Pacu Inovasi Siswa Berbasis Riset Ilmiah

Melihat Kiprah Tim KIR SMK Farmasi Surabaya
Kegiatan riset ilmiah menjadi bagian tak terpisahkan bagi kehidupan akademik di perguruan tinggi. Namun, kini riset tidak hanya milik mahasiswa. Para siswa di sekolah pun mulai dibiasakan untuk menciptakan inovasi berbasis riset ilmiah. Di SMK Farmasi Surabaya misalnya.
Berlianda Rahma Salsabilah, Via Qurrota A’yun dan Solehah Noer Amalia tampak asyik di laboratorium sekolahnya. Dua diantaranya sedang sibuk dengan mikroskop dan satu lagi menggenggam mortir farmasi. Di sanding pula di antara ketiganya sebuah trofi sebagai tanda mereka baru saja mengukir prestasi.
Prestasi itu baru didapatkannya setelah mengikuti lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) di Universitas Airlangga. Berlianda Rahma Salsabilah bercerita, timnya berhasil menguji manfaat rumput laut jenis eucheuma spinosum untuk energi alternatif. Hasilnya cukup menggembirakan. Proses penelitian yang dilakukan kurang lebih selama satu bulan itu berhasil membuktikan bahwa rumput laut mampu menghasilkan tegangan listrik.
“Kita memilih rumput laut untuk dilombakan karena bahannya mudah. Selain itu, rumput laut juga menjadi salah satu kekayaan Indonesia sebagai negara maritim,” kata Berlianda saat ditemui di sekolahnya kemarin, Senin (6/11).
Via Qurrota A’yun menambahi penjelasan, proses penelitian dimulai dari menganalisa kandungan yang terdapat dalam rumput laut jenis eucheuma spinosum. Dari analisa tersebut, terdapat kandungan karbohidrat, asam amino, protein dan pati. “Rumput laut jenis ini paling banyak proteinnya dari pada yang lain,” tutur dia.
Selanjutnya, tim melakukan studi literatur untuk mengetahui manfaat yang dapat digunakan dari berbagai kandungan yang dimaksud. Untuk mengubah rumput laut hingga bertegangan listrik, Via menjelaskan perlakuan yang harus dilakukan. Yakni inkubasi subtrat menggunakan tiga sampel. Sampel pertama rumput laut yang diinkubasi tanpa ragi, kedua menggunakan satu butir ragi dan sampel ketiga menggunakan tiga butir ragi. Masing-masing menggunakan rumput laut seberat 800 gram.
“Paling tinggi hasilnya yang sampel ketiga. Dari proses inkubasi selama tiga hari itu menghasilkan 6,5 volt,” terang dia. Tegangan itu juga sempat diuji coba menggunakan rangkaian listrik dengan lampu LED sebagai indikator. “Setiap hari kita ukur hasil inkubasinya. Lampu yang paling terang menyala saat memasuki hari ketiga,” tutur Via.
Dalam kesempatan yang sama Sholehah Noer Amalia menambahkan, penilaian karya ilmiah tidak hanya berdasar hasil penelitian. Timnya juga diuji sejumlah dosen dari Unair selama 20 menit. “Persiapan kita sudah matang. Sebelumnya guru-guru dari sekolah juga sudah sering tanya-tanya,” tutur Sholehah.
Siswa kelas XII itu mengaku, selama uji coba karya ilmiahnya sempat mengalami kegagalan. Itu terjadi karena rangkaian listrik yang keliru. “Sekali saja gagal selanjutnya kita bisa perbaiki kesalahannya,” tandasnya.
Guru pembimbing tim KIR SMK Farmasi Surabaya Kristiana mengakui, karya siswa binannya sudah cukup baik. Namun, ada yang masih ada harus dikembangkan lagi. Khususnya untuk mengetahui kuat arus listrik yang dihasilkan. “Riset anak-anak masih dalam rangka pembuktian. Selanjutnya mungkin bisa dikembangkan untuk meneliti kuat arus,” tutur perempuan yang juga guru mapel Fisika itu.
Dari kompetisi itu, siswanya berhasil berada di posisi ketiga di bawah SMAN 5 Denpasar dan SMAN 1 Purwoharharjo, Banyuwangi. “Dari 10 finalis yang terpilih, hanya tim dari SMK Farmasi ini yang dari Surabaya,” pungkas dia.

Jadi Bekal Siswa Menuju Pintu Perguruan Tinggi
Sekolah memiliki peran penting dalam pengembangan potensi peserta didik. Tak terkecuali bagi mereka yang gemar dalam kegiatan ilmiah. Kepala SMK Farmasi Surabaya Hari Subagio menuturkan, sekolah menjadi fasilitator untuk mengembangkan potensi anak-anak didik. Terlebih untuk bidang riset yang kelak akan sangat dibutuhkan saat berada di bangku kuliah.
“Kita memang mengejar prestasinya agar anak-anak itu dapat diterima PTN melalui jalur prestasi. Tahun lalu tim yang kita kirim dan menang juga sudah diterima melalui jalur prestasi di Unair,” tutur Hari.
Sekolah totalitas mendorong anak-anak yang mau mengejar prestasi. Bahkan untuk tim KIR ini, pihaknya mengerahkan lima guru dari empat komptensi. Mulai dari guru fisika, biologi, kimia dan bahasa inggris. “Selai itu kita juga melatih mereka untuk berkomunikasi yang baik. Sebelumnya mereka juga kami minta untuk tampil presentasi di hadapan manajemen sekolah,” terang Hari.
Langkah itu dilakukannya untuk melihat dari berbagai sudut pandang hasil inovasi anak didiknya. Dalam hal penyajian di hadapan dewan juri, perform menjadi sangat penting. Karena waktu yang terbatas, maka lebih baik jika penjelasan tidak terlalu panjang atau tidak terlalu pendek. “Ibaratnya kita cicipi dulu masakan itu sebelum dihidangkan. Kalau rasanya kurang pas segera diperbaiki,” pungkasnya. [tam]

Tags: