Pakai Pupuk Organik, Disinergikan dengan Program Ekowisata Daerah

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat melakukan panen raya buah naga di Bangorejo .

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat melakukan panen raya buah naga di Bangorejo .

Banyuwangi, Bhirawa
Selain terkenal sebagai penghasil jeruk terbesar di Jatim, Banyuwangi saat ini juga menjadi sentra buah naga. Bahkan, Banyuwangi sudah mulai memproduksi buah naga organik. Buah organik ini telah memasok jaringan ritel besar di Jakarta dan membanjiri pasar di Jawa.
Buah naga organik dikembangkan salah satunya oleh kelompok tani Berkah Naga, Desa Sambirejo, Bangorejo. Kelompok tani ini selama enam tahun konsisten menanam buah naga menggunakan pupuk kandang dan kompos dalam merawat buah naga. “Sudah enam tahun ini saya merawat buah naga memakai pupuk kandang. Kami bahkan telah mengantongi Sertifikasi Prima 3 dari otoritas kompeten keamanan pangan daerah Dinas Pertanian Jawa Timur sebagai produk pangan yang aman konsumsi,” kata Masrifah, salah seorang kelompok tani Berkah Naga kepada Bhirawa akhir pekan lalu.
Berkat menanam secara organik, kelompok tani ini berhasil menembus jaringan ritel Carrefour Jakarta. Selain itu, mampu memasok sejumlah pasar buah di Surabaya. Setiap hari kelompok tani ini mengirim minimal 4 ton buah naga.
“Buah kami banyak dicari orang. Kami setiap hari mengisi pasar modern Ramayana, rumah buah Hoky, dan pasar induk Agrobis Puspa Agro untuk kualitas super. Yang kecil-kecil, kami kirim ke pasar-pasar tradisional Surabaya,” kata Masrifah.
Meski tidak begitu luas, hasil buah naga yang dikelola Masrifah memang sangat menjanjikan. Dari lahan hanya ½ hektar, yang dulunya eks tempat penjemuran padi, mampu menghasilkan 13 ton per tahun. Masrifah biasanya memetik buah naga satu minggu tiga kali. Hasil petikannya dijual rata-rata Rp 8.000/ per kilogram. “Setahun, pendapatan saya bisa mencapai Rp 104 juta dengan lahan ½ hektare. Pengeluaran terbesar dari pembelian pupuk organik, yang setahunnya mencapai Rp 12 juta,” kata Masrifah.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan akan terus mendorong petani buah naga di Banyuwangi mulai menggunakan pupuk organik. Karena tingginya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan organik mulai meningkat.
“Kami terus support agar petani memperluas pola tanam organik petani di sini. Dinas Pertanian acap melakukan temu usaha antara petani dan eksportir agar petani memahami produk-produk apa saja yang laku di pasaran. Bukan hanya buah naga yang kami dorong organik, jeruk dan semangka pun juga sama,” tutur Anas saat melakukan panen raya buah naga di Bangorejo akhir pekan lalu.
Selain itu, lanjut Anas, pemkab juga telah membangun packing house (bangsal kemas) untuk petani buah naga. “Selama ini petani tidak memiliki tempat khusus untuk menyimpan hasil panen, maka kami dirikan packing house di Bangorejo juga. Yang kami bantu tidak hanya petani buah naga, tetapi juga untuk jeruk, semangka yang memang potensinya besar di sini,” kata Anas.
Produksi buah naga di Banyuwangi menunjukkan peningkatan yang pesat. Pada 2014 mencapai 28.819 ton dengan luas lahan 1.152 hektare meningkat dibanding 2013 yang hanya 16.631 ton dengan luas lahan yang hanya 678 hektare. Sementara produktivitas buah naga di Banyuwangi pada 2014 sebesar 250 kuintal per hektare, juga meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 245 kuintal per hektare. Pemasaran buah naga Banyuwangi telah merambah pasar luar Jawa. Seperti Kalimantan, Makassar, hingga Irian.
Bangorejo sendiri menyumbang 39 persen dari total produksi buah naga di Banyuwangi. Setara 11.000 ribu ton per hektare. Luas lahannya sendiri mencapai 449 hektare.   “Potensi buah naga yang dimiliki Bangorejo juga akan kita sinergikan dengan program ekowisata yang tengah digalakkan pemerintah saat ini. Akan kita koneksikan operator travel dengan petani buah naga. Misalnya setelah dari Pulau Merah, wisatawan dapat dibawa kesini untuk memetik langsung buah naga dan makan di sini. Apalagi buah naga ini tidak mengenal musim,” kata Anas. [nan]

Tags: