Orangtua pun Perlu Disekolahkan

Oleh :
Retno Susilowati
Peneliti Public Sphere Center (Puspec), Alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya

Hari ini, para orangtua mungkin mulai disibukkan dengan kegiatan mencari sekolah bagi putra-putranya. Yah, tahun ajaran baru 2017/2018 akan segera bergulir. Itu artinya, saatnya bagi yang para orangtua yang memiliki putra dan putri usia sekolah harus memeras keringat untuk mencari sekolah.
Kesibukan ini akan semakin terasa menghimpit khususnya bagi keluarga yang ekonominya pas-pasan. Masa-masa tahun ajaran baru biasanya memang menyedot banyak biaya. Apalagi tahun ini, tahun ajaran baru berbarengan dengan perayaan Lebaran yang notabene juga akan menguras keuangan.
Memang, untuk masuk sekolah negeri, tidak terlalu menyedot anggaran alias tidak dikenakan biaya. Baru setelah diterima, orang tua pusing menyediakan uang yang tidak sedikit untuk pengadaan bermacam pakaian seragam dan keperluan serta kelengkapan lainnya guna kelancaran pendidikan anaknya. Ya, inilah kerisauan yang terus saja terulang tiap tahun ketika menghadapi periode pendaftaran masuk sekolah di tahun ajaran baru.
Pertanyaannya, setelah putra dan putri kita mendapatkan sekolah yang diidam-idamkannya, sudah selesaikah tugas orangtua terhadap pendidikan anaknya? Cukupkah peran kita para orangtua hanya mencarikan sekolah yang berkualitas, lantas kemudian diakhir tahun ajaran kita berharap anak-anak kita sudah menjelma menjadi anak yang cerdas dan trampil seperti yang kita angankan? Orangtua nampaknya masih banyak yang merasa tugasnya selesai dengan membayar uang sekolah, wajib datang ketika dipanggil ke sekolah karena anaknya bermasalah atau memberi sumbangan saat dimintai pihak sekolah.
Penguatan Peran Orangtua
Semasa Mendiknas Anies Baswedan, pernah mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 mengenai kewajiban orangtua mengantar dan mengikuti proses penerimaan murid baru, khusus yang masuk taman kanak-kanak dan sekolah dasar, selain bagian dari proses pendidikan budi pekerti.
Kebijakan ini sesungguhnya  juga mengingatkan kewajiban utama orangtua bahwa Sekolah merupakan kelanjutan proses pendidikan di rumah, yang dislogankan orangtua sebagai pendidik pertama dan sekolah pendidik kedua.
Kita tentu patut membaca  sisi positif kewajiban itu yakni sebagai peraturan yang didasarkan pada idealisasi sebuah praksis pendidikan. Pernyataan bahwa orangtua menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan kepada sekolah adalah simplifikasi kebijakan selama ini yang memisahkan secara kaku pembagian tugas orangtua di rumah dan guru di sekolah.
Institusi pendidikan kita, belakangan acap menghadapi dilema dalam mendidik siswa akibat adanya perilaku orang tua siswa yang terkesan sibuk mengontrol urusan internal sekolah. Sementara pada wilayah lain ada orangtua yang justru pasrah sepenuhnya dengan sekolah. Saking percayanya pada sekolah, mereka menjadi cenderung abai dengan peran mereka saat di rumah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang porfesional, secara resmi melakukan aktivitas-aktivitas mendidik di lingkungan sekolah, mengacu kepada kurikulum sebagai pedoman dalam segala tindakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Sekolah menjadi agen sosialisasi tahap kedua setelah keluarga dalam membentuk karakter seorang anak. Artinya keberhasilan peran sekolah dalam mendidik siswa, tergantung kepiawaian peran keluaga sebagai kunci penentu pendidikan anak yang secara konsisten sampai anak menginjak usia tertentu dimana ibu-bapak bisa mengurangi volume kontrol.
Dalam beberapa kasus, sering terjadi para orang tua siswa yang mencampuri urusan sekolah karena meragukan  kredibilitas sekolah dan unsur-unsurnya. Ada juga sebaliknya orang tua yang acuh dengan sekolah yang ingin terima beres dengan menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan anaknya ke sekolah untuk mengurus anaknya sesuai target dan cita rasa orang tua. Dua sikap yang bertolak belakang tersebut tentu bukanlah sikap yang kita inginkan bersama. Artinya orangtua harus bisa menempatkan dirinya secara tepat dalam relasinya dengan dunia pendidikan.
Orangtua pun Perlu ‘Sekolah’
Sejauh ini, sekolah lebih menjalankan fungsinya sebagai pengajaran dan sekedar memasukan informasi-informasi dan pada saat yang telah ditentukan anak akan diuji untuk mengetahui apakah anak memiliki kemampuan matematika, hafalan dan materi pelajaran lain. Kenyataan demikian membuat anak menjadi stres. Waktu dihabiskan hanya untuk mengafal dan harus mengerjakan sejumlah tugas pekerjaan rumah (PR) yang dibawa pulang. Waktu anak bersama keluarga berkurang sehingga jarang berkomunikasi.
Dengan sistem pendidikan seperti itu, anak mudah stres. Orang tua pun, juga mengalami hal yang sama. Orang tua merasa belajar sebuah kewajiban. Namun, anak tidak diberi pendampingan dan dialog, sehingga tidak ada titik temu. Makanya, sangat diperlukan jalur pendidikan informal dalam keluarga.
Dari keruwetan problem pendidikan kita adalah karena sisi orangtua yang peran dan tugasnya masih belum sejalan dengan sekolah. Dalam kondisi seperti ini maka kelas orangtua (parenting class) menjadi salah satu model solusi yang bisa dilakukan. Dulu, cara mendidik anak diwariskan dari generasi ke generasi. Namun kini, zaman sudah berubah dan terkadang wejangan lama tak lagi relevan.
Sekolah parenting memang tak banyak di Indonesia, namun di beberapa kota besar sekolah model ini cukup menjamur. Dengan mengikuti sekolah parenting, maka para orangtua akan mendapatkan informasi mengenai teknik parenting terbaru dan paling efektif yang bisa diterapkan di rumah. Sekolah parenting juga bisa membantu orangtua mengatasi masalah cara mendidik anak. Selain itu, para orangtua bisa terhubung dengan para orang tua lain yang mungkin memiliki pengalaman sama dengan Anda.
Tentu bukan berarti parenting class adalah satu-satunya solusi yang bisa diberikan tentu tidak. Pesan terpentingnya adalah bahwa para orang tua juga harus diberi pemahaman bahwa mereka juga perlu belajar dalam mendidik anak-anaknya. Orangtua juga harus menyadari peran vital mereka dalam mengembangkan pendidikan anaknya. Tanpa ada kesadaran dan pengetahuan yang memadai dari para orangtua dalam memahami dunia anak dan pendididkan, maka sulit rasanya kalau hanya bersandar pada sekolah.
Peran orang tua dalam pendidikan anak sangat penting. Orang tua, mesti menjadi teman dan sahabat bagi anak dalam menemukan kebenaran pengetahuan bagi masa depan anak. Sedangkan guru, berperan membantu siswa dalam menumbuhkan semangat pembelajaran sepanjang hayat. Sejauh ini kolaborasi rumah dan sekolah masih bersifat teknis ekonomis, dan belum sampai pada tahap kolaborasi guru-orang tua dalam meningkatkan kualitas belajar.

                                                                                                           ——— *** ———-

Rate this article!
Tags: