Panen Sayuran Organik SD Mudipat Diserbu Wali Murid

Orang tua wali murid menyerbu penjualan sayuran organik hasil panen perdana siswa SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Pucang Surabaya, Jumat (6/9) lalu.

Surabaya, Bhirawa
Siswa kelas V SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Pucang Surabaya, Jumat (6/9) lalu panen perdana sayuran hasil menanam dengan sistem hidroponik. Sayuran kangkung, bayam merah, Pakcoy (sawi daging, red) dan selada dan keriting yang dijual kepada wali murid sudah habis tempo 10 menit saja.
Dari hasil penjualan sayuran organik itu para siswa berhasil memperoleh uang sebesar Rp460 ribu.
Menurut Penanggung Jawab Program Hidroponik, Ustadzah Nur Ratna Sari SPd, tujuan awal memperkenalkan cara tanam dengan sistem hidroponik ini agar para siswa tahu cara bercocok tanam di perkotaan yang minimalis media tanah. Selain itu, juga media tanam dengan media hidroponik ini tidak membutuhkan lahan yang luas, namun yang terpenting mendapatkan sinar matahari.
“Setelah kami memperkenalkan cara tanam dengan sistem organik ini kepada para siswa dan orang tuanya. Kini sudah ada wali murid yang tertarik untuk belajar bercocok tanam dengan sistem hidroponik ini,” kata Ustadzah Ratna-sapaan akrabnya ketika ditemui usai mengawal siswanya menjual hasil panen perdananya.
Ustadzah Ratna juga menjelaskan, sebenarnya sistem tanam hidroponik ini selain untuk diperkenalkan kepada para siswa dan orang tuanya. Juga untuk persiapan Lomba Hidroponik tingkat SD se Kota Surabaya yang diselenggarakan Diknas Kota Surabaya bersama Dispendik Kota Surabaya dan Tunas Hijau, yang lombanya telah dimulai sejak 1 Agustus hingga 30 September mendatang.
“Sejak tanggal 1 Agustus lalu hingga 30 September mendatang Panitia Lomba Hidroponik telah melakukan penilaian. Penilaian juri melalui link media sosial Instagram (Ig) dan Youtube, serta catatan jurnal yang tiap hari ditulis para siswa yang memantau perkembangan tanaman dari hari ke hari, sejak ditanam, perkembangannya, juga kendalanya, hingga siap panen selalu ditulis di jurnal,” jelas Ustadzah Ratna.
Agar catatan jurnal rutin bisa diisi setiap hari, Ustadzah Ratna memberikan tugas kepada siswa piket untuk memeriksa tanaman, dan harus dipantau PPM dan PH air. Sebab PPM harus stabil pada angka 1.700 dan jangan sampai naik atau turun. Juga jangan sampai airnya kurang, kalau kurang harus diisi lagi.
Ketika ditanya, apakah kesulitannya dari sistem tanam hidroponik ini? Ustadzah Ratna menjawab airnya tidak bisa pakai air sembarangan, dan sebaliknya harus dengan memakai air tertentu yang bisa digunakan.
“Airnya tidak bisa menggunakan air PDAM, dan hasil penelitian kami air yang bagus untuk tanaman hidroponik ini air tetesan dari AC (Air Conditioner, red). Karena butuh air pembuangan AC sangat banyak. Dan ada usul dari para siswa agar kami mengumpulkan dari rumah siswa yang ada AC nya. Sehingga setiap siswa mengumpulkan satu liter untuk dikumpulkan dan hasilnya bisa mengairi tanaman hidroponik. Sebab ketika siap panen sangat butuh banyak air,” tandasnya. [fen]

Tags: