Overload, Pemprov Tambah RS Darurat di Jatim

Gedung Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Unair.

Pemprov, Bhirawa
Tingginya kasus covid-19 di Jatim membuat kapasitas layanan kesehetan semakin mengkhawatirkan. Gugus Tugas Covid-19 Jatim telah memastikan bahwa layanan kesehatan telah overload. Sehingga, Pemprov terus berupaya melakukan penambahan fasilitas kesehatan bekerjasama dengan pemerintah pusat maupun Universitas Airlangga (Unair).
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi menuturkan, secara teori kondisi rumahbsakit (RS) rujukan secara teori rs kita sudah overload. Karena itu, Pemprov berupaya untuk membuka RS darurat di Unair yang akan segera bisa ditempati. Itu pun masih kurang jika semua pasien harus masuk rumah sakit. Selain itu, Pemprov juga telah mengusulkan untuk menjadikan Puslitbang Humaniora sebagai rumah sakit darurat.
“Menkes sudah mengizinkan Gedung Puslitbang Humaniora di Jalan Indrapura untuk dipakai sebagai RS darurat. Tempat itu kalau untuk menampung 500 pasien masih mampu. Tadi (kemarin) bersama Sekda melakukan maping, untuk awal ini akan kita gunakan 100 sampai 200 bed lebih dulu,” tutur dr Joni saat konfrensipers di Gedung Negara Grahadi, Minggu (5/3). Gedung tersebut, diharapkan menjadi salah satu tambahan fasilitas layanan kesehatan di Jatim.
dr Joni mengakui, selama masa penerapan Pembatasan Sosisal Berskala Besar (PSBB) di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, kasus covid-19 di tiga daerah tersebut tidak menurun. Bahkan untuk Kota Surabaya kenaikannya sangat signifikan. Dari 77 penambahan kasus covid-19, 59 merupakan tambahan dari Surabaya. “Konfirm positif semua naik di tiga daerah tersebut. Surabaya kenaikkannya signifikan,” tutur dr Joni.
Kendati demikian, Dirut RSUD dr Soetomo tersebut mengakui, penambahan ini tidak menggambarkan penambahan maupun pengurungan yang sesungguhnya. Karena data yang dirilis Pemprov merupakan data pusat. “Bisa jadi data yang dideklair pada 2 Mei misalnya, merupakan data dua minggu sebelumnya. Tapi ini tetap harus menjadi perhatian angka konfirm tiga kota ini naik dengan tren tertinggi Surabaya,” tutur dr Joni.
Sementara jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun Orang Dalam Pemantauan (ODP), meski jumlahnya cukup tinggi tetapi trendnya menurun.
Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak merinci jumlah kasus positif di Jatim telah mencapai 1.114 kasus. Sementara jumlah PDP sebanyak 3.319 kasus dan ODP 19.910 kasus. “Kita harus waspada peningkatan pasien, tapi kita juga menyiapkan RS darurat yang mudah-mudahan bersamaan dengan rs infeksi di Unair bisa menambah kapasitas pasien covid-19,” tutur Emil.
Emil juga menjelaskan terkait perkembangan Bansos tunai Kementerian Sosial yang hari ini akan ditutup pendataannya. Hingga kemarin, baru ada 11 daerah di Jatim sudah submit dan memenuhi kuotanya 100 persen.
Sementara hingga saat ini masih ada 19 daerah di Jatim yang di bawah 90 persen. “Bukan berarti tidak ada progress dari dinas masing-masing. Karena ternyata ada satu proses yang masih verifikasi di pusdatin, data ganda atau bagian dari keluarga ASN,” ungkap Emil.
Sementara itu, Ketua Gugus Tracing Covid-19 Jatim dr Kohar Hari Santoso menjelaskan terkait klaster di Surabaya yang terus bertambah. Di antaranya ialah klaster Sampoerna yang telah terdeteksi 165 orang memiliki kontak erat dengan dua pasien positif yang meninggal. Selain itu, terdapat lingkaran kedua dalam klaster itu yang mencapai 323 orang. “Dari sana ada yang rapid test reaktif. Dan kemudian dilakukan tes PCR selama dua tahap. Pada hari pertama ada 34 swab yang positif dan hari kedua 27 positif,* tutur dr Kohar. [tam]

Tags: