Pacitan Belum Miliki Ekstensometer, Tanggul Bojonegoro Kritis

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Seluruh masyarakat di Kabupaten Pacitan diminta siaga terhadap ancaman bencana longsor. Kontur tanah perbukitan dengan kemiringan yang cukup tajam, menjadikan kabupaten di pinggiran pantai selatan itu memang menjadi salah satu daerah terparah akan ancaman bencana.
“Kami saat ini memang sedang waspada bencana. Seluruh camat dan kepala desa sudah kami minta untuk mengingatkan warganya untuk siaga longsor. Bencana ini sewaktu-waktu bisa terjadi jika melihat kontur tanah wilayah Pacitan,” kata Bupati Pacitan Indartato ditemui di sela-sela mengikuti Launching Program Jalin Matra di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (16/12).
Seperti diberitakan Bhirawa sebelumnya, masyarakat yang tinggal di lereng gunung di 22 kabupaten/kota di Jatim patut waspada. Sebab Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim telah menetapkan sebanyak 22 daerah masuk dalam kawasan rawan bencana longsor. Ketetapan ini merupakan hasil dari pengamatan gerak tanah dan potensi tanah yang kemungkinan labil dan mudah bergerak. Dari 22 daerah itu, Pacitan menjadi daerah yang paling rawan dengan jumlah desa yang telah mengalami longsor sepanjang 2014 ini berada di 45 desa di 13 kecamatan.
Menurut Indartato, dari 12 kecamatan yang ada di Pacitan semua wilayahnya berada di garis rawan longsor. Sebab 85 persen wilayah Kabupaten Pacitan berada di lereng pegunungan dengan kemiringan yang cukup tajam. Sedangkan sisanya 14,6 persen merupakan daratan landai.
Indartato menjelaskan, di wilayahnya kerap terjadi bencana seperti tanah longsor, banjir dan gempa bumi berkekuatan kecil. Selama 2014 saja, bencana longsor sempat menerjang 45 desa di 12 kecamatan. Terakhir, terdapat 34 rumah penduduk mengalami retak-retak dan saat ini sedang dalam tahap perbaikan.
“Longsor yang sering menerjang Pacitan lebih disebabkan perubahan musim yang cukup ekstrim dari kemarau ke musim penghujan. Seperti tahun ini, beberapa bulan lalu telah terjadi kemarau yang cukup panjang, dan sekarang sedang terjadi musim hujan. Makanya saat ini kami waspada,” ungkapnya.
Terkait alat pendeteksi gerakan tanah atau ekstensometer sebagai peringatan dini bencana longsor, Indartato mengakui, Pemkab Pacitan belum memiliki alat itu. Sekarang yang sudah terpasang alat deteksi dini untuk bencana tsunami.
“Kami hanya memiliki alat pendeteksi tsunami karena letak daerah juga di pesisir laut. Oleh karena itu, sebagai daerah yang paling rawan bencana di Jatim, kami berharap segera memiliki alat tersebut dan kami telah melaporkannya ke Pemprov Jatim,” jelasnya.
Sementara Gubernur Jatim Dr H Soekarwo telah menyampaikan ke semua bupati/wali kota untuk melaporkan kondisi terkini di daerahnya, terutama terkait bencana. Karena itulah pihaknya mengimbau kepada warga untuk tidak berhenti mengadakan kegiatan penghijauan dengan melibatkan berbagai instansi. “Salah satunya Gerakan Ibu Menanam yang tidak lama lagi akan digulirkan. Penanaman pohon-pohon juga aktif dilakukan masyarakat,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga bekerjasama dengan Badan Geologi setempat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI/Polri dan instansi lainnya untuk memetakan titik-titik rawan bencana sehingga bisa diantisipasi dan menghindari timbulnya korban jiwa.

Kondisi Mengkhawatirkan
Sementara itu sejumlah tanggul di bantaran Sungai Bengawan Solo sepanjang hilir sekarang ini dalam kondisi kritis.  Bisa mengakibatkan terjadinya banjir sewaktu-waktu jika air sungai terpanjang di Pulau Jawa ini meluap. “Kami mencatat sedikitnya 10 tanggul di hilir Bengawan Solo dalam kondisi kritis. Tanggul penahan banjir itu tersebar di Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik,” kata Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Selasa (16/12).
Menurutnya, tanggul yang kritis sudah dilaporkan kepada Balai Besar Bengawan Solo di Solo agar ada penanganan sebelum banjir datang. Tanggul yang kritis salah satunya di Bojonegoro yakni tanggul kanan Sungai Bengawan Solo di Desa Sarangan, Kecamatan Kanor. Beberapa waktu lalu, tanggul ini longsor sepanjang 50 meter dengan kedalaman 6 meter. “Selain itu, tanggul di Desa Kabalan, Kecamatan Kanor, mengalami penurunan di dua lokasi yang masing-masing sepanjang 50 meter dengan kedalaman berkisar 0,30 sampai 0,50 meter,” jelasnya.
Sementara untuk di Kabupaten Tuban, tanggul di Desa Sembungrejo, Kecamatan Plumpang, longsor sepanjang 60 meter, sedalam 4 meter. Selain itu,  tanggul di Desa Banjararum, Kecamatan Rengel, juga rusak. Tapi saat ini Balai Besar Bengawan Solo sedang melakukan perbaikan.
“Di Lamongan, tanggul di Desa Bedahan, Kecamatan Babat, longsor sepanjang 50 meter, sedalam 3 meter dan di Desa Taji, juga Kecamatan Babat, longsor sepanjang 200 meter. Di Desa Watangpanjang, Kecamatan Karangbinangun, tanggul desa jebol sepanjang 7 meter yang sekarang dalam perbaikan secara darurat oleh masyarakat,” ujarnya.
Sedangkan di Desa Candi Tunggal, Kecamatan Kalitengah, tanggul sepanjang 50 meter, lebar 3 meter terkikis air. Kemudian di Desa Glurahploso, Kecamatan Benjeng, tanggul sepanjang 200 meter mengalami penurunan.
“Di Lamongan juga ada tanggul di Desa Sukoanyar, Kecamatan Cerme juga longsor sepanjang 50 meter. UPT PSDA sudah meminta pemkab setempat ikut membantu perbaikan tanggul sebelum debit Bengawan Solo naik dan menyebabkan banjir,” tandasnya.
Dan untuk di Kabupaten Gresik, tanggul kritis terjadi di Desa Jombang, Kecamatan Delik, juga longsor sepanjang 100 meter sedalam 5 meter. Lainnya, tanggul di Desa Lundo, Kecamatan Benjeng, longsor sepanjang 210 meter dengan kedalaman 4 meter.
“Di Gresik juga terjadi tanggul longsor di Desa Bengkelo Lor, Kecamatan Benjeng, longsor sepanjang 43 meter sedalam 4,50 meter dan di Desa Cermenlerek, Kecamatan Kedamean, sepanjang 85 meter,” tegasnya.
Untuk itu pihaknya mengimbau kepada masyarakat yang ada di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo agar mewaspadai hal tersebut. Sebab sewaktu-waktu tanggul bisa jebol akibat luapan air Bengawan Solo, apalagi sekarang ini ditunjang adanya musim penghujan dengan intensitas tinggi. [iib,bas]

Tags: