Pakar Pertanian Ajak Siswa Situbondo Jadi Petani

:Prof Surono Danu, pakar pertanian independen bersama Miftahul Hair saat berkunjung ke SMKN II Situbondo, Jumat kemarin (22/7). [sawawi/bhirawa]

:Prof Surono Danu, pakar pertanian independen bersama Miftahul Hair saat berkunjung ke SMKN II Situbondo, Jumat kemarin (22/7). [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Pakar Pertanian independen, Prof Surono Danu bersama alumni ITB Bandung dan Unej Jember mengunjungi Pemkab Situbondo Jumat kemarin (22/7). Pria yang selalu berpenampilan rambut gondrong itu disambut Wabup Situbondo Yoyok Mulyadi dan Sekda Syaifullah di lantai II Pemkab Situbondo.
Kedua pejabat teras Pemkab tersebut menyambut baik kedatangan Prof Surono Danu dengan timnya di Kabupaten Situbondo. Bahkan Yoyok Mulyadi siap menyiapkan lahan pertanian milik pribadinya sebagai uji coba bercocok tanam ala ilmu Prof Danu.
Usai mengunjungi Pemkab, baru keesokan harinya Prof Danu mengunjungi SMKN II Situbondo, di Jalan Sucipto, Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Kota Situbondo. Rombongan Prof Danu diterima Kepala Sekolah (Kasek) SMKN II Situbondo, Miftahul Hair dan beberapa guru.
Usai beramah tamah, Prof Danu diajak Kasek Miftahul Hair untuk memberikan motivasi kepala puluhan siswa SMKN II Situbondo asal Jurusan Pertanian. “Kami patut berterimakasih atas kedatangan Prof Danu di SMKN II Situbondo. Apalagi beliau sempat memberikan motivasi dan sedikit ilmu tentang pertanian,” tutur Miftahul Hair.
Menurut Miftah, kunjungan Prof Danu yang sudah berusia 66 tahun itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, karena rela memberikan semangat dan membuka hati serta pemikiran kepada siswa dan guru di SMKN II Situbondo.
Kata Miftah, seharusnya jurusan Pertanian mendapatkan prioritas dan perhatian besar dan tinggi di Kab Situbondo, sebab Pertanian itu merupakan bagian prioritas utama bagi bangsa Indonesia. “Ke depan kami berharap jurusan Pertanian mendapatkan perhatian yang besar utamanya dalam kecukupan lahan praktek,” tegas Miftah.
Masih kata Miftah, pihaknya sejak awal mendukung adanya sekolah khusus yang bergerak dalam bidang pertanian sehingga keberadaannya akan lebih fokus dan dapat menjadikan petani dan pertanian yang sukses. Kondisi tersebut terbalik seperti saat ini, di mana siswa Jurusan Pertanian masih berkumpul dengan jurusan tehnik; bisnis dan pariwisata, sehingga tidak mendapat perhatian yang khusus. “Jadi kedepan mungkin di Situbondo diperlukan pertanian yang khusus sehingga dapat mencetak petani yang handal di Kota Santri,” ujar Miftah.
Soal pendapat Prof Danu yang menyebut profesi petani merupakan paling mulia, Miftah mengaku sangat sependapat. Itu karena, urai Miftah, yang dihasilkan oleh petani sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. “Semua masyarakat Indonesia sangat membutuhkan hasil petani. Sebab masyarakat membutuhkan hasil beras dan palawija sebahan bahan pokok makanan. Termasuk orang pintar pun masih membutuhkan makan,” pungkas Miftah.
Sementara itu Prof Danu, mengaku optimis apa yang ia cetuskan dibidang ilmu Pertanian seyogianya bisa dilakukan oleh semua elemen dengan pola bersinergi antara pemerintah dengan petani dan masyarakat. Pria asli kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu berharap kepada para siswa bisa menggantikan pemikiran dirinya sebab pekerjaan petani merupakan pekerjaan yang sangat mulia. “Petani itu mampu memberikan makan kepada banyak orang di Tanah Air,” tutur Prof Danu.
Masih kata Prof Danu, dirinya juga mempersoalkan program pemerintah yang merencanakan pemberian asuransi bagai kalangan petani di Indonesia. Sebab, kata Prof Danu, program itu masih memerlukan waktu yang sangat panjang untuk segera diwujudkan di dunia Pertanian. “Saya minta program itu jangan hanya slogan semata. Sebab Pertanian ini masih memerlukan banyak pembenahan, termasuk kebijakan dari pemerintah yang masih belum pro kepada petani,” ungkap Prof Danu.
Ia juga mengkritik mudahnya pemerintah soal membuka kran impor bahan pangan dari luar negeri. Padahal hasil pertanian dari petani Indonesia, papar Danu, tidak kalah kualitas dengan hasil pertanian asal luar negeri. “Saya ingin berbicara, hormatilah miliknya sendiri dan jangan menganggap apa yang datang dari luar itu selalu lebih baik. Contohnya sekarang banyak petani memakai Hibrida daripada jenis padi republik. Nyatanya, saat ini masih kesulitan produksi padi dan serangan wereng sejak tahun 1996 belum teratasi dengan baik,” pungkas Prof Danu. [awi]

Tags: