Pandemi, Momentum Berliterasi Bagi Anak

Oleh: :
Alvina Lutviyani
Mahasiswa Prodi Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Indonesia terlihat sudah akrab dengan pandemi Covid-19 yang sudah menemani hari-hari masyarakat Indonesia selama sebelas bulan lamanya. Sudah banyak kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah sebagai langkah pencegahan Covid-19, diantaranya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), keharusan menaati protokol kesehatan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Langkah pencegahan Covid-19 yang diambil oleh pemerintah Indonesia tentunya membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat.

Pandemi Covid-19 merupakan wabah yang mampu mengubah kondisi berbagai sektor kehidupan, salah satunya adalah pendidikan. Pemerintah mengambil tindakan dengan mengubah sistem pembelajaran luring menjadi sistem daring atau online sebagai bentuk pencegahan Covid-19 di lingkungan sekolah. Pembelajaran online ini dianggap mampu mencegah atau menekan angka penyebaran Covid-19 dikarenakan adanya pembatasan interaksi antara para siswa dan guru.

Kegiatan belajar mengajar saat ini mengharuskan para guru dan siswa untuk dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti menggunakan platform pembelajaran hingga grup WhatsApp. Gadget dianggap sebagai barang wajib yang harus digunakan oleh siswa selama proses pembelajaran. Pada akhirnya, semua anggota keluarga akan menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar gadget karena hampir semua lini kehidupan di saat pandemi ini terhubung secara daring. Tentunya, fenomena ini tidak lepas dari dampak positif dan negatif yang dapat dihadirkan.

Gadget bukanlah alat yang dapat dilepas dari kegiatan sehari-hari karena perannya yang cukup vital, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Sudah banyak dampak positif yang dirasakan dari kehadiran gadget dan internet. Anak-anak menjadi lebih ‘melek’ teknologi karena sedari kecil sudah diperkenalkan dengan gadget. Namun, dibalik dampak positif yang dihadirkan, selalu ada juga dampak negatif yang turut menemani. Salah satu dampak negatif yang dapat muncul pada anak-anak adalah kecanduan gadget.

Penelitian yang dipublikasi melalui uswitch.com pada tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 25% anak-anak di seluruh dunia yang sudah mempunyai gadget sebelum usia mereka genap 8 tahun. Selain itu, Indonesia dinobatkan sebagai negara yang memiliki pengguna gadget terbesar peringkat lima di dunia yang dibuktikan dengan data pada tahun 2014 yang menunjukkan pengguna aktif gadget yang ada di seluruh Indonesia mencapai 47 juta jiwa dimana 79,5% adalah anak-anak dan remaja. Hal ini tentunya memperbesar peluang pada anak-anak yang dapat terkena kecanduan gadget.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zaini dan Soenarto pada tahun 2019 menunjukkan bahwa faktor utama yang menjadi penyebab tingginya tingkat penggunaan gadget pada anak-anak adalah karena orang tua yang meminjamkan gadget pada anak-anaknya dengan alasan sebagai sarana pengenalan teknologi, edukasi, dan hiburan agar anak tidak rewel, serta tentunya dianggap bertujuan untuk kebaikan anak mereka. Akan tetapi, alasan-alasan tersebut ternyata tidak didukung dengan pengawasan ketat dari orang tua mengenai waktu penggunaan dan hal apa saja yang diakses anak-anak dengan gadgetnya.

Kecanduan gadget dapat memicu efek samping yang dapat memengaruhi kesehatan jasmani dan psikologi seorang anak. Anak-anak yang kecanduan gadget rentan terkena risiko depresi, sulit fokus, gangguan kecemasan, dan kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar yang dapat memicu perasaan kesepian. Meskipun pandemi Covid-19 ini membatasi interaksi antara anak-anak dengan temannya, namun gadget bukanlah solusi yang tepat untuk sarana menghibur diri bagi anak-anak.

Orang tua tentunya memiliki peran yang penting dalam upaya meminimalisir kecanduan gadget pada anak-anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengawasi anak-anak dalam menggunakan gadget, lalu dilanjutkan dengan mengalihkan perhatian mereka dari gadget melalui kegiatan berliterasi. Tidak hanya literasi lama (membaca, menulis, berhitung) sebagai modal dasar pendidikan, tetapi juga literasi baru (teknologi, data, manusia). Bagi anak-anak yang sudah terpapar gadget, kita dapat mengajarkan mereka mengenai literasi baru yang sangat penting untuk kehidupan digital di masa depan.

Literasi baru merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap individu di tengah kemajuan teknologi yang sangat pesat, diantaranya literasi teknologi, literasi data, dan literasi manusia. Pertama, literasi teknologi adalah kemampuan memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi. Kedua, literasi data diarahkan pada kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital. Ketiga, Literasi manusia adalah kemampuan yang dibutuhkan agar manusia dapat berperan dengan baik di lingkungannya, yakni dengan humanities dan komunikasi. Baik literasi baru maupun literasi lama tentunya memiliki keterkaitan yang mampu meningkatkan mutu dari seorang anak di masa depan.

Meningkatkan minat anak-anak terhadap literasi dapat dimulai dengan merutinkan mereka untuk membaca dan memahami suatu informasi ringan yang tersedia di buku atau internet. Hal ini dapat memicu seorang anak untuk berpikir kritis setiap kali disajikan suatu informasi yang tentunya sangat bermanfaat untuk mencegah pengaruh hoaks. Orang tua juga dapat melakukan pelatihan mandiri kepada anak-anak dalam penggunaan aplikasi atau perangkat digital yang menyajikan buku bacaan atau edukasi lainnya. Langkah ini harus ditunjang dengan pengawasan dan pembatasan dari orang tua mengenai waktu penggunaan gadget.

Keluarga menjadi kunci awal dari keberhasilan gerakan literasi dimana keluarga dapat mengkondisikan lingkungan agar ramah literasi. Selain itu, peran orang tua dalam pengawasan penggunaan gadget pada anak-anak juga sangat dibutuhkan untuk mencegah dampak negatif yang dapat timbul dari kecanduan gadget. Anak-anak tidak perlu ‘dicekoki’ teknologi secara berlebihan, mereka memiliki waktunya sendiri untuk mengeksplorasi secara lebih jauh apa saja yang ada di gadget. Peran kita adalah mengantar dan mengenalkan mereka tentang pentingnya teknologi dan digital dengan cara berliterasi.

————- *** ————–

Tags: