganjuk akan mencarikan solusi agar tidaak terjadi gesekan antara ojek online dengan tukang becak dalam mencari rejeki,” ujar Tatit.
Namun demikian para pengunjuk rasa merasa tidak puas. Pertemuan dengan DPRD tersebut dianggap belum menghasilkan solusi secara konkrit. Malah para abang becak diminta menunggu kebijakan yang akan diambil DPRD. “Ojek online harus dibubarkan,” teriak para tukang becak.
Setelah sekitar dua jam menggelar aksinya, para tukang becak yang mendapatkan pengawalan ketat kepolisian akhirnya membubarkan diri.(ris)

Tags: