Pakar Politik: Antara Mitos, Refference of Power dan Takdir Ilahi

Ketiga Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lamongan di Pilkada 2020 saat pada tahapan KPU Lamongan untuk mengambil nomer urut. [Alimun Hakim/Bhirawa]

Lamongan, Bhirawa
Pakar politik dari background Perguruan Tinggi di Lamongan yaitu Sa’diyin Dosen Prodi Hukum Tata Negara Intitud Sunan Drajat dan Dosen Fisip UNISDA menyebut jika Mitos,Refreence Of Power dan takdir ilahi merupakan jawaban sementara untuk Pilkada Lamongan.

Ungkapan itu terlontar saat Harian Bhirawa mencoba menghubunginya,Senin(12/10) dan bertanya seputar analisis di setiap kekuatan masing – masing pasangan calon.

Menurut Sa’diyin, Tiga pasangan calon yang resmi menjadi Calon Bupati dan Wakil Bupati di kabupaten Lamongan mempunyai keinginan yang seragam, yaitu memenangkan kontestasi Pilkada 2020 ini.

“Pola pikir seperti ini memang harus dimiliki oleh setiap Paslon.Sebab dengan begitu mereka akan bekerja secara maksimal untuk jadi pemenangnya,” kata Sa’diyin.

Dirinya menjelaskan, ahirnya usaha yang dilakukan para paslon meyakinkan masyarakat tentang Kapabilitas, Kualitas Visi Misi Paslon ke depan, dengan harapan masyarakat akan mengetahui Paslon lebih dalam.

Semakin banyak informasi yang diterima akan semakin tinggi keperpihakan mereka pada calon, dengan begitu mereka akan menentukan pilihanya berdasarkan informasi yang diterima.

Oleh sebab itu ,lanjutnya, para calon dan timnya melakukan polarisasi komunikasi dan informasi ke masyarakat secara maksimal.

”Nah, Akibat derasnya polarisasi informasi yang diterima oleh masyarakat ahirnya terfragmentasi ke dalam sanubari masyarakat, yaitu siapa yang akan memenangkan pesta demokrasi ini? untuk mencari jawab atas pertanyaan ini, biasanya mereka membuat jawaban yang masih bersifat sementara, dengan cara berangan-angan, membaca kejadian masa lalu, istilah jawanya Gotak-gatuk bakal kepetuk, Jawaban sementara ini saya sebut Mitos,” jelasnya.

Jawaban Sa’diyin kemudian dibarengi dengan paparan yang mendalam dimasing – masing Paslon. Dalam paparanya, Ketiga kontestan disebutnya secara Mitos mempunyai potensi yang sama untuk menang.

Seperti Pak Handoyo, beliau mempunyai sejarah perjalanan politik yang hampir mirip dengan Ibu khofifah (Gubernur Jawa Timur yang sekarang).Beliau dalam merebut kursi Gubenur di Jatim sampai tiga kali baru yang terakhir beliau dapat meraihnya.

Perjalanan politik seperti ini juga sama dengan perjalanan politik Bapak Handoyo yang tidak mengenal lelah, apakah sikap perjuangan yang tidak mau menyerah ini akan menepi dengan indah seperti ibu khofifah?

Sementara itu, Pak Yuronur Efendi dengan pasanganya yang disebut YesBro juga mempunyai jejak karir politik yang mirip dengan Bapak Soekarwo (Mantan Gubenur Jatim) dan Bapak Fadeli (Bupati Lamongan yang sekarang).Kedua tokoh tersebut menapaki puncak karir politik di daerah melalui karir Birokrasi yaitu sebagai Sekretaris Pemerintah Daerah.

Bapak Soekarwo menjadi Sekda Propinsi yang kemudian maju di pilkada Propinsi dan terpilih sampai dua Priode dan begitu pula Bapak Fadli yang juga Dua Priode, Bapak Yuhronur juga sebagai Sekda Kabupaten, akankah dia mengikuti jejak karir politik seniornya.

Begitu pula Kartika, Tokoh perempuan yang satu ini mempunyai kesesuaian dengan realitas politik di Jatim, reallitas itu ditandai dengan munculnya srikandi-srikandi baru di jatim, ada Ibu Khofifah (Gubenur Jatim sekarang), di Surabya ada Ibu Risma Harini, di Bojonegoro ada ibu Hj. Muawanah dan di Jember ada Ibu dr. Faidah.

Dengan adanya srikandi-srikandi ini, lanjut Sa’diyin, muncul istilah di masyarakat, “iki Wayae Sing Dadi Ratu” dan di antara ketiga calon dia yang cocok menyandang ratu, karena dia perempuan.

“itulah jawaban mitos sementara yang bisa dibuat pegangan oleh masyarakat. Untuk mewujudkan siapa yang akan memenangkan Pilkada ini,” paparnya. [aha/yit]

Tags: