Optimalkan Sawah, Pemprov Kembangkan Padi Ratoon R5

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Sidoarjo, Dirut PT JGU, Dirut PT PWU dan Kepala Dinas Pertanian Jatim memanen padi ratoon R5 hasil uji coba tahun pertama.

Masa Panen Hingga Lima Kali dalam Sekali Tanam
Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendorong pengembangan padi ratoon revolusi kelima (R5) untuk dikembangkan di sawah-sawah milik pemprov. Hal ini melihat potensi yang tinggi terhadap hasil panen padi ratoon hingga lima kali dalam sekali tanam dengan selama masa satu tahun.
Orang nomor satu di Jatim tersebut menegaskan, pimpinan Bakorwil di Jatim memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan padi ratoon R5 di wilayahnya masing-masing. Sebab, Pemprov Jatim memiliki sawah di berbagai daerah. “Sehingga, pada tahun kedua nanti para bupati, gapoktan, dan petani juga diajak untuk melihat bagaimana format padi ratoon, ditanam bisa sampai lima kali panen,” tutur Khofifah usai memanen padi ratoon di komplek Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, Senin (17/6).
Uji coba pengembangan padi ratoon R5 tersebut, kini tengah dilakukan oleh PT Jatim Graha Utama (JGU) Jatim sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) yang bergerak di bidang agrobisnis. Ditahun pertamanya, PT JGU telah berhasil memanen padi ratoon yang kelima kalinya. Dengan metode tanam tersebut, Khofifah berharap dapat memberikan solusi ditengah semakin menyempitnya lahan pertanian di Jatim.
“Peningkatan produksi pertanian dengan memperluas lahan sudah tidak lagi mampu dilakukan. Cara yang sangat memungkinkan yakni melakukan intensifikasi untuk memaksimalkan produktivitas,” tutur dia.
Sistem padi ratoon menggunakan metode R-5 itu memang bisa melipatgandakan produksi pertanian. Jika biasanya panen padi hanya mampu dilakukan dua sampai tiga kali setahun, namun dengan R-5, sekali tanam dapat dipanen lima kali. “Kulitas dan volumenya juga sama dengan panen yang pertama. Rata-rata untuk satu hektar bisa menghasilkan enam sampai tujuh ton,” ungkapnya.
Mantan menteri sosial ini berharap, dalam beberapa tahun ke depan metode tanam padi ratoon R-5 dapat diterapkan banyak petani. Dengan begitu dapat menjadi nilai tambah bagi petani, dan mengurangi angka kemiskinan di desa.
Sebagaimana diketahui padi ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang. Tunas akan muncul pada buku paling atas, suplai hara didapatkan tetap dari batang lama.
Sementara itu, Penemu metode tanam padi ratoon R5 Koos Kuntjahjo menjelaskan, selain menambah masa panen lima kali stahun, metode ini juga mengurangi penggunaan pupuk. Koos mengatakan, R-5 bisa menyerap lebih sedikit pupuk saat masa tanam. Bahkan disebutkannya, mampu menghemat hingga 50 persen pupuk urea. “Residunya yang berasal dari pupuk sintetis, ketika ditaburkan hemat, makanya itu bisa ada penghematan 50 persen pupuk urea,” ujar Koos.
Diungkapkan Koos, metode tanam R5 menjembatani kondisi tanaman ratoon terjadi vegetatif dan generatif secara bersamaan. Sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk sintetis seperti Urea dan NPK. R5 sendiri dikembangkan dari sekam bakar yang dicampur dengan sejumlah zat. Mulai zat perekat dan zat bebatuan di Jatim. Secara bertahap R5 ini mampu memperbaiki kualitas tanah yang rusak karena pupuk kimia.
“Ratoon semua petani tahu. Ya ada batang yang dipertahankan dengan ketinggian tertentu dan dikelola dengan pengairan tertentu. Semua petani tahu tapi mereka tidak ada yang paham menjembatani generatif dan vegetatifnya,” pungkas dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Jatim, Hadi Sulityo menyampaikan, Distan KP Jatim mendukung lebih banyak demplot yang ada di daerah-daerah di Badan Koordinasi Wilayah dengan memanfaatkan lahan pertanian Dinas Pertanian.
“Tentunya dengan melibatkan gabungan kelompok petani (gapoktan), untuk bisa mengikuti sekolah lapang agar petani nanti bisa cepat untuk menirunya dan mengimplementasikannya,” ujarnya.
Menurutnya, uji coba padi ratun tersebut jika akan diimplementasikan ke daerah harus melalui persetujuan atau izin dari Kementerian Pertanian khususnya dalam pengembangan padi. “Selain itu, dierlukan juga pelatihan ToT (Training of Trainer) terhadap petugas lapang. Selanjutnya petugas lapang akan mengajarkan pada gapoktan,” katanya.
Hadi juga menyampaikan, kalau padi ratun yang diujicobakan ini masih memerlukan uji multi lokasi untuk mengetahui efektivitasnya (efek potensi argonomis ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman, aspek fisik dan kimia, dan juga terkait dengan efisiensi usaha taninya,” katanya.
Untuk itulah, ia juga belum bisa memastikan dengan adanya padi ratun tersebut akan bisa menambah besaran produksi padi Jatim. “Untuk hasil ujicoba tentunya yang lebih bisa memastikannya dari Puspa Agro. Harapannya, jika berhasil maka padi ini juga cocok dikembangkan di wilayah pertanian Jatim,” ujarnya. [tam,rac]

Tags: