Pak Jodi, Tuna Daksa yang Miliki Keahlian Membuat Sangkar Burung

Pak Jodi, tuna daksa sejak kecil di Desa Panggreh, Kecamatan Jabon, Kabupaten Probolinggo yang punya keahlian membuat sangkar burung. [alikus]

Bekerja dengan Peralatan Seadanya, Gagal dapat Pesanan karena Tak Penuhi Target
Kab Sidoarjo, Bhirawa
Memiliki keterbatasan kadang membuat orang mudah putus asa. Namun tidak untuk Pak Jodi. Di tengah keterbatasannya, Pak Joni tetap semangat menghadapi tantangan hidup. Dia berprinsip, dimana ada kemauan, disana pasti ada jalan.
Pak Jodi sejak kecil menyandang tuna daksa. Meski begitu, ia tetap tekun dan telaten menekuni ketrampilan yang ia bisa dalam membuat sangkar burung. Dari membuat sangkar itulah dia mencari nafkah untuk sehari-hari.
Mencari tuna daksa ini mudah. Masuk saja ke sebuah gang kecil di Desa Panggreh, Kecamatan Jabon, Kabupaten Probolinggo. Disitulah Pak Jodi, tinggal seorang penyandang tuna daksa sejak kecil dan telah bertahun-tahun untuk bertahan hidup dengan keluarganya.
Meski setiap hari hanya bisa membuat kerajinan sangkar burung. Namun tetap dilakukannya dengan tekun dan telaten hingga saat ini. “Ya memang ini yang bisa saya lakukan. Saya tetap bersyukur. Tidak apa-apa asal halal. Sebab saya cacat sejak kecil,” tuturnya kalem.
Saat ditemui belum lama ini di rumahnya, bapak dua orang anak ini semakin semangat menekuni usahanya tersebut. Karena mengaku baru saja mendapatkan bantuan mesin gerinda tangan dan mesin serut kayu dari para donatur di Nurul Hayat Sidoarjo.
Dengan peralatan yang lebih bagus itu, dirinya mengaku pekerjaannya akan cepat selesai dan berharap hasilnya akan lebih berkualitas lagi. “Alhamdulillah, saya bersyukur sekali atas bantuan ini. Saya bisa bekerja lebih cepat sekarang,” ujarnya.
Sudah lima belas tahun ini, bapak yang tinggal di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan itu, sudah menekuni pekerjaannya. Dengan perlengkapan seadanya, seperti gergaji tangan, mesin serut manual dan bor, perlengkapan-perlengkapan yang setia menemaninya setiap hari ini.
Karena hanya menggunakan pealatan sederhana, Pak Jodi, hanya mampu membuat satu sangkar burung per hari. Itupun dia kerjakan dari pagi sampai malam. “Ya bagaimana lagi. Ya saya telateni saja,” tuturnya.
Beberapa hari sekali, dia biasanya harus pergi ke desa tetangga untuk membeli kayu untuk membuat sangkar burung. Karena kondisi kakinya tidak seperti orang normal yang lain, sehingga sang istri dengan sabar mengantarnya untuk memilih kayu yang terbaik.
Dia mengaku sebenarnya sudah lama ingin memiliki perlengkapan-perlengkapan yang bisa membantu mempercepat aktifitasnya. Namun karena keterbatasannya hasil yang diperoleh, membuat Pak Jodi belum bisa membeli perlengkapan-perlengkapan tersebut.
Dulu ada beberapa pengepul sangkar burung yang siap membeli hasil karyanya. Akan tetapi karena pemesanannya tidak terpenuhi dengan jadwal yang ditentukan, membuat para pengepul tersebut mencari pengrajin yang lain.
“Saya betul-betul mengucapkan terima kasih atas bantuan ini. Semoga bisa cepat menyelesaikan pekerjaan saya. Saya berharap akan bisa berdampak pada perekonomian saya yang semakin membaik,” kata Pak Jodi, diulang sampai berkali-kali.
Disampaikan oleh Branc Manager Nurul Hayat Sidoarjo, Riza Afif, bantuan yang diserahkan oleh Nurul Hayat tersebut merupakan hasil donasi para #sahabat sejuk yang rela menyisihkan rezekinya untuk program pemberdayaan itu. [alikus]

Tags: