Panen Raya Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk, Rendemen Rendah

Plt Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi melakukan panen raya bawang merah masa tanah 2021 di Desa Mojorembun Kecamatan Rejoso.(ristika/bhirawa)

Pemkab Nganjuk, Bhirawa
Panen raya bawang merah di Kabupaten Nganjuk yang berlangsung selama sebulan ini tidak serta merta membuat petani meraup untung. Sebab, hasil panenan bawang merah mengalami penurunan rendemen hingga mencapai 25%.

Jika kondisi normal, dua petak lahan milik petani bawang merah mampu panen hingga 2 ton. Panen raya tahun ini hanya mampu panen 1,5 ton. Kondisi itu masih diperparah dengan harga bawang merah di pasaran yang relatif stabil.

Jika sebelumnya harga jual bawang merah mencapai Rp 25 ribu. Saat ini tiap kilogram komoditas bawang merah di tingkat petani hanya dihargai Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu. “Ibaratnya saat ini petani bawang merah masih belum dapat dikatakan mencapai keuntungan, bisa jadi kita malah merugi,” kata Kata Wahyu Utomo, petani bawang merah asal Desa Kendalrejo Kecamatan Bagor.

Wahyu Utomo yang juga Kades Kendalrejo Kecamatan Bagor ini menerangkan bahwa dengan biaya produksi saat ini, untuk harga satu kilogram bawang merah seharusnya berkisar Rp 15 ribu. Dengan harga tersebut, petani baru dapat menikmati jerih payah menanam brambang. Jika harga di bawah Rp 15 ribu, petani akan rugi.

Rendahnya rendemen bawang merah, dikatakan Wahyu Utomo mungkin di akibatkan oleh faktor nutrisi tanah yang sudah mulai habis. Karena selama ini, tanah pertanian di wilayah Bagor selam setahun penuh ditanami bawang merah secara terus menerus.

Selain itu, pandemi covid-19 juga berpengaruh terhadap harga bawang merah di pasaran. Terutama dengan adanya peraturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), bawang merah asal Nganjuk sulit dijual keluar daerah.

Padahal, biasanya brambang Nganjuk dibeli pedagang asal luar Jawa Timur. Tak jarang pembeli membawa hasil panen brambang tersebut untuk dijual di Jawa Tengah maupun Jawa Barat.

Namun, berbeda dengan kali ini. Kebijakan PPKM ini diakatakan Wahyu Utomo membuat distribusi penjualan tersebut menjadi tersendat. Alhasil, panen brambang tersebut hanya dijual untuk pasar lokal Kota Angin dan beberapa daerah di Jatim saja. “Sekarang mentok ya dijual ke Surabaya,” keluh Wahyu Utomo.

Diakui Harianto, penjual bawang merah di Pasar Sukomoro bahwa dirinya membeli bawang merah dari petani kisaran harga Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogramnya. Sedangkan harga ditingkat pedagang berkisar Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu per kilogram untuk kualitas super.

Menangapi keluhan petani, Plt Bupati Nganjuk DR. Drs. H. Marhaen Djumadi, yang melakukan panen raya bawang merah di Desa Mojorembun Kecamatan Rejoso mengatakan biasanya jika panen raya bawang merah, harganya anjlok. Untuk itu diperlukan sinergi antar berbagai pemangku kebijakan untuk mencari solusi.

Untuk masa tanam bawang merah tahun ini, Pemkab Nganjuk menggenjot produksi di berbagai lumbung penghasil bawang merah utama dengan salah satu BUMN. Diharapkan dengan program tersebut mampu menciptakan ekosistem yang dapat membantu petani. Dari hulu hingga hilir. Sehingga proses budidaya maupun pemasaran bawang merah tidak terhambat. Termasuk menggandeng asuransi, untuk memberi jaminan dan perbankan untuk akses pendanaan kepada petani atas usaha tani yang dilakukan.

Pemkab Nganjuk melalui Dinas Pertanian merekomendasikan pemupukan berimbang. Dengan demikian mampu meningkatkan hasil panen bawang merah. Bahkan meningkat hingga 20 persen.[ris]

Tags: