Pakar Hewan Beri Pelatihan Keeper KBS

_NIK4088Pemkot Surabaya, Bhirawa
Para pakar satwa dari luar negeri silih berganti memberikan perhatiannya kepada kebun binatang Surabaya (KBS). Tidak hanya assesement, kerjasama para ahli tersebut kini mulai dituangkan ke dalam tindakan nyata berupa pelatihan. Seperti yang ditunjukkan tiga anggota SEAZA (South East Asian Zoos Association) dengan memberikan pelatihan kepada para keeper KBS.
Mereka adalah Distinguished Research Professor dari Tajen University Prof. G Agoramoorthy PhD, Assistant Director of Zoology at Singapore Zoo Sam Alagappasamy dan Senior Wildlife Veterinarian and Director of Taiping Zoo Dr. Kevin Lazarus. Ketiganya dijadwalkan memberikan training langsung kepada para penjaga hewan KBS mulai 12-14 Mei 2014.
Menurut Dirut Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS (PDTS KBS) Ratna Achjuningrum, pelatihan bertajuk Animal Keeper Traning Course “Responsible Zoo Keeping” ini tidak hanya diikuti oleh para keeper, melainkan juga paramedik, ahli nutrisi satwa serta dokter hewan. Total peserta berjumlah sekitar 60 orang.
Tujuannya, yakni untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam mencintai satwa. “Jadi, pemahaman akan pekerjaan keeper itu tidak sekadar pagi datang kasih makan terus selesai. Namun lebih dari itu, seorang keeper harus mengetahui lebih dalam tentang perilaku satwa. Kalau satwa sakit apa yang harus dilakukan,” ujarnya saat ditemui dalam acara pembukaan pelatihan di KBS, Senin (12/5) kemarin.
Kegiatan pelatihan keeper KBS diawali dengan pemberian teori oleh ketiga pakar di ruang auditorium. Setelah itu, dilanjutkan dengan peninjauan ke seluruh area kandang KBS.
Rombongan mulai bergerak bersama-sama dari kandang kera yang letaknya kebetulan paling dekat dengan auditorium. Sesampai di area karantina dekat kandang gajah, perhatian Agoramoorthy tertuju pada dua orangutan kecil yang dikurung dalam kandang kecil.
Usut punya usut, kedua orangutan tersebut sengaja dipisah dari kandangnya karena induknya tidak merawat dengan baik. Tanpa pikir panjang, dia langsung menginstruksikan penjaga kandang untuk melepas orangutan tersebut dan melihat reaksi yang ditunjukkan.
Selain kandang kera, kandang gajah, rusa, sapi, dan beberapa hewan lain juga tak luput dari pengamatan ketiga pakar tersebut. Komunikasi antara Agoramoorthy dkk dengan para keeper pun berlangsung dua arah. Tak jarang mereka terlibat diskusi serius soal tata cara penanganan satwa di KBS.
“Hari ini kita baru identifikasi masalah secara sekilas. Besok baru lebih kepada praktik para keeper. Nanti akan kami minta mereka (keeper) untuk mempraktikan bagaimana cara menangani hewan. Nah, dari situ akan diberikan masukan,” kata Agoramoorthy.
Pria berperawakan tinggi besar ini mengatakan bahwa keeper merupakan elemen penting dalam penanganan hewan. Keeper adalah pilar sebuah kebun binatang. Itulah sebabnya, pihak SEAZA berinisiatif membantu memberi pelatihan dari elemen yang memang paling dekat dengan satwa.
“Pembenahan kebun binatang perlu dimulai dari struktur yang paling bawah dan paling dekat dengan satwa,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Agoramoorthy juga mengungkapkan bahwa dia sempat melakukan assesement di KBS pada 2001. Hasilnya sangat mengejutkan. Kala itu, KBS ternyata menduduki posisi kebun binatang terbaik kedua se-Indonesia.
Bahkan, untuk kategori kesejahteraan dan tanggung jawab akan satwa, KBS tercatat yang terbaik. Semua rincian hasil itu dituangkan Agoramoorthy kedalam bukunya tentang kumpulan hasil audit kebun binatang-kebun binatang di Malaysia, Singapura, Indonesia dan sejumlah negara di Asia.
Agoramoorthy menilai, ada banyak faktor sebuah kebun binatang bisa berubah kondisi. Namun, terlepas dari itu semua menurut dia KBS masih menyimpan potensi untuk kembali menjadi kebun binatang terbaik.
Apalagi, dia tahu betul bahwa Pemkot Surabaya sangat mendukung dengan berkomitmen mengembalikan KBS pada masa kejayaannya. “Kedatangan saya ini juga karena diminta oleh Wali Kota Surabaya. Beliau bertekad membenahi KBS dan itu sangat bagus bagi perkembangan kebun binatang ini,” paparnya.
Adanya training ini direspon positif oleh para keeper di KBS. “Kami memang membutuhkan pelatihan-pelatihan semacam ini. Khususnya tentang bagaimana cara penanganan satwa liar. Jujur saja kami ini masih merasa kurang informasi tentang satwa yang kami rawat. Oleh karenanya, pelatihan ini sangat berguna sekali,” tukas salah seorang keeper.
Di sisi lain, dia juga berharap perlengkapan perlindungan keeper perlu ditingkatkan. Selain untuk faktor keamanan, hal itu juga untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satwa kepada keeper. [dre]

Rate this article!
Tags: