Panggilan Relawan Itu Sejak Corona Menjangkiti Kota Wuhan

Rifqotul Muarrifah S.S.T, seorang Alumni Universitas Nahdatu Ulama Sidoarjo.

Surabaya, Bhirawa
Menjadi relawan penanganan Covid-19 menjadi perjuangan tersendiri bagi Rifqotul Muarrifah S.S.T , seorang Alumni Universitas Nahdatu Ulama Sidoarjo. Bersama ratusan tenaga medis dan non medis lain, ia saat ini berjibaku merawat ratusan penderita Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta.
Meningkatkan jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 membuat tenaga medis kewalahan dalam penangananya. Selain karena terbatasnya alat pelindung diri (APD) juga karena terbatasnya sumber daya manusia (SDM). Karenanya, gotong-royong dalam penanganan Covid-19 sangat dibutuhkan.
Melihat hal itu, jiwa relawan Rifqotul Muarrifah S.S.T tergugah untuk membantu pemerintah dalam menangani pasien Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta. Alumni Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menuturkan pertama kali lolos dan bergabung menjadi relawan medis di Wisma Atlet setelah mengetahui adanya informasi di grup whatsapp (WA) profesi analis kesehatan. Saat itu dirinya bersama dua temannya ikut untuk menjadi relawan medis di wisma atlet.
“Tapi saat itu dua teman saya tidak lolos dengan kendala administrasi kelengkapan yang kurang,” ucap Rifqotul.
Lolos menjadi relawan Analis Kesehatan atau Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATML) di Wisma Atlet membuat ia tidak percaya diri untuk menangani virus corona. Namun, tekad yang begitu kuat untuk menjadi relawan mematahkan ketidka percayaan diri itu.
Gadis berusia 22 tahun ini mengaku jika keinginanya untuk menjadi relawan Covid-19 sudah ada sejak menjangkiti sebagian besar masyarakat Wuhan, Tiongkok. Karena itu, menjadi relawan saat ini menjadi jawaban atas doanya.
“Niat (relawan) itu sudah ada sejak kasus ini pertama muncul di Wuhan. Saya ingin membantu tenaga medis. Karena memang memiliki kemampuan dibidang analis kesehatan yang membuat saya beranikan diri untuk menjadi relawan medis di Wisma Atlet,” ucapnya dihubungi Bhirawa, Senin (13/4).
Karenanya, ia akan berusaha untuk membantu masyarakat mengatasi dan menyembuhkan orang yang terkena virus corona. “Saya bisanya membantu dalam hal ini, masih belum bisa membantu dalam hal materi jadi saya akan berusaha semaksimal mungkin,” kata Rifqotul.
Banyaknya korban jiwa yang meninggal juga sempat membuat khawatir kakek dan neneknya dengan keputusan yang diambilnya. Meskipun begitu perempun berparas cantik ini mendapat suport dari kedua orang tua yang membuat nya yakin dan berangkat.
“Saat itu ayah meyakinkan saya untuk bisa membantu masyarakat dengan kemampuan saya membuat saya berangkat ke Jakarta,” kesan alumni analis kesehatan tahun 2019.
Rifqotul juga mengakui jika dirinya khawatir akan penyebaran Covid-19. Pasalnya, tidak sedikit petugas medis seperti dokter dan perawat yang berguguran akibat penyebaran corona virus. Namun ia berusaha untuk menggunakan prosedur pengamanan yang baik.
“Selama menggunakan APD dan prosedur yang diwajibkan saya tetap akan memastikan pasien ini terjangkit virus corona atau tidaknya,” ucapnya.
Selama dirinya bertugas di Wisma Atlet, Rifqotul mengatakan jika asupan gizi dan kebutuhan minum dapat terpenuhi. “Warga Jakarta berbondong bondong untuk memberikan asupan gizi kepada petugas medis yang saat ini sedang menangani virus corona,” papar dia. [ina]

Tags: