Pahlawan Anti Hoax

Pemuda patut berperan sebagai garda terdepan menjaga ketenteraman dari ancaman intoleran, dan hoax devide et impera. Tak lekang di-adu domba dalam proses pilkada serentak. Negara (dan bangsa) berharap kalangan milenial menggali inovasi kerja ekonomi kreatif dalam masa sulit pandemi CoViD-19. Tidak terlena dalam “zona aman,” juga tidak perlu kelelap resesi ekonomi global. Spirit kejuangan (dan fasilitasi pemerintah) niscaya akan mengalahkan masa sulit

Kejuangan pemuda pada 10 November 1945 (75 tahun silam), bukan hal mudah. Karena harus melawan Sekutu, pemenang Perang Dunia II. Sebanyak 15 ribu pemuda gugur dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Tetapi tentara Sekutu juga kehilangan dua ribu personel (bule). Termasuk kehilangan pasukan bayaran asal India dan Pakistan, batalyon Gurkha. Tentara yang dipimpin Jenderal Zia Ul-haq, menolak berperang melawan sesama muslim rakyat Indonesia.

Tentara Gurkha, banyak yang memilih disersi. Melarikan diri ke berbagai daerah di Jawa. Sebagian menikah dengan perempuan Jawa. Membuka perekonomian (antara lain usaha sapi perah). Serta membantu perjuangan rakyat Indonesia meraih pengakuan kedaulatan. Pakistan mendukung proklamasi kemerdekaan RI pada forum internasional. Jenderal Zia, sebagai presiden Pakistan, juga seperjuangan pada forum KTT Non-Blok, dan melestarikan kerjasama bilateral.

Spirit juang berkebangsaan patut senantiasa digelorakan pada momentum Hari Pahlawan. Perang Surabaya, 10 November 1945, menjadi tekad bersama mempertahankan kedaulatan negara bangsa (nation state) yang telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Segala bentuk penindasan akan dilawan melalui aksi nyata bersama. Tak terkecuali melawan in-toleransi, dan radikalisme (kanan maupun kiri), yang mengancam cita-cita proklamasi.

Penjajahan ekonomi, politik, dan adu domba oleh bangsa barat, pada masa lalu, merupakan radikalisme yang nyata. Begitu pula adu domba (devide et impera), merupakan intoleran yang brutal. Meng-anggap bangsa Indonesia sebagai inferior (lebih rendah) merupakan rasisme sistemik. Maka sejak abad ke-16, berbagai pangeran dan raja dari suku-suku di seantero Indonesia telah mengobarkan anti-penjajahan.

Perlawanan bangsa terjajah, berujung pada perang (gerilya) 10 November 1945 di Surabaya. Kelompok Belanda NICA (Nederlandsch Indie Civiele Administratie, klaim sebagai pemerintahan Hindia Belanda), coba menyusup. NICA mengintimidasi tentara Jepang, sekaligus menebar hoax adu-domba. Hari-hari setelah proklamai 17 Agustus 1945, dipenuhi perebutan kekuasaan. Termasuk perebutan gedung-gedung pemerintahan. Peranakan Belanda merasa “superior” karena didukung AFNEI.

Rakyat arek-arek Suroboyo, menyerang warga Belanda, karena dendam lama ratusan tahun. Sampai komandan pasukan Inggris meminta bantuan presiden Soekarno menghentikan perang kota. Mata dunia terbuka. Perang makin meluas. Kalangan pemuda yang tergabung dalam Laskar Hizbullah, meminta fatwa ulama tentang perang mempertahankan proklamasi kemerdekaan.

Hadratus syeh KH Hasyim Asy’ary, dalam forum Muasyawarah Alim Ulama se-Jawa dan Madura (22 Oktober 1945), mengeluarkan resolusi jihad. Dalam resolusi dinyatakan, bahwa perang fi sabilillah mempertahankan kemerdekaan, sebagai fardlu ‘ain. Menjadi kewajiban semua penduduk, laki dan perempuan. Berani perang jihad, walau tentara nasional RI belum terbentuk.

Namun efek resolusi jihad, perang kota makin meluas, sampai komandan pasukan Inggris (Brigjen Mallaby) terbunuh. Perang besar 10 November 1945 di Surabaya, menjadi perhatian internasional. Secara berangsur-angsur Inggris tidak mendukung kembalinya NICA sebagai penjajah. Masyarakat internasional memfasilitasi perundingan sebagai pengakuan proklamasi kemerdekaan. Sampai Indonesia berdaulat mutlak.

Perang sabil telah berlalu 75 tahun silam. Namun sesungguhnya (kata Bung Karno), perang belum selesai. Masih terdapat perang-perang baru mewujudkan cita-cita proklamasi. Diantaranya, jihad memulihkan perekonomian pasca CoViD-19. Juga jihad melawan in-toleran, dan isu rasis politik adu-domba.

——— 000 ———

Rate this article!
Pahlawan Anti Hoax,5 / 5 ( 1votes )
Tags: