Olah Sampah Jadi Pupuk Cair Ramah Lingkungan

Mahasiswa UMSurabaya menunjukkan cara kerja mesin pembakar sampah rendah emisi untuk pengolahan pupuk cair.

UMSurabaya Pamerkan 45 Produk Inovasi KKN
Surabaya, Bhirawa
Pemanfaatan sampah rumah tangga banyak digalakkan untuk mengurangi limbah. Mulai dari pengolahan kembali kreasi barang berguna dan ekonomis hingga layak jual. Tak terkecuali dilakukan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya yang mengolah limbah menjadi bahan dasar pupuk ramah lingkungan melalui mesin pembakar. Mesin pembakar membutuhkan waktu pengerjaan selama dua bulan ini telah diuji cobakan di Kecamatan Bulak Banteng.
Menurut Salah satu anggota KKN Bulak Banteng, Kota Surabaya Dikki Yostiano, alat yang dinamakan alat pembakar sampah rendah emisi ini dilatari karena banyaknya sampah rumah tangga yang terus menumpuk. Apalagi masyarakat lebih memilih membakar ditempat terbuka yang menyebabkan gangguan – gangguan di sekitar lingkungan dibanding mengubur sampah.
“Di Kelurahan Bulak Banteng masih banyak sampah berserakan. Ini menjadi acuan kita untuk membuat inovasi teknologi tepat guna ini,” ujarnya dalam pameran inovasi KKN, di halaman kampus setempat, Selasa (30/8).
Cara kerja alatnya pun mudah, sampah rumah tangga seperti kertas dan dedaunan kering dimasukkan drum lebih dahulu untuk dibakar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah akan disedot kipas blower yang ada didalam mesin. Selanjutnya asap akan naik dan di sprai menggunakan sprayer. Di tahapan ini asap akan menjadi cairan embun, cairan ini akan menjadi pupuk.
“Pupuk baik digunakan jika warna cairannya kuning atau hitam, tapi prosesnya pun lebih lama,” terangnya.
Alat yang dibuat 19 mahasiswa KKN lintas fakultas ini menghabiskan dana sekitar Rp1 juta, dengan kapasitas 25 mililiter pupuk cair dan 20 kg sampah. Sementara komponen yang digunakan dalam membuat alat ini adalah drum, sprayer, selang, blower dan pompa air.
Dikatakan Dikki, meski menggunakan segala jenis limbah sampah, namun masing – masing jenis sampah memiliki durasi yang berbeda. Seperti penggunaan sampah kering sekitar 2 jam. Sementara sampah plastik dan botol lebih lama sekitar 1 hari sampai jadi asap cair.
Kelebihan alat ini ramah lingkungan. Sedangkan pupuk yang dari pabrikan merusak tanah. Kelebihan lainnya lagi, abu hasil sampah bisa diolah kembali menjadi paving. Sementara itu, alat pembakaran sampah rendah emisi merupakan salah satu dari 45 Produk Inovasi untuk Desa Mengabdi dengan Inovasi melalui KKN UM Surabaya.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) membagi mahasiswa menjadi 45 kelompok yang tersebar di enam daerah, yakni Surabaya, Pamekasan, Jombang, Lumajang, Lamongan dan Bojonegoro. Pembagian komposisi mahasiswa di masing – masing wilayah tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah itut.
Sementara itu, Rektor UMSurabaya, Sukadiono, menyampaikan rasa bangganya atas pengabdian para mahasiswa yang telah mengimplementasikan ilmu dan menciptakan inovasi teknologi tepat guna yang dapat diterapkan di masyarakat.
“Produk inovasi yang dihasilkan mahasiswa KKN tahun ini sangat beragam. Tidak hanya berkutat pada produk makanan maupun kecantikan, hasil inovasi mahasiswa juga berupa teknologi tepat guna yang dipakai sesuai kebutuhan masyarakat. Diharapkan, produk inovasi yang dihasilkan menjadi salah satu solusi bersama masyarakat untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan,” tutur Suko.
Kepala LPPM UM Surabaya, Dede Nasrullah menambahkan, tahun ini ada 45 produk inovasi untuk desa. Tahun ini mengusung tema Bangkit dan Berkarya Menuju Masayarkat Berdaya. Syukur 45 inovasi telah dihasilkan mahasiswa KKN UM Surabaya selama pengabdian di desa.
Beberapa produk inovasi karya mahasiswa diantaranya inovasi pengering udang rebon, Nom-nom sinom anti stunting, inovasi limbah kulit pisang menjadi pupuk organik cair, peta digital: jelajah Senduro Semeru, pasta gigi herbal, alat pembakar sampah rendah emisi, the kulit salak, diet sampah plastik, produk inovasi olahan ikan asin dan inovasi menarik lainnya.
Dede menegaskan, dengan tercipatnya inovasi yang telah dihasilkan mahasiswa UM Surabaya artinya mahasiswa telah mempunyai pengalaman bekerja yang berharga melalui keterlibatan masyarakat secara langsung yakni menemukan, merumuskan, memecahkan dan menanggulangi masalah pembangunan secara pragmatis dan interdisipliner.
“Selama KKN tentu mahasiswa akan lebih menghayati kondisi, serta peka terhadap permasalahan kompleks yang dihadapi masyarakat sehingga mengharuskan mereka untuk berpikir kritis dan memecahkan suatu masalah berdasarkan ilmu dan teknologi,” kata Dede lagi.
Dede berharap, setelah dilaksanakan kegiatan ini perguruan tinggi memperoleh umpan balik dari masukan yang dapat berguna untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan penelitian yang dilakukan dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. [ina.fen]

Tags: