Pandemi Memperkuat Spirit Ukhuwah

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H

Oleh :
Yunus Supanto
Wartawan Senior, Penggiat Dakwah Sosial Politik.

Pengemis buta dan lumpuh yang biasa menyebar hoax naif tentang Muhammad SAW, bertanya, kemana perginya penderma terdahulu yang makanannya lebih halus dan enak, suapannya lebih sopan, tutur katanya selalu menyejukkan. Dijawab oleh sayyidina Abubakar r.a, (yang sedang menyuapinya) “Dia adalah Muhammad pemimpin kami, yang engkau hina itu sudah wafat.”

Seketika pengemis itupun menangis histeris meronta-ronta, minta ditunjuki tempat kuburan Muhammad SAW. Ia menyungkurkan diri di makam Rasulullah SAW, meminta ampunan Ilahi, tetap menangis selama beberapa hari sampai ajalnya tiba. Beruntung ia husnul khatimah.

Begitu tabiat kanjeng Nabi SAW terhadap umatnya, walau tidak segaris sepemahaman. Setiap hari ia menyuapi pengemis buta dan lumpuh itu, sekaligus selalu sabar mendengarkan propaganda permusuhan terhadap dirinya. Ia tetap tak pernah memperkenalkan diri sebagai jihan (orang agung), karena yang dilakukannya (menyuapi pengemis) dianggap sebagai kewajiban pemimpin terhadap rakyatnya. Memberikan seluruh harta, tenaga, dan waktu kepada umat hingga akhir hayat.

Keagungan akhlaq (moral) Kanjeng Nabi SAW dikisahkan sebagai biografi oleh banyak ahli dari berbagai bangsa, Arab hingga Eropa, yang muslim dan non-muslim. Termasuk Michel G. Hart, yang menempatkan beliau SAW pada urutan teratas tokoh paling berpengaruh di dunia. Di bawahnya terdapat nama Nabi Isa a.s., dan Isac Newton (penemu rumus fisika grafitasi), serta berderet nama sebanyak 97 tokoh lain. Karena berkah sawwab Nabi SAW pula, buku Hart laris, menjadi best seller sedunia selama satu dekade.

Michel G. Hart, adalah guru besar Astronomi dan Fisika Universitas Maryland, Amerika Serikat. Beragama Yahudi. Bukunya, “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (1978),” menjadi perbincangan di seluruh dunia. Telah diterbitkan dalam 15 bahasa, tercetak jutaan eksemplar. Di Indonesia, diterjemahkan oleh mantan Ketua Umum PWI Pusat, alm. H. Mahbub Djunaedi dengan judul “Seratus Tokoh,” (akhir tahun 1979). Sekarang juga dicetak ulang, dan ditawarkan melalui jaringan unicorn toko online.

Selama beberapa abad sebelumnya, kisah hidup Nabi Muhammad SAW telah ditulis dalam bahasa Arab (diserati terjemahan berbagai bahasa) oleh ulama-ulama zaman awal (abad ke-9). Juga ditulis oleh penghimpunan sejarah hidup beliau pasca perang salib. Diantaranya yang paling kesohor adalah kitab yang ditulis oleh imam besar Syekh Abdurrahman ad-Diba’i. Kitabnya sangat masyhur karena sastranya indah, berbentuk prosa berirama.

Membangun Moralitas

Terutama yang memuat biografi berjudul “Maulid-Diba’iyah,” Telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa di seluruh dunia. Paragraf paling difavoritkan pembacanya terdapat pada pasal 14 diktum ke-9 disebutkan: “Rasulullah SAW lahir dalam posisi sujud dan berkata-kata syukur membaca hamdalah, bersinar bagai bulan purnama.” Syekh Abdurrahman ad-Diba’i menyebut proses kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai persalinan agung.

Di Indonesia kitab Diba’ dicetak ulang oleh berbagai penerbit buku sebanyak ribuan kali sejak pertengahan abad ke-20 (dekade 1950-an). Tanpa revisi satu katapun, tetapi diberi terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Sangat populer karena menjadi bacaan “setengah” wajib terutama pada anak-anak dan remaja, selain membaca Al-Quran. Biasanya secara rutin dibaca berkelompok di surau, masjid, maupun di rumah-rumah. Acara pembacaan kisah kanjeng Nabi SAW disebut “marhabanan.”

Siapa tak pernah mendengar marhabanan? Sering berkumandangkan di seluruh kampung di seantero Indonesia hampir sama seringnya dengan pembacaan tahlil. Pada saat pembacaan pasal 14 diktum ke-9, disebut sebagai sesi mahalul qiyam. Seluruh peserta wajib berdiri, bagai menghormat datangnya tamu sangat dimuliakan. Inti marhabanan yang secara harfiah berarti ucapan selamat datang. Maksudnya, kelahiran seorang manusia agung untuk mengajarkan keluhuran moralitas.

Misi kanjeng Nabi SAW dalam hadits yang diriwayatkan semua perawi shahih menyatakan, “sesungguhnya aku diutus terutama untuk keagungan akhlaq.” Selain karena pengaruh kasih sayang serta kecerdasan, kisah Nabi SAW selalu disertai keluruhan moral. Misalnya, dalam berbagai hadits dinyatakan, “Rasulullah biasa membantu cuci pakaian, perah susu kambing, membersihkan lantai, juga makan bersama pembantu dengan menu yang sama.” Padahal beliau seorang pemimpin negara sekaligus Rasulullah.

Pada masa kini era pandemi yang meng-global sedunia, seluruh pemimpin bangsa dituntut fokus memperhatikan keadaan rakyat. Karena pandemi nyata-nyata bsa meruntuhkan tatanan ekonomi, sosial, ketahanan kesehatan. Negara (dan masyarakat) dipaksa tekor dalam pelaksanaan lockdown (karantina wilayah), perawatan yang terkena wabah, dan upaya vaksinasi. Namun masih selalu terdapat hikmah yang bisa dipetik. Yakni, negara-negara di dunia bisa bersatu tekad melawan pandemi.

Mengelola Pandemi

Pada era abad ke-6 Masehi, juga beberapa kali terjadi terjadi wabah penyakit (pandemi). Termasuk me-wabah di jazirah Arab, menular dengan cara transmission, melalui manusia, dan hewan. Setidaknya terjadi lima kali pandemi yang dicatat ulama ahli kesehatan. Ada yang merenggut kalangan tokoh penting (disebut Tha’un Asyraf). Pandemi menjadi perhatian seksama Nabi Muhammad SAW. Niscaya diperlukan manajemen pencegahan yang sistemik. Terutama anjuran pencegaham, dan pengobatan.

Dalam hal pencegahan, terdapat catatan riwayat imam Bukhori, hadits nomor 5289. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Azza Wajalla untuk menguji hamba-Nya. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu meninggalkannya.”

Pada era masa kini pencegahan yang di-sabda-kan Kanjeng Nabi SAW, diistilahkan sebagai pembatasan sosial (PSBB, dan PPKM). Terdapat pula sabda Nabi SAW yang menganjurkan isolasi mandiri. Tercatat dalam kitab shahih Bukhori, hadits nomor 5330, dinyatakan, “Janganlah kalian mencampurkan yang sakit dengan yang sehat.” Juga berupaya keras melakukan pengobatan sebagai kewajiban ikhtiyar, tercantum dalam berbagai kitab hadits.

Telah dikenal jargon besar ilmu kesehatan. Yakni, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan bagi setiap penyakit terdapat obatnya, maka berobatlah ….” Sebenarnya bukan sekadar jargon, melainkan sabda Nabi Muhammad SAW, tercatat dalam hadits Sunan Abu Dawud nomor 3376. Yang paling esensial, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyebut penyakit dengan kata “menular.” Melainkan disebut semua diturunkan Allah. Hal itu untuk menghapus stigma buruk sebagai spreader (penular) awal.

Pandemi telah menjadi “musuh bersama.” Meningkatkan solidaritas sosial (ukhuwah) pada masa sulit dampak wabah. Seperti dicontohkan Nabi SAW, yang balik pulang (sebelum tiba di masjid) demi membawa makanan untuk seorang pengemis tua yang buta dan lumpuh. Sejak itu, Muhammad SAW setiap hari menyuapi pengemis sebagai bantuan sosial (Bansos). Teladan moralitas pemimpin, menjadi orang pertama yang lapar, dan orang terakhir yang memperoleh makanan.

Ketika Kanjeng Nabi SAW mangkat, statusnya masih aktif dan efektif sebagai penguasa. Namun tidak meninggalkan harta warisan. Aset pribadinya berupa uang 80 dirham (senilai harga logam perak 240 gram), dan 2 kavling tanah sudah (wasiat) dihibahkan untuk negara. Tetapi tidak ada wasiat tentang suksesi, tidak menurunkan kekuasaan (oligarki) kepada kerabat maupun para sahabatnya.

Dalam hadits shahih, yang diriwayatkan dalam 4 kitab hadits sekaligus, Nabi Muhammad SAW menggaransi para pejabat yang saleh. Dinyatakan, “Sehari seorang pemimpin yang adil lebih utama daripada beribadah 60 tahun, dan satu hukum ditegakkan di bumi akan dijumpainya lebih bersih daripada hujan 40 hari.” (HR Thabrani, Bukhari, Muslim, dan imam Ishaq).

Dijamin memperoleh kenikmatan hidup di dunia (tidak kebat-kebit dengan KPK maupun Kejaksaan), juga kebahagiaan di akhirat kelak. Garansi Nabi SAW, pasti benar.

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: