Optimis Menghapus Keterpurukan Rakyat

JamiatunOleh :
Siti Jamiatun
Mahasiswi UIN Walisongo Semarang, Pengajar di PAUD Islam Mellatena Semarang

Perekonomian merupakan salah satu hal yang paling urgen untuk menopang kemajuan suatu negara. Bahkan, indikator kemajuan suatu negara yang maju adalah pendapatan per-kapita, yang tidak lain berhubungan dengan perekonomian itu sendiri. Di Indonesia, pemerintah memiliki seorang menteri koordinator perekonomian yang membawahi menteri-menteri terkait, untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Jika perekonomian suatu negara mengalami persoalan, maka kementerian terkait akan dimintai pertanggungjawaban tugasnya.
Oleh karena itu, dari berbagai kementerian yang ada,kementerian perekonomian yang paling mendapat sorotan lebih dari rakyat. Rakyat memiliki kemudahan untuk mengamati, mengontrol, dan memberikan kritik atas kinerja yang kurang sesuai. Hal itu dapat dilakukan rakyat melalui media komunikasi seperti; televisi, radio, koran, komputer, ponsel, dan media elektronik lainnya. Sehingga, masyarakat dapat mengontrolnya setiap waktu.
Dengan begitu, kini terlihat jelas bahwasanya kinerja pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dapat dikatakan mengalamai degradasi dari pemerintahan founding father di tahun-tahun sebelumnya. Mengapa hal ini terjadi? Kita ketahui dari perekonomian yang seharusnya dimiliki dan menjadi aset negara Indonesia kini telah dikuasai oleh pihak-pihak luar seperti Amerika Serikat. Batu bara, pertamina, tambang emas, dan hak pivot, bahkan paradigma bangsa Indonesia diusut dan telah berada ditangan negara asing. Lebih mencintai produk luar dari pada produk dalam negeri. Inilah problem yang ada di negara ini. Kini Indonesia tertinggal jauh dengan negara-negara tersebut. Bahkan, Indonesia bagaikan budak bagi negara luar.
Di samping itu,lebih ironis lagi dan telah menjadi bahan perbincangan di semua kalangan bahwa perekonomian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kini terus meningkat dan semakin terpuruk. Bahkan, perputaran waktu ini selalu bergerak dan menjadikan nilai tukar rupiah berada pada kisaran14. 300 per dolar Amerika Serikat.Tentunya keadaan ini mengingatkan kita pada masa pemerintahanSoeharto yaitu nilai tukar rupiah mencapai 15.000 per dolar Amerika Serikat. Walaupun demikian, nilai tukar rupiah tersebut dapat diperbaiki dengan berjalannya waktu yakni pada masa pemerintahan B.J. Habibie. Yang awalnya nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.000 per dolar Amerika. Kemudian menjadi Rp 6.500 per dolar Amerika di akhir pemerintahannya.Tentunya ini terjadi tidak terlepas dari usaha yang dilakukan oleh B.J. Habibie.
Demikian itu menjadi koreksi untuk pemerintahan utamanya, supaya tetap menjaga optimisme dalam merubah dan menstabilkan kembali perekonomian di Indonesia saat ini. Jika pada masa Soeharto nilai tukar rupiah bisa diperbaiki, maka nilai tukar rupiah pada masa Jokowi ini pun juga dapat diperbaiki. Lalu, bagaimana untuk membangkitkan kembali krisis perekonomian Indonesia? Bagaimana untuk  menyelesaikan dan menuntaskan semua permasalahan ekonomi yang ada di negara ini? Bagaimana untuk membantu pemulihan ekonomi ini?
Menilik pengalaman pemimpin wanitaTri Rismaharani walikota Surabaya. Walaupun negara ini mengalami krisis ekonomi, akan tetapi walikota Surabaya tetap tenang menghadapinya. Mengapa? Karena perekonomian yang ada di Surabaya dalam keadaan stabil. Dari sini ditekankan kembali bahwa krisis perekonomian yang ada di indonesia dapat distabilkan kembali. Kita ketahui bahwa suatu perekonomian tidak terlepas dari faktor kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk menstabilkan perekonomian di Indonesia.Inilah yang akan menjadi jembatan untuk menstabilkan perekonomian negara Indonesia.Tugas pemerintah yang paling utama yaitu sebagai otoritas fiskal harus menciptakan dan memperbaiki pertumbuhan ekonomi untuk kepercayaan pasar sehingga mampu mengurangi naiknya nilai rupiah.
Menghidupkan kembali Usaha Kecil Menengah Atas (UKM) dengan semaksimal mungkin. Adanya UKM ini dapat meningkatkan dan menjembatani pertumbuhan ekonomi. Bagaimana caranya? Pemerintah dapat memberikan modal atau investasi kepada para Usaha Menengah Atas sebagai langkah awal untuk memulainya. Karena UKM ini dapat dikatakan sangat membantu pertumbuhan ekonomi sebagimana yang dilakukan oleh Tri Rismaharani, Walikota Surabaya. Jika tiap-tiap kota terdapat 50 sampai 100 UKM, sudah berapa miliar rupiah yang akan membantu pemasukan uang negara. Tentunya UKM sangat membantu pertumbuhan ekonomi negara.
Memperkuat sektor pariwisata, sebagaimana yang dikatakan oleh Pengamat Ekonomi Universitas Padjajaran Ina Primiana. Primiana mengatakan: “terdapat beberapa cara untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan memperkuat sektor pariwisata”. Dia mengatakan, pariwisata dianggap paling cepat dan mudah untuk mendatangkan pendapatannegara. “Dengan dolar Amerika Serikat kuat, mereka wisatawan dari negara lain akan mengganggap murah ke Indonesia, peluang itu yang kita tangkap”. Dengan begitu, hal itu dapat diterapkan di Indonesia sebagai kunci devisa negara yakni menaikkan nilai tukar dolar per nilai rupiah Indonesia bagi wisatawan asing. Sehingga jika nilai tukar itu dapat dipertahankan, maka secara kuantitatif dapat membantu perekonomian negara Indonesia.
Mengurangi ekspor dan menindaklanjuti pengawasan media massa dalam kebebasan berinteraksi. Mengurangi ekspor berarti memaksakan diri dan harus memproduksi produk-produk dalam negeri. Bukan berarti hal ini mematikan ekspor, akan tetapi karena impor juga diperlukan untuk membentuk dan memiliki jiwa kreatif dan inovatif. Dalam makna bukan berarti harus selalu membeli produk luar negeri. Tetapi mendaur ulang kembali dan memproduk kembali serta memodifikasi menjadi suatu karya yang baru dan memiliki nilai produktif dan ekonomis.
Dari beberapa point tersebut, jika dilakukan dan diproses secara maksimal dan continue oleh pemerintah, maka akan membantu menstabilkan ekonomi negara Indonesia. Pemerintah harus tetap optimis untuk memajukan negara Indonesia dan menghapus segala keterpurukan yang saat ini masih banyak dirasakan oleh rakyat Indonesia.
Wallahu a’lam bi al- shawab.

                                                                                                                          ——– *** ——–

Rate this article!
Tags: