Pakde Karwo Minta Bulog Naikkan NTP dan HPP Petani

Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat menyaksikan penandatanganan MoU Antara Perum Bulog Divre Jatim dengan KTNA Provinsi Jatim dalam rangka Sinergi Pengadaan Gabah/Beras dalam Negeri Tahun 2014 Untuk Mendukung Terwujudnya Kedaulatan Pangan di Provinsi Jatim dan Nasional di Gedung Graha Sativa Perum Bulog Divre Jatim, Surabaya, Rabu (24/2).

Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat menyaksikan penandatanganan MoU Antara Perum Bulog Divre Jatim dengan KTNA Provinsi Jatim dalam rangka Sinergi Pengadaan Gabah/Beras dalam Negeri Tahun 2014 Untuk Mendukung Terwujudnya Kedaulatan Pangan di Provinsi Jatim dan Nasional di Gedung Graha Sativa Perum Bulog Divre Jatim, Surabaya, Rabu (24/2).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Gubernur Jatim, Dr.H. Soekarwo meminta Bulog menaikkan nilai tukar petani (NTP) dan harga pembelian pemerintah (HPP) petani karena fungsi bulog adalah menstabilkan harga di pasar dan menjadi penghubung tata niaga antara petani dan pembeli di pasar.
“Jadi, Bulog harus mulai memikirkan cara untuk menaikkan NTP dan HPP petani, salah satunya  adalah dengan membeli gabah kering giling dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), bukan gabah giling panen. Dengan demikian NTP dan HTP  petani bisa sedikit naik,” demikian disampaikan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat Penandatanganan MOU Antara Perum Bulog Divre Jatim dengan KTNA Provinsi Jatim dalam rangka Sinergi Pengadaan Gabah/Beras dalam Negeri Tahun 2014 Untuk Mendukung Terwujudnya Kedaulatan Pangan di Provinsi Jatim dan Nasional di Gedung Graha Sativa Perum Bulog Divre Jatim, Surabaya, Rabu (24/2).
Menurutnya, dengan membeli gabah giling panen nilai tambah petani meningkat mencapai 20 persen. Hal tersebut merupakan upaya lainnya dalam membenahi tata niaga melalui kelembagaan Bulog dan HPP. “Jangan sampai ada truk yang ke sawah untuk mengambil gabah kering panen akan tetapi harus gabah kering giling,” ujar Pakde Karwo sapaan akrabnya.
Berbagai upaya dilakukan Pemprov Jatim agar petani bisa meningkatkan produksinya diantaranya dengan memberikan bantuan alat combine harvester. Dengan combine harvester panen dapat dikerjakan lebih cepat dan hemat waktu yakni 2,5 s/d 3 jam/ha yang dapat menghemat tenaga kerja karena proses ini cukup dikerjakan oleh 1-4 orang saja.”Dengan combine harvester, kehilangan hasil panen bisa ditekan menjadi kurang dari dua persen. Bayangkan bila dipanen secara manual kehilangan hasil mencapai 12 persem, bahkan lebih. Jadi petani tidak merugi dan mendapatkan tambahan hasil sebanyak kurang lebih sepuluh persen setara dengan 600kg gabah/ha yang di asumsikan hasil panen enam ton/ha,” imbuhnya.
Pemprov Jatim juga memberikan bantuan kepada petani berupa hibah chopper/granulator untuk mengubah bahan dasar menjadi pupuk organik yang berasal dari dana APBD 2009-2015 kepada 2.329 unit/kelompok. Dari bantuan chopper/granulator tersebut mampu menyerap tenaga kerja lima orang/hari/unit. Maka bisa dihitung biaya operasional 20 hari/bulan maka jumlah Hari Orang Kerja (HOK)1 tahun = 2.329 x 5 orang x 20 hari x 12 bulan = 2.794.800HOK.
Dari jumlah tersebut, mampu mencukupi kebutuhan sarana produksi, khususnya pupuk organik sebesar 65.423 ton di tahun 2015. Pemprov Jatim juga memberikan stimulus kredit khusus di sektor pertanian yang ditempatkan modal yang disetor sebanyak Rp 200 Milyar di PT Bank UMKM ditambah Rp 25 Miliar untuk penjaminan Kredit melalui PT Jamkrida .
Ia menambahkan, berdasarkan data, setiap tahunnya lahan produktif yang beralih fungsi sekitar 1.080 hektar. Meski luas lahan produktif berkurang, tetapi produktivitas mengalami peningkatan. Sebagai contoh, pada tahun 2015 jumlah panen gabah kering giling di Jatim naik dari 13,02 juta ton menjadi 13,657 juta ton atau naik 650 juta ton. Dua komoditi pangan utama mengalami surplus yakni padi surplus 4,94 juta ton.
Angka tersebut mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk Indonesia sebanyak 43,3 juta jiwa dengan perhitungan konsumsi beras nasional sebanyak 114 kg/kapita per tahun. Selain padi, komoditi jagung juga surplus sebesar 3,4 juta ton.”Sekitar 650 ribu ton kenaikan gabah kering giling di Jatim, dan ini paling tinggi se-Indonesia. Hal ini harus kita apresisasi. Sedangkan hanya kedelai yang mengalami defisit yakni sebesar 46,9 ribu ton,” jelas Pakde Karwo sapaan lekatnya.
Lebih lanjut disampaikannya, kontribusi komoditas pangan Jatim sangat strategis terhadap nasional. Komoditas beras berkontribusi sebesar 19,76 persen kebutuhan nasional, jagung berkontribusi 40,37 persen kebutuhan nasional, gula berkontribusi 49,69 kebutuhan nasional, cabai rawit berkontribusi 32,53 persen kebutuhan nasional, daging sapi berkontribusi  21,40 persen kebutuhan nasional dan bawang merah berkontribusi sebesar 24,10 persen kebutuhan nasional.
Sementara itu, Direktur Opersional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Wahyu Suparyono mengatakan pada tahun 2016 target pengadaan gabah / beras Bulog Jatim sejumlah 1.050.000 ton, dengan perincian 850.000 ton beras PSO dan 200.000 ton beras komersial. “Seperti diketahui, Jatim merupakan daerah penghasil beras terbesar di Indonesia. Stok beras/gabah yang ada di Bulog Jatim tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan Jatim saja, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan provinsi lain yang mengalami defisti gabah/beras,”ujarnya.
Demi mewujudkan kedaulatan pangan perlu adanya sinergi dengan berbagai pihak terutama KTNA Jatim. Ditengah berbagai permasalahan yang dihadapi seperti mundurnya masa tanam akibat el nino, tingginya harga beras/gabah di pasaran hingga kualitas gabah/beras yang turun akibat curah hujan tinggi, diharapkan  petani yang tergabung dengan Gapoktan mau menjual gabah/beras ke Perum Bulog Jatim. “Perum Bulog Jatim  melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut, diantaranya melakukan sosialisasi kepada petani dan gapoktan mengenai penanganan pasca panen, dan jgua mengoptimalkan mitra kerja yang memiliki drying center (DC) untuk melakukan penyerapan optimal,” jelasnya. [ma.iib]

Tags: