Optimalkan Peran Public Relation Perguruan Tinggi Lewat Medsos

Ketua PIH Unair memandu dialog komunikasi publik yang melibatkan public relation dari perguruan tinggi se Surabaya. [adir hananta utama/bhirawa]

Ketua PIH Unair memandu dialog komunikasi publik yang melibatkan public relation dari perguruan tinggi se Surabaya. [adir hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa.
Berkembangnya dunia digital diiringi dengan perubahan gaya komunikasi. Media sosial punya peran sendiri dalam berkomunikasi antar pengguna. Bahkan, data terakhir, sekitar 2,3 miliar orang di dunia menggunakan media sosial. Hal ini seharusnya disadari dan dimanfaatkan media massa serta public relation bila tidak mau tergilas zaman.
Mengulas hal ini Pusat Informasi dan Humas(PIH) Universitas Airlangga menggelar Dialog Komunikasi Publik: Inisiasi Kemitraan Kehumasan Perguruan Tinggi di Jatim, di Kampus C Unair , Rabu (30/11).
Dialog tersebut menghadirkan Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Jatim Prof Rahmah Ida, Founder dan Editor Good News from Indonesia (GNFI) Akhyari Hananto, dihadiri humas perguruan tinggi (PT) se Jatim.
Akhyari mengatakan, kekuatan media sosial dapat dilihat pengaruhnya dalam pemilihan Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu. Sebelum pemilihan dimulai, Hillary Clinton diprediksi menang mudah melawan Donald Trump. Media-media arus utama (mainstream) di AS bahkan secara terang-terangan mendukung Hillary.
“Tapi hasilnya dibalik oleh Donald Trump melalui kekuatan grassroots yang menggunakan media sosial,” katanya.
Dia menjelaskan, posisi pengguna internet di dunia saat ini mencapai 3,4 miliar orang. Sekitar 2,3 miliar orang pengguna media sosial dan 2 miliar pengguna mobile media sosial. Indonesia sendiri, sekitar 127 juta pengguna internet. Dari jumlah itu, sekitar 65% merupakan anak-anak muda.
“Mereka sangat besar, massif, dan aktif,” ungkapnya.
Potensi tersebut harus mampu dimanfaatkan humas dan media massa. Akhyari mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia sangat aktif melakukan like, berkomentar, dan membagikan (share). Jadi, sebuah informasi yang dikeluarkan bisa dengan cepat menjadi viral.
“Viral ini merupakan teknologi internet yang baru. Efeknya berantai dan panjang,” tuturnya.
Akhirnya, lanjut dia, revolusi dunia komunikasi sedang terjadi. Dan humas maupun media berada di dalamnya.
Prof Rahmah Ida lebih menyoroti posisi humas PT. Menurut dia, beberapa tahun yang lalu humas dijabat orang-orang terbuang. Dampaknya, humas menjadi institusi yang tertidur. Namun, belakangan ini citra itu mulai berubah. “Bukan lagi orang-orang buangan yang menjadi humas,” ujar Guru Besar FISIP Unair ini.
Dia menjelaskan, humas dan media massa punya kepentingan berbeda. Untuk itu perlu dibangun berdasar beberapa prinsip. Di antaranya membangun hubungan yang baik dan mutual understanding atau sama-sama memahami kebutuhan.
“Yang patut diingat, masing-masing institusi punya karakteristik yang berbeda,” terangnya.
Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair Sukowidodo menegaskan, untuk melaksanakan kerja-kerja public relation agar sesuai tujuan setidaknya harus memenuhi dua hal penting. Diantaranya merevitalisasi sumberdaya manusia dan perangkatnya menjadi lebih modern. Dalam era digital, hal ini penting untuk memudahkan penyebaran informasi.
Yang kedua, menurut Suko, ialah membangun sinergi dengan institusi dan awak media. Ada kepentingan-kepentingan yang harus berjalan seiring. Baik itu kepentingan meningkatkan reputasi maupun kepentingan media sebagai industri. “Ini juga berlaku bagi perguruan tinggi jika ingin bersaing dalam dunia global,” pungkas dia. [tam]

Tags: