Pandemi Covid-19 dan Keberkahan Guru

Oleh:
Slamet Yuliono
Pengajar di SMP Negeri 1 Turen – Kab. Malang

DUNIA heboh dan pastinya termasuk Indonesia. Sudah setahun lebih disibukkan dengan kehadiran virus korona SARS-CoV-2 yang mengakibatkan pandemi atau lebih dikenal dengan istilah Covid-19 (coronavirus disease 2019). Virus mematikan yang awalnya ditemukan bulan Desember 2019 di Propinsi Wuhan – China. Pandemi yang tidak hanya mempengaruhi kesehatan dan kebugaran tubuh. Dampak lebih luas dari pandemi ini sektor ekonomi terpukul, pendidikan berantakan, dan pariwisata mangkrak.

Mewabahnya virus ini menyebabkan proses pembelajaran di lingkungan pendidikan yang ditangani pemerintah (pusat) terpaksa mengeluarkan acuan belajar baru yang harus dipatuhi dengan menerapkan prinsip-prinsip ketat. Prinsip yang kemudian diistilahkan dengan pelaksanaan pembelajaran harus BDR (Belajar dari Rumah). Dengan mewajibkan sekolah mengikuti pedoman teknis yang disesuaikan dengan SE Mendikbud No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Mengacu pedoman teknis (domnis) dan petunjuk teknis (juknis) itu, sedikitnya ada tiga hikmah yang didapat (seorang) pendidik/guru demi keberlangsungan kinerja mereka. Pertama, guru menjadi semakin ‘familier’ dengan dunia gatget dan TI. Bila sebelum virus bernama Covid-19 sistem pembelajaran konvensional (tatap muka) menjadi acuan utama dalam mencetak anak bangsa menjadi brilian, kini pola ajarnya berubah dan beralih pada sistem online. Sistem pembelajaran yang lebih mengandalkan pola PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Sistem yang mengandalkan keahlian olah tulis dibanding olah kata. Sistem yang lebih mengutamakan guru berpikir dan belajar kembali menulis yang efektif dan bisa diterima siswa dengan baik. Guru yang harus berpisah secara fisik, tetapi pembelajaran harus terus berlangsung secara daring dan dipaksa pembelajaran semenarik mungkin bagi siswa.

Kedua, guru dituntut lebih aktif dan kreatif dalam mencari sumber ajar baru. Artinya guru harus bisa menyiapkan materi atau bahan ajar yang tepat saat menyajikan secara ‘daring’ (dalam jaringan). Sekali lagi untuk mengaplikasikan sumber ajar seperti ini, guru dituntut menguasai teknologi informasi (TI). Mungkin bagi sebagian guru, memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran daring, tidak menjadi masalah. Namun tidak sedikit guru yang gagap teknologi (gaptek) dan kurang mampu memanfaatkan lebih ‘lincah’ pembelajaran daring.

Ketiga, penguasaan TI inilah yang kemudian memunculkan masalah baru. Masalah dengan upaya mengembangkan sistem dan bahan ajar yang diberikan kepada anak didiknya tidak asal mengajar. Tuntutan memberikan bahan ajar menjadi lebih menarik, kreatif, inovatif, dan berdaya guna. Dari sini guru harus memaksakan diri mereka sendiri untuk melek teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi ini menjadi wajib hukumnya. Demi mendapat tantangan baru yang mau tidak mau harus mereka hadapi. Dengan semangat dan berbagai cara, mereka berusaha untuk menguasai teknologi informasi dan mengimplementasikan dalam pembelajaran daring.

Perlu banyak Berbenah

Kemauan dan dimulai dari keterpaksaan (seorang) guru untuk belajar dan terus belajar tentang TI diharapkan berbuah manis. Belajar dalam bentuk tutorial, belajar bersama teman sejawat, maupun belajar mandiri adalah jalan terbaik dalam upaya menambah khasanah keilmuan. Tiada kata terlambat dan pantang berucap saya ‘tidak bisa’ meskipun kini bisa dijalankan dengan banyak cara untuk maju.

Ada sarana belajar mandiri, berkelompok atau melalui In House Training (IHT) yang bisa dilakukan di sekolah maupun lingkup yang lebih luas. Prinsip dengan maju selangkah lebih untuk menguasai dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran daring. Atau Ungkapan biar lambat tetapi dengan kemauan, kerja keras dan belajar cerdas akan merasakan betapa mudahnya pembelajaran daring.

Sebagian guru yang selama ini ‘cuek’ terhadap pemanfaatan teknologi informasi untuk kegiatan pembelajaran, saat ini sudah dapat merasakan dampaknya. Satu kata kunci, agar dampak buruknya terlewatkan kuncinya perlu solusi untuk berbenah. Artinya jadi orang itu seharusnya bisa menyelesaikan masalah. Dari semboyan itu mengingatkan banyak pihak bahwa manusia pasti akan menemui banyak masalah. Namun demikian kita tidak boleh banyak mengeluh dalam menghadapinya. Berusahalah dengan keras dan cari solusinya agar masalah dapat diselesaikan.

Belajar cermat dan cerdas ternyata banyak manfaat dan kemudahan yang diperoleh. TI bukan hanya sebagai alat komunikasi semata. Kini dengan optimalisasi penggunaan TI tugaspun menjadi semakin mudah dan dijalankan lebih fleksibel. Artinya, keberadaan dalam bentuk wabah pandemi Covid-19, jangan hanya dilihat dari sisi gelapnya saja. Ambil hikmah dan manfaatkan sisi lainnya.

Dari balik musibah kemanusiaan ini, akhirnya guru dapat lebih bijak mensikapi masalah dan musibah untuk dijadikan ‘ibrah’. Sekaligus momentum tepat bagi guru kembali belajar dengan sungguh-sungguh demi mengejar dunia TI yang selama ini jauh tertinggal. Untuk bersama-sama dengan pembelajar lainnya demi meningkatkan kualitas pelayanan pembelajaran yang lebih baik dan bermutu.

Wabah segeralah berakhir, sehingga guru-guru kembali tersenyum lebar menyambut anak didiknya menggapai impian yang sempat tertunda. Dan kemenangan tidak terlindas oleh zaman karena TI telah dikuasai dengan baik. Semoga.

——— *** ———-

Rate this article!
Tags: