Orangtua dan Guru SMPN 55 Saling Memaafkan

Orang tua siswa kelas VIII-A AR, yang menjadi korban dan guru telah bertemu, Kamis (16/11) kemarin.

Surabaya, Bhirawa
Insiden penamparan salah satu guru kepada siswi SMPN 55 Surabaya berakhir damai. Orang tua siswa kelas VIII-A AR, yang menjadi korban dan guru telah bertemu, Kamis (16/11) kemarin di sekolah. Semuanya saling meminta maaf dan memaafkan.
Hal itu diungkapkan pelaksana harian (Plh) Kepala SMPN 55 Khamim Rosyidi Irsyad. Dia menjadi Plh karena Kepala SMPN 55, Bambang Sutedjo, sedang umroh. Khamim menjelaskan peristiwa itu berawal dari penjemputan Arifin, orang tua AR, ke sekolah, Rabu (15/11) siang. Setiap tamu kemudian dilayani di bagian hubungan masyarakat (humas). Bagian humas kebetulan merangkap sebagai guru bimbingan konseling (BK) di sekolah tersebut.
Guru BK itu kemudian menjemput AR di kelas VIII A. Waktu itu AR sedang mengikuti pelajaran IPA dan gurunya adalah NK. “NK kalau di SMPN 21 sini menjadi guru yang disukai oleh anak-anak. Orangnya memang disiplin,” kata Khamim yang merupakan Kepala SMPN 21 ini.
Guru BK kemudian memanggil AR. Guru BK ini selanjutnya bertanya alat komunikasi apa yang digunakan AR untuk janjian dengan orang tua. Apalagi, AR diketahui tidak menggunakan telepon yang ada di sekolah. “AR mengaku meminjam HP-nya FR,” jelasnya. Khamim menjelaskan, memang ada larangan untuk membawa HP ke dalam kelas.
FR dipanggil guru BK. Kedatangan FR ditemani oleh NK yang kebetulan juga bagian kesiswaan. Saat ditanya, FR menyangkal kalau HP-nya dipinjam oleh AR. Merasa ada yang tidak beres, tas AR kemudian diperiksa. Di dalamnya ditemukan sebuah ponsel. Setelah itu AR baru mengaku. “NK kemudian menampar mulut AR,” jelasnya.
Karena Arifin merasa menunggu terlalu lama, dia mendatangi kelas AR. Saat bertemu ayahnya ini AR kemudian menangis. Mengetahui laporan anaknya, Arifin kemudian mendatangi DPRD Surabaya untuk mengadu. “Kaki AR memang terluka karena jatuh dari sepeda motor. Ini yang membuat Arifin mengantar dan menjemput AR sekolah,” terangnya.
Meski demikian, semua masalah tersebut sudah beres karena diselesaikan dengan kekeluargaan. Semua pihak saling meminta maaf. Khamim mengakui, pendidikan saat ini bukan lagi eranya menggunakan fisik. Hal itu sudah ditekankan kepada semua guru. “Yang jelas saat ini AR perlu bantuan psikolog. Ini sudah saya sampaikan ke orang tua dan mereka menerima,” jelasnya.
Saat ditemui di kediamannya, Arifin mengakui semua masalah sudah beres. Dirinya pun tidak ingin memperkeruh kembali masalah demi perkembangan anaknya. “Saya sudah ke sekolah tadi pagi (kemarin,red). Sudah saling minta maaf. Saya juga telepon DPRD kalau sudah beres,” ungkapnya.
Dia meminta agar pihak sekolah mengerti kehidupan anak didik dan peristiwa itu jangan terulang demi masa depan siswa SMPN 55. Terkait pendampingan psikolog, Arifin mengaku sudah mendapat pemberitahuan dari sekolah. Meski agak kurang nyaman, pihak keluarga tetap menerima. “Kalau untuk jiwa, saya kurang nyaman. Tapi untuk peningkatan IQ anak saya, akan saya terima,” ujarnya.  [geh]

Tags: