Optimalkan Kebersihan Sungai Brantas Dengan Inovasi Teknologi di Kota Batu

Kegiatan para aktivis lingkungan Sabers Pungli memunguti sampah di sungai Brantas yang ada di Kota Batu.(Anas Bahtiar/Bhirawa)

Kota Batu,Bhirawa
Kota Batu yang menjadi hulu dari Sungai Brantas terus berupaya agar kondisi sungai tetap bersih dan bebas dari sampah. Dan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal, aktivis lingkungan Kota Batu yang tergabung dalam Sabers Pungli kini menggandeng akademisi dari Universitas Brawijaya melakukan pemantauan sungai dengan memanfaatkan inovasi teknologi.
“Kerja sama dengan akademisi ini kita lakukan untuk lebih mengoptimalkan hasil dari gerakan peduli lingkungan dari Sabers Pungli yang saat ini sudah memasuki tahun kedua,”ujar salah satu aktivis dari Sabers Pungli, Herman Aga, Rabu (4/12).
Pada dasarnya, kata Herman, baik sampah yang ada di darat maupun sampah yang ada di sungai merupakan persoalan bersama. Karena jika masalah sampah tak bisa tertangani maka semua akan terdampak. Dengan latar belakang itulah semua pihak harus ikut berpartisipasi dalam penanganan sampah di sungai, termasuk menggandeng akademisi.
“Dan dengan inovasi teknologi yang dibuat akademisi diharapkan bisa lebih mengoptimalkan upaya pencegahan maupun penyelesaian masalah sampah di sungai Brantas Kota Batu,”tambah Herman. Adapun inovasi teknologi yang diciptakan bertujuan untuk memantau kondisi sungai Brantas yang ada di Kota Batu. Alat ini dinamakan DAS Brantas Monitoring System.
Akademisi Universitas Brawijaya Malang, Muhammad Azis Muslim menjelaskan bahwa program DAS Brantas Monitoring system merupakan alat sensor sampah dengan controlling system. Artinya alat ini akan melaporkan data riil kondisi sungai yang dipasangi alat ini.
“Dengan data itu akan diperoleh indikasi seberapa parah kondisi sungai yang terpolusi oleh sampah. Cara kerja alat ini adalah kamera sensor CCTV yang terpasang. Kemudian alat akan melaporkan kondisi ketinggian dan kecepatan air juga volume sampah yang melintas dan yang menyangkut di aliran sungai,” ujar Azis.
Pria yang juga Dosen Teknik Elektro UB ini lebih lanjut menjelaskan bahwa data yang ada atau masuk ke system akan diolah dan ditabulasikan melalui website. Dan website ini bisa diakses oleh semua orang melalui webwww.loki.ub.ac.id/das.
Selanjutnya data tersebut juga diteruskan kepada pemegang kebijakan untuk kemudian melakukan tindakan kongkrit yang akan dilakukan sekaligus upaya pencegahannya.
Saat ini sebagai prototype telah terpasang dua alat sensor di kali Kebo dan kali Bulu yang ada di Kelurahan Sisir, Kecamatan/Kota Batu. Diharapkan kedepan juga bisa segera terpasang alat DAS Brantas Monitoring di titik-titik sungai rawan sampah yang menyebar di semua wilayah Kota Batu. Adapun biaya yang dibutuhkan dalam membuat sensor DAS Brantas Monitoring system ini memakan anggaran kurang lebih sekitar Rp10 Juta per unit.(nas)

Tags: